3. Kesibukan di Kantor

1102 Words
Setelah beberapa bulan bekerja keras untuk bisnis yang baru saja ia berjalan. Hayden merencanakan sebuah liburan untuk keluarganya. Disaat ia sedang berada di ruang kantor, Hayden tengah melihat beberapa rekomendasi tempat untuk berlibur. Dalam hati kecilnya, ingin rasanya ia pergi ke Inggris. Seperti ada daya tarik di sana. Hayden memasukkan London sebagai destinasi untuk liburan kali ini. Selain itu, Hayden juga memberikan beberapa pilihan lain, agar Alaya bisa ikut memilih. Ia tidak ingin menjadi egois karena keinginannya ke London. Beberapa Negara besar yang sering dikunjungi wisatawan mancanegara menjadi tujuan utama Hayden. Ceklek Terlihat Denaya masuk ke dalam ruang kerja Hayden dengan membawa beberapa laporan hari ini. Denaya meletakkan berkas itu di atas meja kerja Hayden, lalu menjelaskan beberapa pertemuan yang harus dilakukan pada akhir pekan. “Denaya, berikan aku satu minggu untuk berlibur. Buat jadwal dan atur ulang semua pertemuan. Aku akan pergi berlibur minggu depan. Dan akhir pekan ini, akan menjadi hari terakhir untuk pertemuan bersama para klien,” jelas Hayden. “Baik, Tuan. Tetapi … ada beberapa klien yang sudah membuat jadwal di hari setelah itu.” “Batalkan, atau jika mereka mau mengatur ulang, aku akan menemui mereka.” “Baik.” “Apa kau sudah mengerti?” “Sudah.” “Hari ini aku akan berkeliling seperti biasa, jangan lupa membawa beberapa lembar laporan yang seharusnya aku pertanyakan pada Odison,” ujar Hayden. “Baik, Tuan.” Denaya berjalan keluar dari ruangan itu, dan menutup kembali pintunya. Sementara itu, Hayden kini manatap berkas di atas meja kerja itu. satu persatu i abaca dan pelajari. Hayden sangat teliti jika berhubungan dengan laporan pemasukan dan pengeluaran. Ia tidak akan melewatkan satu angka pun jika terjadi kesalahan. Namun, jika semua bisa diperbaiki, hayden adalah orang yang paling baik hati dalam memimpin sebuah bisnis. Karena ia tidak pernah berlaku kasar atau mengeluarkan karyawan secara tidak hormat. Setelah memeriksa berkas-berkas itu, Hayden kini beranjak dari tempat duduknya dan berjalan keluar. Ia melihat Denaya sudah berdiri di samping meja kerjanya dan siap menemani Hayden untuk pergi berkeliling. “Tuan, ini laporan yang kau minta,” ujar Denaya. “Baiklah … aku akan memeriksanya, sembari kita berjalan menuju ke tempat yang bermasalah dalam laporan ini.” Denaya mengangguk, dan berjalan mengekor pada Hayden. Setiap langkah Denaya, selalu saja ada seorang yang tengah mengawasinya. Seperti sebuah CCTV, kecantikan Denaya memang membuat beberapa pekerja di sana jatuh hati. Hanya saja, Denaya memiliki seorang kekasih dan ia akan segera menikah dalam waktu dekat. Saat sampai di lorong perlengkapan kamar mandi, Hayden memeriksa beberapa barang yang dikatakan minus dari laporan yang ada. Jumlah barang di etalase, dengan di dalam computer sangat jauh berbeda. Barang-barang itu seperti raip dan tidak bisa ditemukan, tetapi … Hayden bukanlah orang bodoh. Ia akan ikut terjun dalam hal jumlah barang dan juga penjualan. “Denaya, panggil Odison kemari.” “Baik.” Denaya berjalan menghampiri Odison yang sedang berdiri di belakang meja kasir. “Odison, Tuan Hayden ingin berbicara denganmu.” Akhirnya mereka kembali ke tempat Hayden berdiri saat ini. Odison bertanya pada Hayden,”ada apa?” “Apa kau masih belum bisa mencari keberadaan barang yang hilang ini?” tanya Hayden. “Aku sedang menelusurinya.” “Dimana karyawan yang bertugas untuk barang-barang di sini?" “Mereka ada di sana,” ujar Odison sembari menunjuk pada lorong yang kini tengah membenahi beberapa barang datang. “Kau sudah memeriksa semua?” “Sudah, aku juga sudah memeriksa gudang pusat. Dan tidak ada barang itu di sana.” “Siapa penerima barang ini?” tanya Hayden. “Meyrika, dia adalah kepala admin yang ada di gudang pusat.” “Baiklah, kau harus segera menyelesaikan masalah ini, aku tidak ingin semakin berlarut. Nominal yang hilang juga tidak kecil, apa kau mau memotong gaji mereka untuk menggantikan barang ini?” tanya Hayden dengan nada tegas. “Aku akan berusaha, jika tidak ada hasil. Sebaiknya kau potong gajiku, jangan mereka.” “Bagus, aku akan memegang ucapanmu.” Hayden berjalan menjauhi Odison. Dan kembali memeriksa setiap etalase yang menjadi sorotan pada laporan yang dia pegang. Bersama Denaya, Hayden kini sampai di sebuah lorong ujung utara, dan di sana terdapat barang-barang seperti perlengkapan makan, atau dapur. “Denaya, kau yakin jika laporan ini benar?” tanya Hayden. “Yakin, Tuan. Karena mereka sendiri yang memberikannya padaku.” “Panggil bagian lorong ini.” Denaya mencari dua orang yang ditugaskan di sana. Tetapi, ia tidak bisa menemukan dua orang itu. hingga akhirnya Denaya kembali dan mengatakan pada Hayden jika kedua karyawan itu tidak ada. “Masih jam kerja, apa mereka sedang merokok atau melakukan hal lain?” tanya Hayden. “Maaf, Tuan. Aku tidak tahu mereka ada dimana?” “Baiklah, ikut dengan aku masuk ke dalam sana.” Hayden melangkah masuk ke dalam sebuah ruangan yang terlihat sedikit ramai. Benar saja, ada empat orang pria sedang duduk dan menghisap rokok di mulutnya. Membuat Hayden geram, dan akhirnya menghukum mereka. “Kalian harusnya sadar dengan kesalahan. Kenapa kalian tidak pernah melakukannya dengan benar?” omel Hayden. “Tuan, maaf. Kami hanya sedang kelelahan saja, hari ini begitu banyak pengunjung yang datang.” “Baiklah, kalian bisa memilih. Istirahat selamanya, atau mematuhi peraturan yang ada?” “Tuan, jangan memecat kami. Aku minta maaf,” ujar seorang pria yang terlihat cukup tua. Hayden hanya bisa menggelengkan kepalanya. Tidak ingin menyakiti karyawan itu, tetapi bisnisnya terancam mengalami kebangkrutan jika tidak ada yang bisa bekerja dengan baik di sana. Setelah memutuskan hukuman untuk mereka, Hayden berjalan kembali. Kali ini ia memilih kembali ke dalam ruang kerja, dengan tangan yang memijat kepalanya. Hayden merasa sedikit gagal. “Tuan, kenapa anda tidak memecat mereka?” tanya Denaya yang saat ini berdiri di hadapan Hayden. “Kau tidak akan pernah tahu bagaimana kehidupan mereka setelah memecatnya. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri, tidak akan memecat karyawan jika mereka tidak mengundurkan diri sendiri,” jelas Hayden. Denaya mengangguk. Hayden kembali membuat laporan pada beberapa barang yang sudah siap masuk ke dalam laporan bulanan. Dan ia juga sedang memilah barang bermasalah dengan tidak. Sampai akhirnya Hayden menemukan kejanggalan di dalam laporan yang terjadi. “Denaya, aku sudah menemukan jawaban atas masalah hilangnya perabot kamar mandi.” Hayden tersenyum, lalu mencocokkan beberapa laporan yang ia dapatkan saat ini. Benar saja, ada beberapa barang yang masuk ke dalam list barang lain. Dan itulah kenapa membuat laporan itu kacau. Denaya yang sudah mengetahui hal itu, kini menghampiri Odison untuk menjelaskan perihal kesalahan input. Sepertinya admin gudang mengantuk saat memasukkan nama barang di sana. “Lega rasanya semua berakhir dengan baik.” Hayden merapikan meja kerja miliknya, lalu mulai bersiap untuk pulang ke rumahnya bersama Alaya yang sudah menunggu di restoran.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD