Awal Mula Kisah Pertemuan Kita

1213 Words
Di perjalanan pulang. Lucyana langsung mengabari sahabatnya. Bahwa pertemuan ia dan juga abang temannya itu tak berjalan seperti apa yang ia bayangkan. Tentu saja hal itu membuat Rosalia berang hingga mengajak anak-anaknya untuk datang ke rumah abang kandung satu-satunya itu. Mobil terparkir dan Rosalia langsung membawa kedua anaknya melangkah masuk ke dalam lift yang membawa naik ke atas di mana apartemen Dave berada. Ting.. Pintu lift terbuka dan dengan cepat Rosalia menekan kode password pintu apartemen Dave. “Abang Dave!!” Teriak Rosalia saat wanita dua anak itu melangkah masuk ke dalam kediaman sang abang tersayang. Rosalia sangat marah akan tindakan sang abang yang selalu saja menolak tiap ada wanita yang ia kenalkan. Terlebih lagi, perlakuan Dave kepada sahabatnya tadi sangat keterlaluan. “Alif, Gina.. Kalian bantu Bunda temukan, Om Dave. Cari dimana saja. Kolong meja, kolong ranjang, di bawah kulkas atau kalau perlu di dalam mesin cuci.” Ucap Rosalia kepada kedua anaknya. Alif dan Gina, kedua anak itu saling pandang dan perlahan mengangkat kedua bahu. “Tapi, Bun.. Kita sebenarnya mau cari om Dave atau b..” “Kalian cari aja cepat. Bantu Bunda temukan Om kalian yang suka sekali membuat pusing dan jengkel.” Sela Rosalia. “Hahhh.. Tau gitu, mending tadi kita berdua nggak ikut Bunda jalan. Kirain mau di bawa ke mall bermain eh malah ke sini.” Protes Alif yang tidak terdengar oleh Bundanya. Karena Rosalia sudah sibuk mencari Dave. Ia yakin sang abang ada di rumah. Karena dia sudah menelfon salah satu perawat yang biasa bekerja bersama Dave. Dan sang perawat mengatakan bahwa jadwal Dave kosong malam ini. “Bang Dave, keluar!!” Teriak Rosalia masuk ke dalam kamar abangnya. Sementara Alif dan Gina, kedua anak itu masuk dan melihat dan membuka kamar mandi sang paman. Menghela nafas panjang mendengar suara Bunda mereka yang cempreng memanggil nama Paman Dave. “Bang Dave! Kalau dalam hitungan ketiga abang tidak muncul. Aku gembok permanen dan jual apartemen ini supa..” “Berisik!” Ketus Dave yang muncul dari arah balkon. Dan di telinga pria itu tersumbat earpod. Rosalia balik badan, melangkah cepat ke hadapan sang abang. Memasang posisi kacak pinggang dan menatap tajam. Siap mengeluarkan uneg-uneg dan kemarahannya kepada Dave. “Abang, kok tega banget memperlakukan teman ku seperti itu?! Dia orangnya baik loh, Bang! Cantik, pintar masak, kariernya juga bagus, desainer handal dan terkenal. Apa lagi yang kurang? Paket komplit jika dijadikan istri. Tapi kenapa abang menolak untuk pergi berakhir pekan bersamanya?” Omel Rosalia marah menatap jengkel kepada Dave. “Aku malas untuk jalan, Ros. Kau tau sendiri, aku lebih betah tinggal di rumah.” Jawab Dave santai kemudian menghampiri kedua ponakannya dan mengajak mereka duduk di sofa bersamanya. Rosalia yang masih merasa marah dan jengkel. Berkali-kali menarik nafas panjang dan menghelanya kasar. Lalu memijat kepalanya yang terasa pusing dengan semua kelakuan sang abang. “Abang, tau nggak? Abang Dave, sudah buat aku malu. Apalagi kalau kembali bertemu dengan Lucy. Arghh.. Mau taruh di mana wajahku ini.” Rosalia mengambil bantalan sofa lalu dilemparkan ke arah abangnya. Namun dengan sigap Dave menghindar. Sehingga bantal itu melayang menubruk dinding. Alif dan Gina bertepuk tangan dan tertawa senang melihat ketangkasan paman mereka. “Sudahlah, Ros.. Lupakan niatmu untuk selalu mencarikan abangmu ini jodoh. Apalagi dengan para wanita pilihanmu itu.” Sahut Dave santai. “Terus.. Abang, mau di jodohkan dengan siapa kalau bukan wanita? Para laki-laki, begitu?” Rosalia jatuh terduduk di atas sofa di depan Dave dan kedua anaknya menertawakan bunda mereka. “Laki-laki? Hmm.. Boleh.” Balas Dave santai. Mendengar jawaban sang abang. Mata Rosalia melotot garang sekali. Dan dengan cepat berdiri dan memukul abangnya dengan bantalan sofa. Membuat Alif dan Gina ikut tertawa melihat reaksi bunda mereka. Setelah capek memukul dave yang tak membalas perlakuan Rosalia kepadanya. Wanita itu menyuruh kedua anaknya untuk pergi masuk dan menonton Tv di kamar paman mereka. Karena ada hal penting yang ingin ia bicarakan berdua dengan Dave. “Sampai kapan abang betah hidup sendiri? Abang, ngga kasihan lihat Ayah dan Bunda? Mereka sudah tua dan sangat menginginkan cucu dari, Abang.” Rosalia mengingatkan. “Lah, Alif dan Gina kan sudah ada. Kan sama aja, Ros. Mereka juga cucu ayah dan bunda.” Sahut Dave menyandarkan tubuhnya ke sofa. “Yah bedalah, Bang.. Maksud ayah dan Bunda, anak kandung dari abang dan juga istrinya.” Sanggah Rosalia. Dave diam dan menghela nafas kasar mendengar penuturan sang adik. “Sebenarnya, tipe wanita seperti apa yang abang cari? Katakan pada ku, biar aku coba menemukannya.” Imbuh wanita itu. “Tidak usah! BIar aku sendiri yang mencarinya. Kamu tak perlu repot-repot lagi melakukannya untuk abangmu ini. Biarkan aku menemukannya sendiri dan membawanya ke hadapan Ayah dan Bunda. Puas?!” Tukas Dave cepat. “Benaran yah, Bang? Awas yah! Kalau sampai seminggu ini abang nggak membawa calon istrinya ke hadapan Ayah dan Bunda. Akan Ros jodohkan kembali dengan wanita yang sudah ku pilih untuk menjadi istrimu.” Imbuh Rosalia tersenyum licik. “Terserah apa maumu. Yang jelas, akan aku kabulkan keinginan kalian. Membawa calon istri yang akan aku nikahi. Menjadi istri dan pendamping hidup ku!” Tegas Dave. Dua hari kemudian.. Karena pusing memikirkan keinginan keluarganya. Dave akhirnya keluar mencari hiburan di salah satu club malam terkenal di Kota Jakarta. Awalnya ia hanya duduk-duduk dan melihat situasi di dalam kelab malam itu. Walau banyak wanita yang datang menghampiri dan menggodanya. Dengan pelan ia menolak tanpa membuat para perempuan malam itu tersinggung. Baru saja berdiri, ingin beranjak pergi. Tiba-tiba ia mendengar keributan tak jauh dari tempat ia duduk saat ini. Merasa penasaran, ia pun bertanya pada bartender yang menyediakan minuman di hadapannya. “Apa yang terjadi di sana?” Tanya Dave memicingkan matanya. “Biasalah, gadis baru.” Jawab sang bartender santai sambil mengelap gelas ia tersenyum. Dave kembali menoleh, melihat apa yang terjadi di depan sana. Tampak sang gadis memohon terus menerus tapi tak ada satu pun yang mendengarkan apa yang ia katakan. Tak tau kenapa, hati Dave terusik melihat wajah gadis yang menangis dan memohon-mohon itu. Seperti ada suatu magnet yang menarik dirinya untuk bergerak maju ke sana dan menolongnya. Tiba-tiba gadis itu diserahkan kepada dua laki-laki dan dibawa pergi oleh mereka menuju lantai atas. Tak membuang waktu, Dave menghampiri pria pemilih club malam itu. Tanpa banyak kata, ia langsung negosiasi harga yang harus ia bayar untuk menebus gadis yang baru saja dibawa pergi dua laki-laki ke lantai atas. “200 juta! Jika kau menginginkan gadis itu. Nominal harga segitu yang harus kau bayar!” Tegas Agus, pria pemilik club malam. Dave mengangguk-anggukan kepalanya pelan. Lalu dengan cepat membuka ponselnya. Drrtt.. “Lihat ponselmu! Aku sudah mengirimkan sejumlah uang yang kau inginkan.” Ujar Dave cepat. Agus melihat ponselnya yang terletak di atas meja. Dan perlahan tersenyum dan memandang Dave. “Senang berbisnis denganmu. Silakan, wanita itu milikmu!” Sahut Agus menjabat tangan Dave dan tersenyum lebar. Tanpa membuang banyak waktu, Dave bergerak cepat naik ke lantai atas. Mendobrak pintu dan terjadilah perkelahian antara dirinya dan juga dua laki-laki lainnya. Awal mula dia menemukan gadis yang cocok untuk ia bawa ke hadapan kedua orang tua dan juga adiknya. Orang yang baru pertama kali Dave lihat tapi sudah bisa membuat dirinya merasa penasaran. Melihat wajah gadis yang berlinang air mata dengan tubuh yang hanya mengenakan pakaian dalam. Sungguh ironis sekali pertemuan pertama mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD