Waktu makan siang tiba. Ben dan Raka sepakat mengisi perut di sebuah rumah makan dekat kantor. Restoran rumahan itu tak fancy, tapi lumayan terkenal karena nasi campur dan sambalnya yang juara. Anggaplah keduanya beruntung karena begitu mereka masuk, dua orang pelanggan berdiri dari duduknya, menyisakan sebuah meja kecil berkapasitas dua orang. Ben duduk setelah mencuci tangan, lalu sibuk menyandarkan kruknya di dinding saat Raka langsung memesan makanan. “Nasi campur pakai ayam goreng paha, sayur asem, tempe mendoan, ekstra sambal korek, dan air mineral dingin pakai es.” “Saya nasi campur pakai telur dadar, tumis daun pepaya, tempe goreng, air mineral dingin pakai es juga, sama tambahannya sate taichan dua puluh tusuk.” Raka mengangkat alis begitu pelayan menjauh dari meja. “Kita maka

