00
Baby
Tunggu disitu
Jgn kmn2
Me
Loh katanya mau meeting?
Aku bisa naik grab syg
Bby
Tunggu disitu
Kalau sudah seperti ini tak bisa dibantah lagi permintaan tunanganku yang satu ini.
Me
Iyaa
Tan berjalan menuju gerbang depan fakultas dan menunggu Kim Jaehwan, tunangannya yang paling menyebalkan sekaligus menggemaskan. Tak lama Tan menunggu, mobil SUV hitam berhenti tepat di hadapan Tan. Ia segera masuk ke dalam mobil dan memakai sabuk pengaman.
Pria itu masih memakai jas hitam kesayangannya. Melihatnya yang terus-terusan diam membuat Tan merasa aneh, biasanya dia terus menghujam Tan dengan berbagai pertanyaan. Sudah makan? Bagaimana kuliahmu tadi? Ada pria yang menggodamu? Dosenmu galak? Dan masih banyak pertanyaan yang sering ia ajukan pada Tan.
"Sayang." panggil Tan.
"Hm."
"Kamu kenapa sih? Kok jutek gini, hm?" tanya Tan sambil menggenggam tangan kanan Jaehwan yang tak memegang setir mobil. "Tak apa."
"Aku ada salah?"
"Tidak."
"Terus?" Jaehwan tak menjawab dan memilih memarkirkan mobilnya di dekat Sungai Han. Sangking seriusnya Tan bertanya, sampai ia tak sadar bahwa kekasihnya itu telah mengarahkan mobil mewahnya ke Sungai Han. Dia turun dari mobil lalu berjalan menuju dekat sungai, Tan mengikuti di belakang Jaehwan.
Jaehwan terdiam, mata indahnya memandangi pemandangan Sungai Han. Ia memeluk erat Tan setelah Tan berdiri di sampingnya, "Ada masalah? Cerita sama aku." ucap Tan.
"Aku ingin kau jadi milikku." tegas Jaehwan.
"Maksud kamu? Aku udah jadi milik kamu, kamu lupa kalau kita udah tunangan?" ucap Tan sembari mengelus kepala Jaehwan yang tengah bersandar di bahunya, "Ayo menikah.".
"Hm?"
"Ayo kita menikah. Aku tak mau kau berpaling dariku. Kau tau, tadi aku mendengar karyawanku membicarakanku, katanya kau masih muda, masih 20 tahun tak pantas bersanding denganku yang sudah 31 tahun ini."
Tan hanya tertawa kecil sambil tetap mengelus rambut Jaehwan, "Apa aku sudah setua itu? Kau tak malu bersanding denganku yang mulai banyak keriput ini?" lanjutnya. Tan melepaskan pelukan Jaehwan dan menangkup wajah Jaehwan dihadapannya, "Bagian mana dari muka kamu yang banyak keriputnya ?" tanya Tan. "Ini." Jaehwan menunjuk bagian samping matanya yang memang terdapat sedikit keriput.
"Itu karena kamu kelelahan kerja, sayang. Lihat, kantung mata kamu juga makin gelap."
"Tuhh kaannn. Aku tidak pantas untukmuu." jawab Jaehwan sembari mengerucutkan bibirnya. "Bukan gitu, sekarang apa yang kamu mau? Hm?" Tanya Tan dengan lembut. "Aku hanya mau kau, sayang. Aku ingin mengikatmu. Agar kau tak berpaling pada pria yang lebih muda dan lebih menawan dariku." tegas Jaehwan lalu ia kembali memeluk Tan.
"Bukannya kamu udah janji nunggu aku lulus kuliah? Cuma dua semester lagi, sayang."
"Ahh, benar juga. Aku sudah berjanji padamu, --
Jaehwan mengeratkan pelukannya dan memperdalam posisi wajahnya yang berada di ceruk leher Tan.
-Maaf."
"Buat apa kamu minta maaf? Justru aku yang minta maaf karena belum bisa nurutin keinginan kamu menikah. Aku janji belajar lebih giat biar aku bisa lulus cepat. "
"Tak perlu, sayang. Belajar sewajarnya, seperti yang biasa kau lakukan. Aku tak mau kau kelelahan belajar hanya karena aku ingin cepat menikahimu." jawab Jaehwan. "Yaudah. Gimana? Udah mendingan?" tanya Tan menanyakan perasaan Jaehwan.
"Hm."
Kalau Jaehwan memang merasa baikan, biasanya ia akan melepas pelukannya dan mencium bibir Tan. Namun, kali ini ia tetap bertahan dengan pelukan eratnya, "Ada apa lagi, sayang?"
"Hanya masalah perusahaan yang melelahkan. "
"Maaf aku nggak bisa bantu kalau masalah perusahaan."
"Cukup memberiku pelukan seperti ini, sayang. Kau sudah menghilangkan lelahku. Masalah perusahaan, biar aku yang menanggungnya."
"Hm. Aku akan selalu disini, di pelukan kamu, aku nggak akan ninggalin kamu."
"Terimakasih, istriku."
"Kita belum nikah,"
"Anggap saja sudah. Lagipula kita sudah melakukan semua yang dilakukan sepasang suami dan istri, kecuali s*x. Aku cukup hebat menahan nafsuku untuk menyerangmu yang saat itu tidur hanya memakai kemejaku tanpa dalaman apapun. Kau tahu, kau terlihat sangat menggoda saat itu, apa lagi kau tidak memasang kancing atas kemejaku dengan benar, aku jadi melihatnya walau hanya sedikit."
Astaga, "Kenapa kamu selalu m***m kalau meluk aku?"
"Karena saat memelukmu, aku bisa merasakan lekukan tubuh indahmu di tubuhku. Apalagi dadamu, terasa besar dan empuk, aku sangat ingin menikmatinya."
Inilah yang Tan tak suka dari tunangannya, pria itu sangat m***m dan vulgar, "Lepasin pelukan kamu."
"Tidak mau."
"Lepasiin." rengek Tan dengan mata berkaca-kaca. "Sayang, kau menangis?" Ucap Jaehwan saat ja melepas pelukannya dan memandang wajah Tan. "Sayang, maaf-- ahh, aku lupa ini jadwalmu datang bulan. Maafkan aku sayang. Hm?"
"Ayo pulang." jawab Tan.
"Sayang. Maafkan aku. Aku tak bermaksud seperti apa yang ada dipikiranmu, tapi memang kau yang sangat menggoda tanpa kau menggodaku."
"Udahlah lupain."
Jaehwan menggengam tangan Tan dan melangkahkan kakinya menuju entah kemana. Tan hanya mengikutinya hingga mereka sampai di sebuah kedai es krim, "Permisi, es krim coklat dua." ucap Jaehwan sambil mengeluarkan kartu dari dompetnya. "Baiklah, tunggu sebentar."
Ya, Jaehwan memang selalu tau apa yang akan membuat mood kekasihnya kembali.
"Istrimu sangat cantik, Tuan." ucap seorang wanita paruh baya sembari memberikan dua es krim ke tangan Jaehwan. "Terimakasih. Doa kan kami segera memiliki momongan." ucap Jaehwan.
Tan langsung memukul tangan Jaehwan, "Aahh. Sakit sayang."
"Tentu saja kalian akan cepat memiliki momongan. Jangan menggodanya saat ia datang bulan. Bersabarlah sebentar dan kau akan mendapatkan jatah malammu, selamat menikmati es krim kalian."
"Terimakasih, Bi." ucap Tan.
"Apa maksud kamu minta momongan cepat, huh? Kamu mau hamilin aku?"
"Iya, aku akan menghamilimu jika kau selingkuh. Atau perlu kita melakukan s*x untuk menandai kau milikku?" Jawab Jaehwan tanpa dosa.
"Jae!" pekik Tan memprotes tak terima dengan jawaban kekasihnya.
"Apa sayang?"
"Jangan mesumm. " rengek Tan.
"Aku hanya m***m denganmu sayang."
"Iya deh iyaa. Ayo pulang, aku lelah.". "Ayo." ucapnya sembari menggenggam tanganku erat.