bc

The Gifted

book_age12+
22
FOLLOW
1K
READ
drama
mystery
scary
highschool
secrets
self discover
supernatural
special ability
school
spiritual
like
intro-logo
Blurb

Tania adalah seorang gadis SMA berusia 16 tahun yang memiliki kemampuan berinteraksi dengan makhluk halus sejak ia dilahirkan. Kemampuan yang dimilikinya tidak hanya itu, Tania juga bisa melihat makhluk halus dengan menggunakan suatu benda ataupun objek yang memantul seperti cermin, air dsb. Karena kelebihan yang ia miliki membuat dirinya tidak bisa bersosialisasi dengan baik bersama teman-temannya, dan membuatnya menjadi sosok yang penyendiri. Suatu hari, ada seorang murid yang baru pindah di sekolahnya, tepatnya di kelas Tania yang bernama Niko. Walaupun menjadi murid baru di kelasnya, Niko adalah seorang anak periang dan mudah bergaul dengan teman-teman barunya. Setelah beberapa minggu dari kepindahan Niko di kelas Tania, Niko memberanikan diri untuk mendekati Tania yang pendiam. Ternyata Niko mendekati Tania karena suatu maksud, dan Niko menyimpan sebuah rahasia. Apakah yang akan terjadi selanjutnya dengan Tania dan Niko?

Dan apakah kemampuan yang dimiliki Tania hanya yang dirinya ketahui saja?

chap-preview
Free preview
01. Murid Baru
Tania adalah seorang gadis berusia 16 tahun, kini dia duduk di kelas 2 bangku SMA. Tania sejak lahir diberi karunia oleh Tuhan, yaitu dia bisa melihat makhluk tak kasat mata namun dengan bantuan perantara. Tania juga dapat menyembuhkan orang yang kerasukan, dan dirinya dapat berinteraksi dengan makhluk halus. Semua kelebihan yang di dapatnya itu, dahulu pernah dimiliki oleh mendiang ayahnya. Tania sering berinteraksi dengan makhluk halus, dan membuatnya seolah sedang berbicara sendiri. Teman-teman dikelas Tania yang tidak mengetahui kelebihan Tania, menyebut diri Tania aneh dan menjauhinya. Tania pun sulit bergaul dengan teman-temannya, baik teman di lingkungan sekolah maupun di rumahnya. Tania tidak mempunyai teman untuk diajak berbicara semenjak ia kecil, dan hal itu sudah terbiasa untuk dirinya. Sampai suatu hari, datanglah anak murid pindahan dari sekolah lain yang bernama Niko di kelas Tania. *** Rabu pagi di dalam kelas Tania. Tania dan semua teman sekelasnya hari itu sudah duduk di kursinya masing-masing, dan wali kelasnya masuk ke dalam kelas diikuti seorang anak laki-laki dengan berseragam seperti anak-anak lainnya. Wali kelas dan anak laki-laki itu berdiri di depan murid-murid lainnya sembari menatap kearah mereka. Beberapa anak perempuan memperhatikan anak laki-laki yang berdiri di samping wali kelasnya, dan saling berbisik penuh tanya satu sama lain. "Pagi anak-anak." Sapa Bu Yani wali kelas Tania. "Pagi Bu…" Jawab murid-murid. "Bagaimana kabarnya hari ini? Sudah siap ya dengan kuis hari ini?" Goda Bu Yani kepada anak-anak didiknya. "Yaah..." Jawab murid-murid dengan lesu. Tania hanya terdiam dan duduk sendiri di pojok dekat jendela, sambil melirik sekilas ke arah Bu Yani dan anak laki-laki di samping wali kelasnya itu. "Tapi sebelum kuis dimulai, Ibu mau kasih pengumuman terlebih dahulu… Kalian dapat teman baru nih! Anak yang di samping Ibu ini." Bu Yani melihat murid-muridnya dan Niko sambil tersenyum. "Mulai hari ini Niko menjadi kelas 11-3. Yuk, sini Niko! Perkenalkan diri kamu!" Bu Yani lebih mendekat ke arah Niko sambil terus tersenyum. "Baik Bu." Niko tersenyum kecil dan melangkah untuk lebih dekat dengan gurunya. "Halo semuanya, salam kenal„ Perkenalkan, nama saya Niko." Niko yang masih berdiri di samping Bu Yani. "Oh, namanya Niko. Cakep ya?" Bisik beberapa gadis ke teman sebangku mereka. "Saya adalah murid pindahan dari sekolah SMA Pelita di Jakarta. Selebihnya jika ada yang ingin tau lebih lanjut mengenai saya, teman-teman bisa tanyakan langsung ke saya… Mohon bantuannya dan terima kasih." Niko sambil tersenyum. "Halo Niko„ Salam kenal juga." Sambut murid-murid lainnya. "Niko udah punya pacar belum?!" Celetuk Selena, sambil pura-pura malu-malu. Beberapa anak perempuan mendukung pertanyaan yang dilontarkan Selena kepada Niko. "Huu,, Dasar genit!" Sorak beberapa murid laki-laki kepada Selena. Selena langsung mendelik sinis kepada anak laki-laki yang menyorakinya. Niko hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan dari Selena. Beberapa anak mulai mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan pribadi kepada Niko, dan Niko pun menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan teman-teman barunya. "Sudah-sudah! Dilanjut nanti ya? Sekarang kita kuis dulu." Bu Yani kepada murid-murid. Murid-murid yang sebelumnya ricuh, mulai terdiam. "Niko„ Kamu duduk dengan Rudi ya, di sana!" Perintah Bu Yani, sambil menunjuk di kursi belakang yang berdekatan dengan tempat duduk Tania. Niko pun mengangguk dan segera berjalan ke arah kursi yang ditujunya. Sesekali Niko melirik ke arah Tania yang duduk menunduk di pojok, dengan rambut terurai hampir menutupi sebagian besar wajahnya. Niko pun sampai di kursinya dan duduk. Niko disambut ramah oleh Rudi, yang kini menjadi teman sebangkunya. Pelajaran pun dimulai, dan Niko dibantu oleh teman-teman barunya karena sikapnya yang mudah bergaul dan terbuka. Seperti biasa, Tania tidak banyak bicara dengan teman-temannya dan hanya duduk terdiam di kursinya. Waktu istirahat tiba, seperti biasa Tania mengeluarkan kotak bekal makan siangnya dari dalam tas. Hampir semua teman-teman sekelas Tania pergi ke kantin sekolah, termasuk Niko yang diajak Rudi untuk makan di kantin sekolah. Di dalam kelas hanya ada beberapa anak yang memutuskan untuk istirahat di dalam kelas dan sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Tania pun makan sendiri dimejanya, dan tak ada satu pun yang ingin menemani Tania. Bela, Danisa, Tri dan Mia adalah teman sekelas Tania yang menghabiskan waktu istirahatnya di dalam kelas. Meja mereka berada di barisan yang sama dengan Tania, dan berdekatan dengan meja guru. "Nis„ Kamu kalo masih enggak enak badan ke ruang UKS aja, yuk? Aku anter." Bela khawatir kepada Danisa teman sebangkunya yang sedari pagi terlihat murung dan hanya diam saja, tidak seperti biasanya. Danisa tidak menjawab Bela, dan hanya terdiam menelungkupkan kepalanya diantara kedua lengannya di atas meja. Tri dan Mia yang duduk di depan meja Bela hanya menatap Bela dan Danisa secara bergantian. Bela, Tri dan Mia saling menatap satu sama lain. "Kenapa sih, si Nisa?" Bisik Mia kepada Bela, namun suaranya masih bisa terdengar di ruang kelas karena cukup sepi. "Ga tau, dari pagi diem terus. Ditanya sakit atau engga, dia enggak jawab„ Tapi aku pegang jidatnya engga panas kok." Jelas Bela sambil menatap Mia dan Tri. Dari belakang sambil membereskan kotak bekalnya, diam-diam Tania memperhatikan teman-teman yang ada di depannya. Sesekali Tania melihat ke arah jendela di samping kiri Danisa dengan tatapan tajam. Jendela-jendela di kelas Tania itu langsung mengarah ke kebun sekolah. "Tumben? Ni anak biasanya mulutnya ga pernah diem… Nisa kamu kenapa, Nis? Kalo sakit ke ruang UKS aja, atau mau izin pulang?" Tri yang ikut khawatir dan kebingungan, memegang tangan Danisa. Tri terkejut karena merasakan tangan Danisa yang dingin. "Eh! Tangannya dingin, loh!" Tri yang semakin menggenggam tangan Danisa. "Masa sih?! Tapi tadi aku pegang jidatnya enggak panas kok!" Jelas Bela yang tidak percaya. Bela dan Miya akhirnya ikut memegang tangan Danisa, ternyata perkataan Tri memang benar. "Ya udah kita bawa ke ruang UKS aja yuk?!" Bela kepada Tri dan Mia, sambil berdiri dan hendak membangunkan Danisa yang masih menelungkupkan wajahnya. Tri dan Mia setuju, mereka ikut berdiri dan hendak membantu Bela untuk membawa Danisa ke ruang UKS. Saat Bela menarik kedua pundak Danisa agar posisinya bisa duduk tegap, Danisa tiba-tiba mulai menyeringai menatap lurus ke depan. Bela, Tri dan Miya langsung terdiam membeku di tempat dan saling menatap satu sama lain. Danisa mulai cekikikan dengan tatapan kosong lurus ke depan. Saat itu di dalam kelas hanya ada beberapa anak, dan suasananya masih agak hening. Saat mendengar Danisa tertawa cekikikan, sontak beberapa anak lain yang berada di dalam kelas menatap ke arah Danisa dengan cemas dan ketakutan. "Kesurupan!!!" Teriak Bela ketakutan. Bela, Tri dan Mia tanpa berlama-lama langsung berlari ke luar kelas, dengan raut wajah yang ketakutan dan saling mendahului satu sama lain. Teman-teman yang saat itu berada di kelas pun ikut keluar kelas dengan terburu-buru dan ketakutan menyusul Bela dan yang lainnya. Pasalnya, kejadian anak siswa kerasukan di sekolah mereka sering terjadi. Di dalam kelas hanya ada Tania yang masih memperhatikan Danisa yang terus cekikikan. Tania langsung berdiri dan mendekati Danisa. Tania memegang tangan kanan Danisa dan mulai membaca do'a dengan suara yang pelan sambil menatap ke arah jendela samping Danisa. Mulut Tania tidak berhenti komat-kamit membaca do'a, sambil satu tangannya lagi memegang bahu Danisa seperti merangkul. "Ampuun! Ampuun! Saya akan keluar! Udah jangan siksa saya lagi! Saya mau keluar!" Danisa mulai menangis dan meronta. "Pergi!! Jangan ganggu teman saya!!" Bentak Tania dengan suara yang samar kepada Danisa. Teman-teman sekelas Tania hanya memandangi kejadian di dalam kelas dari depan pintu kelas, dan beberapa temannya pergi ke ruang guru untuk memanggil guru. Tak lama, teman-teman sekelas Tania mulai datang dan berkerumun di depan kelas karena tidak berani masuk ke dalam kelas. Niko dan Rudi yang terakhir datang pun langsung mendekati kerumunan dengan perasaan penuh tanya. "Ada apa itu?" Tanya Niko sambil celingukan dan menatap wajah beberapa teman sekelasnya yang sibuk memperhatikan dan berbisik-bisik membicarakan kejadian di dalam kelas. "Eh iya?! Ada apaan sih, ngumpul di sini?! Kenapa??" Tanya Rudi ke teman sekelasnya. Tania mulai membaca do'a kembali, lalu meniup telinga Danisa. Danisa langsung terkulai lemas tidak sadarkan diri. Tania yang masih berdiri di samping Danisa, langsung mendekap Danisa di dadanya agar ia tidak terjatuh ke lantai. Niko langsung berusaha menembus kerumunan untuk masuk ke dalam kelas, dan berjalan ke arah Tania. Setelah mendengar penjelasan dari temannya, Rudi langsung melirik Niko yang tadi berdiri di belakangnya. "Oh, ternyata ada yang kesurupan Nik!" Rudi sambil berbalik. Rudi celingukan karena teman sebangkunya itu sudah tidak ada lagi di tempatnya tadi. "Lah?! Kemana tuh anak?!" Rudi terus celingukan di kerumunan, untuk mencari Niko yang menghilang. Di dalam kelas. ~Aduh! Mau angkat tapi enggak kuat, berat… Anak-anak udah panggil guru belum, ya? Biar Nisa cepet-cepet dibawa ke ruang UKS. Kasian kayak gini….~ Dalam hati Tania sambil melihat ke arah kerumunan di depan pintu kelas. Tania yang masih mendekap Danisa tidak sengaja saling bertatapan dengan Niko yang pada waktu itu sudah ada di dalam kelas, dan Niko sedang berjalan dengan cepat ke arahnya. ~Dia?!~ Dalam hati Tania sambil terus menatap Niko yang beberapa langkah lagi sampai dihadapannya. "Sini, biar aku aja." Niko langsung menggeser meja dan membopong Danisa. Tania pun ikut membantu agar Niko bisa membopong Danisa. ~Eh? Mau bopong sendirian?! Emangnya kuat bopong Nisa sendirian? Bisa?! Nisa kan lumayan berat„ Nanti malah pinggang dia yang keseleo gimana?!~ Dalam hati Tania yang mencemaskan dan menatap Niko. Niko tersenyum menatap Tania, dan mulai berjalan membawa Danisa ke ruang UKS. Tania hanya terdiam di tempat sambil menatap punggung Niko dengan penuh tanya. Rudi dan teman sekelasnya yang lain saat melihat Niko berjalan keluar kelas dengan membopong Danisa, langsung bergegas membantu Niko. Namun Niko menolak dan meminta menunjukkan jalan ke ruang UKS, Rudi langsung memandu Niko berjalan ke ruang UKS.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
102.4K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

My Devil Billionaire

read
94.9K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Suami untuk Dokter Mama

read
18.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook