LEMBAR 4

1015 Words
"Cemberut aja lu. Udah kayak di tinggal kawin pacar lu aja." Celetuk Raniya saat melihat Ariska kini tengah mengerjakan tugasnya sambil muka ditekuk dan cemberut. Lebih tepatnya mencontek tugas punya orang lain. Sudah di katakan bukan, jika Ariska tidak begitu pandai dalam pelajaran seperti ini ? Matematika. "Dia mana mau kawin sama orang kalo bukan gue," sahut Ariska sangat percaya diri. Iya. Bahkan kata laki - laki yang bersamanya selama enam tahun itu masih terngiang. Jika Iqsa tidak akan menikah selama itu bukan dengan Ariska itu sendiri. Kata - kata itulah yang meyakinkan Ariska untuk bisa lebih bertahan dan sabar menghadapi sikap Iqsa yang sangat keras kepala dan sulit di atur. "Bah. Siapa tau aja dia main di belakang lu. Siapa yang tau ?" Ariska mengendikkan bahunya. Bahkan untuk enam tahun hubungannya dengan Iqsa, tidak ada pertengkaran gara - gara perempuan atau laki - laki lain. Tetapi jika sudah bertengkar, semua bahasa kebon binatang pasti Iqsa keluarkan. Dan ya, Ariska selalu tetap mempertahankan. Walaupun sepertinya hatinya sudah berlubang di sana dan sini. "Ris, gue ada kenalan baru nih," kata Raniya pelan. Ah. Ariska benar - benar bosan. Setiap harinya Raniya pasti menceritakan kenalan barunya atau menceritakan bagaimana malam kemarin bersama salah satu kenalannya. "Namanya Gilang. Katanya dia di fakultas sebrang. Yang suka main futsal. Lu kenal ga ?" Ariska menggeleng cepat. Dirinya sudah lama tidak main futsal. Ah, bahkan dia tidak ingat kapan terakhir kali dia main futsal. Mungkin waktu lomba antar kelas saat dirinya masih di sekolah menengah atas . "Beneran ga kenal ?" Tanya Raniya memastikan. Ariska menggeleng lagi. "Kenapa sih emangnya, Ran ?" ujar Ariksa sebal . Raniya meringis melihat tatapan kesal dari Ariska. Lagi pula, Raniya ini tidak tau apa Ariska sedang terburu - buru mencontek tugas. Jam masuk sudah mulai menipis. Jadi, jika bukan Raniya yang menganggunya, sudah pasti Ariska akan mengajaknya berantem saja. Pengganggu. Selama tiga tahun, Raniya tau jika Ariska sangat tidak suka di ganggu, apalagi sudah berhubungan dengan tugas dengan mata kuliah di depan mata. Bahkan Ariska sangat tertutup dengan hubungannya bersama Iqsa. Raniya hanya tau jika mereka berpacaran hampir enam tahun dan berjalan mulus begitu saja. Raniya juga mungkin enggan tahu dengan hubungan orang lain. Yang penting hubungannya sendiri lancar. Itu sudah cukup bagi Raniya. Ariska melanjutkan menconteknya karena sebentar lagi akan ada kelas yang pertama. Dan Ariska sangat tidak suka telat tapi suka sekali mencontek tugas. Di saat Ariska menyalin tugas Raniya, yang punya contekan tugas malah sibuk video call sama yang namanya Gilang. Kenalan barunya. Ariska hanya mendengar gumaman Raniya tentang Gilang yang meneleponnya. Tidak tahu lebih lanjut. Tiba – tiba saja, Raniya sudah bertelepon ria. "Ini temen gue, Lang. Katanya dia salah masuk jurusan. Liat aja tugas aja sampe nyontek punya gue," ucap Raniya kepada orang yang sedang ada di layar ponsel Raniya itu. Ariska sendiri tidak menatap Raniya atau layar ponsel Raniya. Okey. Terserahlah si Raniya ini mau bilang apa. Jelek - jelekin juga ga masalah untuk Ariska. Ga penting juga dan ga aka nada efek apapun untuk Ariska. Dan tentu saja, Ariska juga tidak peduli. But hell, ini baru kali ke empatnya ya Ariska nyontek untuk tahun ajaran baru ini. 'Dia malah sibuk nugas anjir." Suara itu milik si cowok yang memenuhi layar hpnya Raniya, setidaknya itulah yanga da di fikiran Ariksa. Tidak ada laki – laki lain di sini, setahu Ariska. Dan ya, Ariska tetep ga peduli. Sekali - kali Ariska menyahuti omongan Raniya yang menurutnya terlalu ngaco dan bikin si cowok ngakak parah. Dan pada akhirnya, Raniya dan Gilang harus mengakhiri panggilan telepon itu karena kelasnya di mulai dalam lima menit lagi. Untung saja, tinggal beberapa angka lagi Ariska menyelesaikan tugasnya yang harus di kumpulkan ketika masuk kelas. "Eh Ris, Gilang bilang lo lucu dan gue cantik." Ariska berdeham dan tidak peduli. Memang. Ariska sudah sering mendengar jika banyak orang mengatakan bahwa Raniya memang cantik. Tapi untuk dirinya itu sudah biasa. Raniya memang cantik. Hanya saja laki - laki kenalannya ga tau kalau Raniya punya segudang cowok yang bisa dia pilih sesuka hati sesuai dengan keinginannya. Dan sialnya, Ariska tidak tau kenapa terkadang ia iri pada Raniya yang dengan bebasnya memilih laki - laki untuk malam minggu untuk diajak menonton. Ariska dengan cepat menggelengkan kepalanya saat dirinya memikirkan jika saja dirinya adalah Raniya yang dengan enaknya memilih laki - laki mana untuk menemaninya ke salon, mall atau bahkan menemaninya untuk sekedar makan. Tidak. Ariska punya Iqsa. Setidaknya seperti itu fikiran Ariska saat ini.   Ariska tidak butuh yang lain. Hanya Iqsa, cukup untuknya. Namun, jika Raniya memilih jalannya yang seperti itu, bukan urusan Ariska. Ariksa tidak akan melarang atau bahkan mempersilahkan. Ariska sudah pernah menasehati dan tidak terserap oleh seorang Raniya. Hanya saja, banyak orang - orang di luar sana ketika melihat Ariksa berjalan bebarengan dengan Raniya seakan memandang remeh Raniya. Dan itu membuat Ariska terbawa – bawa. Ada banyak yang mengatakan kepada Ariska untuk tidak berteman dengan Raniya karena takutnya Ariska nantinya akan menjadi seperti Raniya. Baiklah, itu urusan nanti. Setidaknya, Raniya adalah perempuan baik bagi Ariska, sudah cukup. Awalnya, Ariska mengira jika orang - orang melirik mereka berdua hanya tertuju pada Raniya yang cantik dan tentu saja sangat menawan. Ternyata salah, Ariska sering sekali mendengarkan jika orang - orang di sana mengumpati Raniya. Tentu saja Ariska juga mendapat umpatan seperti, Ariska tidak cocok berdampingan dengan Raniya karena Raniya adalah orang yang bersinar sedangkan Ariska tidak sama sekali. Namun, kebanyakan umpatan untuk Ariska di tutup dengan umpatan kepada Raniya. Banyak yang mengatakan jika Raniya ini murahan. Banyak laki - laki. Simpanan om - om. Dan masih banyak lagi umpatan yang menurut Ariska tidak benar. Mungkin tidak benar 97%. Dan Ariska membenarkan 3% - nya. Ariska sudah sering mengatakan jika Raniya harus pandai menyembunyikan laki - laki yang baru di kenalnya kepada orang - orang di kampus. Bukan hanya umpatan nantinya. Tapi menjurus ke pelecehan. Dan tentu saja, sebagai teman, Ariska tidak bisa menerima itu. Raniya hanya bungkam walau tau banyak yang mengumpatinya. Dan tentu saja, Raniya berusaha menutup telinganya dengan tangan transparan begitu mendengar umpatan - umpatan yang bahkan sangat jelek untuknya. Ariska sangat menyayangkan itu. Sangat menyayangkan.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD