Prolog

189 Words
"Masih nggak mau cerita ke gue?" tanya Rafa tanpa memandang Kinan yang masih bungkam.  "Di dunia ini, lo nggak hidup sendirian." Kini giliran mata Rafa menatap Kinan datar. Tatapan yang paling tidak bisa diterjemahkan oleh Kinan, tetapi kali ini juga Kinan tidak dapat mengalihkan pandangannya dari Rafa. Sebaliknya, saling menusuk dalam diam tepat di manik mata masing-masing. "Lo nggak perlu pakai topeng di depan gue. Gue nggak akan bilang ke siapa pun, tentang apa yang gue liat." Alis Kinan terpaut sempurna memandang Rafa. Awalnya, Kinan berpikir Rafa terhenti dengan suara tangisnya. Namun, kali ini lagi-lagi Rafa meminta penjelasan, apa yang salah dengan dirinya. Yang bahkan Kinan sendiri tidak benar-benar memahami apa yang salah dengan perasaannya. “Gue lo anggap siapa, sih Ki? Orang lain? " Kinan menghela napas berat, ia muak dengan semuanya. Kepalanya ingin memecahkan pikiran yang berdesakan dan menuntut pening. "Apa yang lo liat?"  Rafa terang-terangan memandang Kinan yang kini juga melakukan hal serupa.  Kesedihan lo Ucap Rafa dalam batin. Ia tidak ingin melukai Kinan, setelah luka-luka yang disimpan Kinan. "Emang lo siapa? Gue juga nggak kenal sama lo! Lo, itu, beda, Raf. Bukan Rafa yang gue kenal," balas Kinan dengan suara serak.  "Itu karena gue suka sama lo, Kinanti."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD