2. Menjadi Boss Yang Baik

1176 Words
Setelah pembukaan Toserba, Hayden kembali memantau bisnisnya yang ada di pusat kota. Hayden memang bukan orang yang bisa begitu saja percaya pada orang baru, meski kini Biack telah digantikan dengan karyawan yang bekerja baik seperti Biack sebelumnya. Namun, Hayden masih mengawasi setiap gerak gerik dari pria itu.   Beberapa waktu lalu, salah satu orang kepercayaan Hayden melakukan penipuan padanya. Thomas, ia berhasil membawa banyak sekali barang dengan harga yang cukup fantastis. Berkedok jika ia telah ditipu, sampai akhirnya polisi bisa mengungkap kasus itu. Cukup membuat Hayden mulai tidak percaya pada orang-orang terdekatnya. Dan Hanya Biack yang bisa membuat Hayden kembali untuk memberikan kepercayaan itu.   Hari ini, Hayden tengah mengawasi kinerja Odison. Ya … orang yang menggantikan Biack adalah Odison, pria yang cukup manis dan pekerja keras. Sudah dua tahun Odison bekerja ditempat Hayden, dan kali ini ia mendapatkan naik jabatan karena rekomendasi dari Biack.   “Odi, bagaimana perkembangan department store dalam tiga hari ini?” tanya Hayden.   “Hayden, beberapa laporan aku periksa, sepertinya ada masalah pada gudang. Karena banyak barang minus di sana, apalagi sudah tiga bulan kita tidak mengadakan stock.”   “Hmm, apa jumlahnya besar?” tanya Hayden.   “Tidak begitu besar, tetapi cukup merugikan jika kau tidak segera menindak hal ini,” jelas Odison.   “Baiklah, minggu depan kita akan mengadakan stock, jangan ada yang pulang dan berikan mereka uang lembur,” ujar Hayden.   “Baiklah, aku akan mengatakan pada mereka.”   Setelah perbincangan itu, Odison kembali ke meja kerjanya yang ada di samping ruangan milik Hayden. Karena Hayden tidak selalu ada di dalam ruangan, Odison pasti akan menghampiri pria itu di saat sedang ada laporan yang harus segera ia berikan.   Hayden berjalan keluar dari kantornya. Berkeliling memeriksa kinerja beberapa karyawan juga ia lakukan. Tidak sendiri, Hayden selalu ditemani oleh seorang sekretaris bernama Denaya. Wanita cantik dan berusia masih sangat muda. Meski menggoda, Denaya hanyalah seorang sekretaris saja, dan Hayden tidak pernah bermain dengan wanita lain selain istrinya. Ya … bisa dikatakan jika Hayden adalah pria yang setia dengan pasangannya.   Hayden bertanya pada Denaya mengenai pekerjaan yang dilakukan seorang pria paruh baya di bagian barang besar seperti almari. Pria itu terlihat sedang duduk dengan memegang bahunya. Menepuk-nepuk perlahan, seperti sedang menahan rasa sakit di bagian itu. Dan hal itu membuat Hayden mendekatinya.   “Tuan, apa kau sedang sakit?” tanya Hayden.   “Maaf, Tuan Hayden. Aku baru saja mengantarkan pesanan seseorang. Dan sepertinya punggungku mengalami sedikit rasa sakit. Mungkin karena usia yang sudah tua,” jelas pria itu.   “Tuan, apa kau mau berpindah posisi ke bagian alat tulis?” tanya Hayden.   “Tidak perlu, Tuan Hayden. Aku sudah terbiasa dengan pekerjaan ini.”   “Tidak, aku hanya akan memindahkan dirimu saja, dan tidak akan mengubah penghasilan. Kau bisa bertukar posisi dengan remaja itu, dia sepertinya lebih cocok di sini.”   “Tuan, kau selalu baik pada semua karyawan. Aku sangat berterima kasih.”   “Tidak, aku hanya mencoba menjadi atasan yang bisa membantu kalian.”   Hayden tersenyum lalu memanggil seorang pria lain yang jauh lebih mudah dari yang ada di depannya. Dan aklhirnya mereka bertukar tempat dan pria paruh baya itu hanya melayani pembeli yang ada di baris alat tulis.   Hayden kembali berkeliling, dan setiap ia melakukan kegiatan itu, ada banyak hal yang selalu ia temukan. Entah hal yang menegangkan maupun yang membuatnya tertawa. Seperti saat ini, Hayden bertemu dengan seorang anak kecil yang sedang melihat mainan.   “Apa kau datang sendiri?” tanya Hayden.   Anak itu hanya mengelengkan kepala, lalu kembali melihat mainan yang ada di atas. Anak itu tidak bisa mengambil mainan di atas sana, dan saat Hayden datang, sepertinya ia malu untuk mengatakan hal itu.   “Apa kau akan membeli mainan itu?” tanya Hayden lagi.   Anak itu kembali menggelengkan kepalanya.   Hayden mengeryitkan ke dua alisnya, lalu menyuruh Denaya untuk bertanya pada anak itu.   “Adik kecil, di mana orang tuamu?”   “Tidak tahu.”   Hayden memanggil keamanan untuk mencari tahu mengenai ornag tua dari anak itu. karena lokasi department store itu cukup luas, maka informasi akan diumumkan lewat pengeras suara. Dan benar saja … setelah beberapa detik berlalu, seorang wanita datang dan merasa lega bisa menemukan anaknya.   “Sayang … kenapa kau berlari tadi?” tanya wanita yang mengaku sebagai ibunya.   “Mama … aku mau itu,” ucap anak itu sembari menunjuk pada mainan yang tadinya ditunjuk Hayden.   “Maaf, Sayang. Mama akan mencari uang terlebih dahulu, nanti kita kembali ke sini,” ujar wanita itu.   “Nyonya, ini untuk anakmu.” Hayden memberikan mainan itu pada anak kecil yang tidak ia kenali.   Anak itu tersenyum bahagia, ia pun berterima kasih pada Hayden. Setelah itu, mereka pergi dari sana dengan mainan yang sudah Hayden bayar sendiri.   Cukup melelahkan berkeliling tempat itu, Hayden berhenti di depan sebuah stand minuman yang ada di sana. Ia memesan minuman untuk dirinya dan juga Denaya.   “Tuan, sudah pukul empat … apa anda masih mau melanjutkannya?” tanya Denaya   “Aku akan pulang setelah ini, kau juga … terima kasih sudah bekerja hari ini.”   “Baik, Tuan.”   Setelah itu, mereka kembali ke dalam ruang kerja masing-masing dan kembali ke rumah. Saat Hayden berjalan menuju ke arah parkiran, ia melihat Odison sedang bekerja di sudut kasir. Mengawasi setiap pergerakan yang ada di dalam sana, dan ya … Odison bekerja sejak department buka dan akan pulang saat sudah tutup.   Hayden masuk ke dalam mobil dan melajukannya hingga sampai di rumah.   ***   Mobil Hayden memasuki halaman rumahnya. Dan di sana ia bisa melihat mobil milik Alaya, istrinya. Hayden berjalan masuk ke dalam rumah, dan ia bisa mencium aroma masakan untuk hidangan makan malam. Di sana, Alaya sudah mengenakan apron dan sedang menyiapkan makan malam untuk mereka berdua.   Ya … Alaya adalah wanita yang sangat suka memasak, jarang sekali mereka makan di luar rumah. Dan pelayan di sana juga hanya membersihkan sisa kotoran yang Alaya buat. Saat melihat suaminya sudah memasuki rumah, Alaya menyambutnya dengan ciuman di bibir.   “Cepat mandi, makanan sebentar lagi akan siap,” ujar Alaya.   “Baiklah … aku akan mandi.”   Hayden berjalan naik ke lantai dua, tempat di mana kamar mereka berada. Hayden langsung melepaskan satu persatu perlengkapannya, seperti sepatu, jam tangan, sampai pakaian yang dikenakannya. Setelah menanggalkan semua itu, Hayden masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.   “Ahh … segar sekali rasanya,” gumam Hayden saat air mulai membasahi tubuhnya.   Setelah lima belas menit di dalam sana, Hayden akhirnya keluar. Ia masuk ke dalam walk in closet dari pintu lain yang ada di kamar mandi. Hanya dengan mengenakan handuk yang melingkar di tubuh bagian bawah saja, Hayden mulai memilih pakaian santai yang bisa dikenakannya.   “Sayang … kenapa kau sangat lama? Cepat pakai pakaianmu!” sahut Alaya saat melihat suaminya di dalam kamar.   “Aku baru saja selesai, Sayang ... pilih pakaian untukku, dan aku akan segera turun.”   Alaya memilih setelan celana pendek dan t-shirt untuk Hayden, setelah itu Alaya kembali turun untuk melihat, apa makanan yang ia masak telah selesai dihidangkan di atas meja makan. Hari yang melelahkan untuk ke duanya, tetapi berakhir dengan menyenangkan saat bertemu dan bisa melepas keluh kesah.   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD