Malam ini di apartemen Lavion sudah banyak makanan dan minuman. Dave salah satu penghuni apartemen yang habis mandi langsung menuju ke Lavion. Disusul Radival yang habis dari dapur. Radival, Lavion, dan Dave memang tinggal satu apartemen. Mereka patungan untuk membayar Apartemen tersebut.
Dave menatap makanan didepannya penasaran. “Tumben bawa makanan banyak, lagi seneng?” Tanyanya Dave menyelidik.
“Iyalah kan dia habis jalan sama Keyla.” Saut Radival cuek sembari mengambil jajan didepannya dan memakannya santai.
Lavion hanya tertawa sebagai responnya. “Kalian tau, besok pagi gue bakal jemput my princess.”
“Seriussan? Gimana ? Kok bisa?” tanya Dave penasaran. Pasalnya Lavion hanya berani mentap Keyla dari jauh selama ini.
Dengan bangga Lavion mengulang kisah pertemuannya tadi. Dave hanya tersenyum miring dan menggoda Lavion yang sudah berani membuat kemajuan besar. Tiba-tiba ia teringat ucapan Keyla tentang Adhesa yang merupakan saudari kembarnya. Lavion langsung memberitahu teman-temannya. Dave dan Radival kompak menjawab tidak percaya. Ya mana mungkin mereka percaya, di kira ini film indonesia atau novel. Tiba-tiba memiliki kembaran. Parahnya ini, kembaran Keyla adalah Adhesa. Adhesa loh, orang kalau di sekolahan aja mereka berdua nggak pernah ngomong. Jangankan ngobrol berdua, orang sapa-sapaan saja nggak pernah kayak orang nggak kenal.
“Ngapain gue bercanda, mangkanya sekarang gue paham. Kenapa Adhesa maksud gue Keyra nggak pernah bully Keyla padahal Keyla selalu jadi pahlawan buat orang yang dibully Adhesa. Eh, Keyra.” lanjut Lavion.
“Keyra??”
“Iya. Keyra Dave. Nama aslinya Adhesa itu Keyra. Namanya Keyla kan Keyla Adhisa Atmaja. Nah, si Adhesa itu Keyra Adhesa Atmaja.”
Tiba tiba Lavion memukul kepalanya sendiri. “Sialan, gue iseng banget lagi sama si Adhesa itu. Gimana kalau dia nggak ngerestuin hubungan gue??” Tanya Lavion ke pada dua temennya itu.
“Gimana ya,” “ Bagus” ucap kedua temennya itu.
“Kok bagus Val?” tanya Lavion kesal.
“Lo gak punya ipar kayak tante girang rasa cabe-cabean itu.” jawabnya tak punya dosa.
Lavion yakin jika Adhesa disini dan mendengarnya pasti bakal terjadi perang dunia ke-50. Dave sendiri lebih memilih menggoda Radival agar temannya itu tidak terlalu membenci Adhesa. Karena, cinta dan benci beda tipis.
*****
Lavion berjalan ber-iringan dengan Keyla ke arah perpus. Kalau ingin ke perpus harus melewati koridor kantin. Disana mereka berdua melihat Radival dan Keyra. Pasti sedang bertengkar lagi. Itulah pikirannya.
“Lav,” panggil Keyla.
Lavion tersenyum mendengarnya ia selalu suka dengan panggilannya Keyla. Lav artinya cinta. Entah dia punya pemikiran dari mana. Bisa mengartikannya seperti itu.
“Aku lihat cowok itu benci banget sama Keyra. Kenapa ya?”
“Mungkin Radival benci dengan sifatnya Keyra itu. Suka bully, pakaiannya seksi terus, arogant, suka ngelanggar, dan yah, soal make upnya itu juga. Cara bicaranya juga nggak ada bagus-bagusnya. Kalau ngelanggar nggak pernah kena hukuman. Banyak deh alasan yang bikin Radival nggak suka sama Keyra” jelas Lavion.
“Yaudah aku pisahin mereka dulu ya.”
Lavion mengikuti Keyla yang berjalan menuju ke arah Radival dan Adhesa.
Sementara itu, Keyra melihat cowok di depannya jengkel. Sok ganteng sok baik sok pinter. Batinnya. Rasanya Keyra ingin sekali memusnahkan orang yang bernama Radival. Perasaan selama Keyra hidup ia tak pernah yang namanya cari masalah dengan laki-laki itu. Yang ada laki-lai itu yang selalu cari masalah dengannya. Harusnya Keyra yang membenci Radival, tapi kenapa laki-laki yang malah membencinya.
“Minggir.” Kata Radival ketus.
“Enggak.”
“Kalian nggak capek bertengkar terus? Gue tau kalian berdua saling suka. Udah, nggak usah malu-malu gitu.” Saut seseorang yang kini sudah berada di antara Keyra dan Radival.
Keyra langsung menatapnya tajam. “What??? Suka?? Sama dia??” Tunjuknya ke Radival. “Hueekkk. Najis!” Katanya lagi dengan marah.
“Siapa juga yang suka sama cabe-cabean kayak lo.” balasnya sinis. “Minggir.” Katanya lagi dengan ketus. Radival berjalan pergi.
Bugh...
Lavion kaget melihat mereka berdua.
Ya, bunyi tadi adalah suara jatuhnya Radival. Lavion sengaja tadi, tapi yang di lihatnya di luar ekspetasinya.
Sedangkan Radival dan Keyra masih saling menatap shock. Dengan posisi Radival berada di bawahnya Keyra dengan bibir mereka yang menempel. Iya di bawahnya, karena sebelum jatuh Radival langsung reflek memutar tubahnya agar tidak jatuh ke Keyra. Tapi malah Keyra juga ikutan jatuh menimpanya karena tangannya tak sengaja menarik Keyra.
“Astagfirullahaladzim...Ya ampun apa-apaan kalian!”
Keyra dan Radival langsung berdiri mendengar teriakan tersebut.
“Ayo ikut ibu ke BK! “
Keyra hanya diam saja. Lidahnya kelu untuk mengucapkan sepatah katanya. Jantungnya sedang tidak baik. Hitungan detaknya cepat sekali. Apalagi Radival wajahnya langsung memerah. Itu tadi, pertama buatnya.
Guru itu, Bu Aisyah guru Agama Islam. Semakin salah paham dengan mereka berdua. Ketika diminta untuk menjelaskan apa yang terjadi bukannya menjelaskannya. Tapi mereka berdua saling diam, satunya memalingkan muka, satunya menunduk. Persis orang yang beneran melakukan kegiatan asusila.
“Kenapa bu?” Tanya seorang guru yang menghampiri bu Aisyah.
“Ini bu, mereka berdua melakukan zina di sekolahan. Saya nggak habis fikir sama anak-anak zaman sekarang.”
“Zina gimana?” Tanya guru itu yang menatap kedua muridnya tajam. Menguliti.
Bu Aisyah pun menjelaskan apa yang di lihatnya tadi.
“Kalian berdua. Bersihkan halaman utama dan semua kamar mandi sekolah!” perintah guru itu yang tak lain adalah Redina.
“Ta-ta-tapi , Bu .. bu Aisyah salah faham ini nggak seperti yang di lihat kok.” Sangkal Keyra.
“Saya nggak butuh penjelasan terlambat kamu sekarang! Bersihkan!”
“Bu Redina sama Bu aisyah salah faham. Saya nggak melakukan zina kok bu. Jadi jangan hukum saya. Ada buktinya kok, ibu bisa tanya dengan Lavion.” Mohon Radival.
“Nggak usah bantah. Langsung kerjakan. Saya cek habis ini.” Setelah mengucapkan kalimatnya Bu Redina langsung pergi bersama Bu Aisyah.
Keyra langsung menatap Radival tajam. Sebelum mulut merconnya mengeluarkan ocehannya. Radival sudah berjalan dulu melewati Keyra menuju halaman sekolah. Keyra kesal, marah, bercampur malu dia serasa dongkol. “Ih ... sebel sebel sebel.” Katanya sambil menghentakan kakinya.
Di halaman utama Radival sudah mulai menyapunya. Keyra hanya memperhatikannya. Menunggu Radival menegurnya. Tapi nihil, Radival tidak mengatakan sepatah katapun. Keyra menatapnya penasaran. Kenapa Radival hanya diam saja.Ketika Bu Redina datang memeriksa pekerjaan mereka. Barulah Keyra berpura-pura menyapu sambil menyeka keringatnya. Setelah Bu Redina tidak ada, Keyra tidak membersihkannya. “Lo beresin!! gue capek!! “ perintah Keyra berharap laki-laki itu marah.
Tapi, Radival tetap cuek dan membersihkannya.
“Yang bersih!!!” Teriaknya lagi.
“Cih.” Guman Radival pelan. Tidak terdengar.
Murid-murid yang lain sudah pulang sekolah. Tinggal 2 kamar mandi yang belum selesai. Mereka berdua lelah sekali. Karena 6 kamar mandi di sekolahnya yang lebarnya seperti kelas mereka. Harus mereka berdua yang menyelesaikannya.
“Njri, udah jam segini lagi.” Keluh Radival sambil memperhatikan jam tangannya.
“Val, gue capek nih. Lo aja deh yang bersihin. Tadi gue udah bersihin gudang loh Val gara-gara lo ngadu ke Redina itu.” Curhat Keyra.“Udah gitu udah malam lagi. Gue ditinggal Karin sama Michele.” Katanya lagi.
Radival cuma menyimak. Dia menghela napasnya lelah. “Bersihin sendiri. Kalo nggak gue tinggal lo habis ini.” Ancam Radival yang langsung masuk ke kamar mandi dan membersihkannya.
Keyra yang melihatnya kesal dan amarahnya sudah mencapai ubun-ubun. Dia langsung mempunyai ide cermelang untuk mengerjai Radival.
Radival selesai membersihkan kamar mandinya. Saat dia mau keluar dia melihat ada sabun pembersih lantai di depannya. Radival tersenyum sinis melihatnya. Mana mungkin ia akan jatuh ke jebakan anak kecil seperti didepannya ini. Ia lalu menyenderkan punggungnya di tembok. Dia ingin melihat reaksi Adhesa atau lebih tepatnya Keyra. Setelah menunggu hampir 5 menit Keyra keluar. Keyra jatuh. Seperti pepatah senjata makan tuan itulah yang di rasakan Keyra saat ini. karena tidak hati-hati. Dia terpleset, parahnya air pel yang di bawanya menyiram tubuhnya.
“Pfft.. Hahaahhahhahahah....” tawa Radival meledak kencang sampai air matanya jatuh. Dia langsung memegangi perutnya sakit dan menatap Keyra. Keyra tidak langsung bangun. Mungkin malu itu yang di pikiran Radival. Radival berjalan pergi meninggalkan Keyra sendiri.
Sudah 5 menit Radival menunggu disini. Sialnya si cabe Keyra tidak kelihatan batang idungnya. ia menghela napas kesal. Sebenarnya, ia ingin sekali meninggalkan Keyra, tapi hati terkecilnya melarngnya. Akhirnya dengan paksaan dari hati yang Radival kutuk ini, ia kembali menghampiri si cabe Keyra.
Jantung Radival berdetak keras karena mendengar suara tangis dari kamar mandi. Ia memaksakan ia untuk masuk ke kamar mandi tersebut. Melihat Keyra yang masih terduduk ditempat semula, Radival langsung memaki dalam hatinya. Keyra sedang nangis. Radival tak tega melihatnya. Anehnya, kakinya langsung berjalan menghampirinya. Ia berjongkok di depannya.
“Kenapa masih disini?” tanyanya lembut.
Keyra masih sesenggukan. Radival semakin tidak tega lagi melihatnya. “nggak usah nangis.” Katanya lagi kali ini sambil mengusap rambutnya pelan. “Hei hei, lihat aku nih.” Katanya sembari mendongakan wajahnya. Keyra menatap Radival. Radival langsung menghapus air matanya.
“Kotor, hiks, jijik ...” cicitnya pelan.
Tanpa sadar Radival tersenyum. Lalu mengusap rambutnya, “Iya, ganti baju aja. Bawa baju nggak?”
Keyra menggeleng.
Radival langsung teringat bahwa ia tadi membawa baju olahraga yang tidak ia kenakan. Ia langsung mengeluarkan seragamnya dan menyuruh Keyra memakainya. Keyra mengangukan kepalanya. Ia langsung bangun dan membantu Keyra berdiri.