bc

call me daddy

book_age18+
251
FOLLOW
1.6K
READ
age gap
CEO
single mother
bxg
office/work place
assistant
like
intro-logo
Blurb

Rosaline Clark tidak ada tujuan lain sejak kepindahannya ke New York dari Indiana selain mengubur dalam-dalam dan menutup kenangan masa lalunya dengan teramat rapat. Perempuan itu sudah membawa banyak masalah yang ia simpan sendiri sewaktu datang dan melamar pekerjaan di perusahaan milik keluarga Armando Lee. Sementara pria itu tentu sudah dicap sebagai anak baik dan penurut sekaligus aset milik keluarga besar oleh media dan masyarakat. Jelas Armando tidak ada niatan mendatangkan masalah dengan merekrut asisten ribadi dengan latar belakang tidak jelas seperti Rosaline. Niatan awal Rosaline melamar pekerjaan di perusahaan Lee Corporation adalah untuk memenuhi biaya hidup untuknya dan anak dalam kandungannya. Demikian pula dengan Armando. Niat awalnya hanya ingin mencari asisten pribadi untuk membantunya. Armando dikenal sebagai pria yang tidak pernah mendustai ucapan dan niatnya, namun siapa sangka perasaan aneh yang muncul di d**a CEO itu pada asisten pribadi barunya justru bisa menjadi penguji niatan awal yang sudah dibuatnya pada dirinya sendiri?

chap-preview
Free preview
1 - pendaftar terakhir
"Ini pendaftar terakhir, kan?" Pria gempal berbadan bongsor itu segera membolak-balik dua lembar kertas di tangannya. Ada banyak daftar nama di dua halaman itu, total ada 40 pendaftar yang datang dan menjalankan seleksi wawancara. Dari puluhan, mungkin ratusan orang yang mendaftar, hanya ada 40 orang yang berhak diberi kesempatan lolos ke babak paling akhir sekaligus penentu. "Ya, Bos," jawabnya setelah memastikan bahwa peserta yang akan masuk berikutnya adalah benar peserta terakhir. "Suruh dia masuk segera, Jeff," ucap pria tampan yang duduk di kursi kerja sembari memainkan bolpoin di tangannya. Pria gempal yang dipanggil Jeff mengangguk sebentar sebelum berjalan menuju luar ruangan. Ada satu perempuan muda yang tersisa di sana. Jeff tidak perlu memeriksa namanya karena sudah pasti hanya ada satu peserta terakhir. "Bapak Lee meminta Anda untuk segera masuk ruangan," kata Jeff pada perempuan itu. Dengan segera, perempuan itu bangkit dari duduknya. Ia membawa serta map berisi curriculum vitae dan dokumen lain yang dijadikan persyaratan pendaftaran. Jeff membukakan pintu dan mempersilakan perempuan itu masuk. Kini ia yang duduk di kursi depan ruangan bosnya itu, memberinya jarak dan privasi selama sesi wawancara seperti yang ia lakukan dengan peserta-peserta sebelumnya. "Selamat sore, Pak," ucap perempuan itu setelah berdiri di depan meja kerja yang penuh dengan banyak kertas-kertas dan sebuah laptop berwarna abu-abu di tepi kanan meja. Pria yang ia sapa itu masih sibuk menunduk dan mencorat-coret kertas yang sepertinya adalah kertas daftar nama peserta seleksi seharian tadi. Ada coretan panjang dan penuh di nama peserta-peserta sebelumnya, dan itu cukup membuatnya bergidik ngeri. Kepercayaan dirinya seakan perlahan memudar. "Silakan duduk," ujar pria yang bangkit berdiri secara tiba-tiba, membuat perempuan itu terkejut. "Armando Lee." Pria itu menyodorkan tangan kanannya, mengajak bersalaman dan berkenalan. Dengan senyuman seramah yang ia bisa, perempuan itu menjabat tangan yang jauh lebih besar dan kuat dari miliknya. "Nama saya Rosaline Clark, Pak. Panggil saja Rose," ucapnya ikut mengenalkan diri. "Dan ini curriculum vitae dan dokumen persyaratan saya." Armando yang masih berdiri menerima sebuah map yang sebelumnya digunakan Rose untuk menutupi bagian perutnya. Dengan map itu sudah berpindah tangan, tidak ada lagi benda yang bisa membuat perut buncitnya sedikit tertutupi. Armando dibuat menelan salivanya sendiri melihat lekuk tubuh Rose dan perutnya yang terlihat membuncit. Dia bisa saja sudah bersuami, Bodoh. Pikir Armando. "Silakan duduk," ucap Armando lagi sebelum kembali duduk di kursi kerjanya. Rose ikut duduk di satu dari dua kursi yang disediakan di hadapan meja kerja Armando. Ia menyesal mengenakan blouse putih yang sudah cukup ketat untuk memuat perutnya yang membuncit. Bagaimana jika ia lagi-lagi ditolak karena kehamilannya sudah mulai besar? Armando berusaha mengalihkan fokus dari apa yang baru saja ia lihat dan membuat gairahnya bangkit. Ia membaca seksama apa yang tertulis di curriculum vitae dan dokumen yang dibawa Rose. "Ada pengalaman organisasi di kelompok studi jurusan Accounting di Kelley School of Business, Indiana University," ucap Armando yang membacakan salah satu isi curriculum vitae Rose. "Wow, that amazes me!" Rose hanya menimpali dengan senyuman. "Lalu mengapa kamu tidak menuliskan Kelley di riwayat pendidikanmu?" tanya Armando beberapa saat kemudian. "Hm, begini," ucap Rose, membenahi posisi duduknya menjadi lebih tegak. "Saya tidak sampai menyelesaikan studi saya karena saya drop out dua minggu lalu." Armando meletakkan map yang ia pegang, dan menggebrak meja kerjanya pelan. "What? Kenapa?" tanyanya. Rose menunduk dan menghela napas panjang. Ia kemudian kembali menegakkan duduknya dan menatap mata Armando yang amat mengintimidasi. "Personal reason," jawabnya. "Ada masalah keluarga." Armando menyadari pertanyaannya sedikit memasuki ranah pribadi Rose. Mungkin suami atau kekasih Rose tidak menyetujui Rose melanjutkan kuliah setelah tahu ia hamil. Atau mungkin Rose tidak nyaman berkuliah di Kelley. "Aku mencari seseorang untuk mengisi posisi sebagai asisten pribadiku," ucap Armando, seperti yang ia katakan sebelumnya pada peserta-peserta lain. "Apa kamu bersedia fokus seratus persen pada tugas personal assistant untuk mengatur jadwal saya, menyiapkan keperluan saya untuk bekerja, dan membantu saya mengurus administrasi?" tanya Armando. Rose mengangguk cepat. "Ya, Pak. Sangat siap," sahutnya. "Bagaimana dengan suami dan anakmu nanti?" Armando kembali bertanya. Dengan enteng Rose menjawab, "Saya belum menikah, Pak. Dan saya berencana menyerahkan anak saya ke dinas sosial untuk diadopsi orang lain jika saya tidak lagi mampu merawatnya." Mendengar kemantapan Rose, Armando terkejut. Ia berusaha menutup keterkejutannya. Jika ia tidak ada di posisi calon atasan, ingin sekali ia menanyakan mengapa Rose sampai ingin menyerahkan anaknya ke dinas sosial, mengapa ia sampai drop out dari universitas sekelas Indiana University yang masuknya saja cukup sulit. "Apa alasan kamu mendaftar sebagai personal assistant saya?" tanya Armando. "Saya sadar kapasitas saya yang hanya bermodalkan ijazah SMA dan tidak ada sama sekali pengalaman kerja sehingga tidak mungkin saya mendaftar ke posisi yang lebih tinggi. Tapi saya bisa jamin, saya amat mau dan berkeinginan tinggi untuk belajar hal baru, mengerjakan job desc saya sebaik mungkin," jawab Rose tanpa ragu sedikit pun. "Saya juga ingin memberikan penghidupan yang layak untuk anak saya agar saya tidak sampai menyerahkannya ke dinas sosial, Pak," lanjutnya, masih dengan mata menatap mata Armando. Armando sudah banyak bertemu orang dengan banyak karakter berbeda, dan dari pengalamannya, Rose yang duduk di hadapannya sedang tidak membual. Ia menutup map milik Rose dan menyodorkannya di hadapan perempuan yang dari profil di curriculum vitae-nya masih berusia 21 tahun itu. "Baik, terima kasih sudah datang di sesi wawancara. Jika kamu lolos dan diterima, tim saya akan mengirimkan notifikasi lewat surel," ucap Armando menjulurkan tangan kanannya. Rose bangkit dari duduknya dengan cepat, membuat Armando kembali fokus pada perutnya yang buncit di balik blouse putih dan outer hitam. Ia menerima juluran tangan Armando dan membalas senyumnya. Ada benarnya yang dibilang para penulis artikel dan berita tentang Armando, wajar jika mereka menyebutnya dengan drop-dead gorgeous, sexy CEO. Jeff yang sudah bertahun menjadi tangan kanan sekaligus driver Armando kembali masuk ruangan setelah Rose keluar. Jika saja Jeff tidak mengeluhkan kesibukannya yang dua kali lipat karena posisi di personal assistant dan driver, tentu Armando tidak perlu repot melakukan seleksi mencari personal assistant baru. "All done, Boss!" ucapnya tersenyum lebar pada Armando yang merebahkan diri ke sandaran kursi kerjanya. "Kamu harusnya mengingatkanku untuk mengambil 10 besar saja untuk diwawancara, jadi aku tidak menghabiskan waktu seharian penuh untuk wawancara," balas Armando yang disambut tawa kecil dari Jeff. Jeff sudah ikut bekerja dengan Armando sejak Armando baru menjalankan jabatannya sebagai direktur utama di perusahaan keluarganya. Meski sudah akrab, Jeff tetap menghormati Armando sebagai atasannya. Armando berjasa banyak di hidup Jeff, rasanya selamanya ia akan berhutang budi pada kebaikan Armando. "Jeff," panggil Armando. "Kamu tahu Riverside Apartment? Rasanya aku tidak pernah mendengar nama apartemen itu di New York." Jeff terkekeh. "Tentu saja kamu tidak tahu, Bos. Itu kawasan apartemen paling murah di New York. Harga sewa per bulannya saja sekitar $600." Armando terkejut mendengar harga yang disebutkan Jeff. "Serius? $600 sudah dapat sewa apartemen di sana?" tanya Armando, masih tidak percaya. "Serius, Bos. Kalau uang sewa apartemen saya digunakan untuk sewa apartemen di sana, saya bisa dapat 4 unit. Kalau uang sewa apartemen Bos, dapatnya bisa hampir 10 unit mungkin, Bos," sahut Jeff. Armando terdiam sejenak sebelum kembali di potong oleh Jeff. "Oh, ya, Bos. Jadi ke tempat itu?" tanya Jeff pada Armando yang masih diam. Tempat yang Jeff maksud adalah kelab malam khusus yang masih banyak mempekerjakan wanita-wanita hamil sebagai penghibur. Armando selalu menghabiskan malam di sana setelah hari yang melelahkan. Ia akan menikmati menyentuh dan disentuh wanita-wanita dengan perut besar dan p******a penuh serta gairah seks yang berlebih karena kehamilan mereka. Armando menggeleng, membuat Jeff mempertanyakan ucapan Armando sebelumnya yang minta di antar ke tempat itu. Jeff tentu tahu kebutuhan seks aneh milik bosnya, di seluruh penjuru dunia mungkin hanya Jeff yang tahu selain wanita-wanita hamil yang pernah Armando sewa. "Besok kirim surel ke peserta terakhir tadi, bilang padanya bahwa lusa dia sudah mulai bekerja," kata Armando seraya bangkit, membenahi posisi jas hitam yang ia kenakan. "T-tapi bukannya tadi ada beberapa nama yang Bos bilang akan dipertimbangkan?" tanya Jeff. Armando tersenyum dan menepuk pundak Jeff. "Aku sudah mempertimbangkan, dan itu tadi adalah keputusan. Jadi, laksanakan saja tugasmu, Jeff," ucapnya sebelum berjalan menuju pintu. "Antar aku pulang sekarang, Jeff!" lanjut Armando setengah berteriak. Jeff terkejut, namun tidak terlalu. Ketika ia tahu peserta terakhir tadi tengah mengandung, ia sudah memprediksi hal seperti ini akan terjadi.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
208.1K
bc

My Secret Little Wife

read
100.8K
bc

Tentang Cinta Kita

read
191.9K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
14.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.8K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook