Part 7

1294 Words
Pria itu nampak mondar-mandir di depan pintu ruangan yang membuatnya sejak tadi merasakan cemas yang mengusik jiwa dan raganya, Joshua begitu takut sesuatu terjadi pada Jennie, Hingga saat dokter keluar dan menghampirinya ia mencoba untuk menguatkan diri mendengar hasil periksa Jennie di dalam sana.   " Dari apa yang telah kami periksa sepertinya dia mengalami keracunan , mungkin makanan atau bisa saja obat-obatan, Apa sebelumnya dia makan sesuatu yang aneh atau kamu telah meminum obat yang kadaluarsa padanya.?? " tanya dokter itu menatap Joshua penasaran.   " Tadi pagi aku membeli obat yang biasa dia minum saat sakit, Ku rasa obatnya tidak kadaluarsa dok, soal makanan sepertinya juga tidak." Jelas Joshua.   " Kau tidak perlu cemas dia sudah baik-baik saja sekarang, Telat sedikit kau membawanya ke sini dia bisa saja kehilangan nyawanya. " Lanjut sang dokter sukses membuat Joshua merinding mendengarnya.   Setelah dari ruang gawat darurat Jennie di pindahkan ke ruang perawatan di bantu oleh dua orang perawat dan tentunya Joshua yang senantiasa berada di sebelahnya. Saat ini Jennie masih belum sadarkan diri akibat efek obat yang telah di berikan dokter sehingga Joshua harus menunggu hingga gadis itu sadar untuk menanyakan soal obat kadaluarsa yang di minumnya kemarin.   " Kalau ada apa-apa kau bisa memanggil kami. " Ucap perawat begitu selesai memindahkan Jennie ke ruangannya.   " Terima kasih. " Balas Joshua ramah.   Joshua kembali duduk di sebelah Jennie sambil mengamati wajah Jennie dengan perasaan sedikit lega, Sejenak ia berpikir bagaimana bisa Jennie meminum obat kadaluarsa, Ia tak habis pikir gadis sepintar Jennie bisa meminum obat kadaluarsa. Perlahan tapi pasti Jennie mulai membuka kedua matanya, Ia menyentuh kepalanya yang terasa pusing sembari mengerjapkan mata dan melihat suasana ruangan yang asing di penglihatannya.   " Akhirnya kau sadar juga, Apa ada yang sakit.?" tanya Joshua lirih.   " Aku di mana? " tanya Jennie kebingungan.   " Di rumah sakit, Aku membawamu ke rumah sakit begitu melihat kondisi mu memburuk." Jawabnya pelan.   " Lebay sekali, Biasanya kan aku hanya demam biasa di kasih obat langsung sembuh, Kenapa sampai di bawa ke rumah sakit." Gumam Jennie menatap sinis Joshua.   Joshua dengan pelan menyentil kening Jennie dan mengikuti ucapannya dengan nada yang melucu.   " Nyawa mu hampir melayang karena keracunan tahu, Sekarang katakan padaku, Apa yang membuatmu sampai seperti ini.? " Lontar Joshua tegas.   " Aku tidak minum obat apapun akhir-akhir ini, Seingat ku kondisi ku mulai memburuk setelah pulang dari kencan kemarin, Mungkin bukan obat.. Bisa saja makanan yang ku makan kemarin memang sudah tidak Bagus. " Jawab Jennie seketika membuat Joshua terdiam sejenak.   " Kenapa aku bisa lupa? Kemarin aku memberikan obat tidur untuk pria itu dan mungkin tidak sengaja di minum oleh Jennie, Aku bahkan tidak tahu kalau obat itu sudah kadaluarsa apa tidak.., Bodohnya aku, Aku hampir saja membunuh saudaraku sendiri. " Batin Joshua dengan wajah yang mulai ketakutan.   " Kau kenapa? Seperti habis melihat setan saja." Sahut Jennie sukses membuat Joshua tersadar dan langsung salah tingkah.   " Aku akan keluar sebentar untuk membeli buah segar untukkmu, Kalau ada mama atau papa yang menelpon jangan bilang ke mereka kalau kau masuk rumah sakit, Aku tidak ingin mereka sampai khawatir. " Ucap Joshua sebelum meninggalkan kamar Jennie.                                                     ☘️   Joshua sengaja berbohong pada Jennie untuk keluar membeli buah karena ia ingin memastikan sesuatu pada seseorang, Pria itu nampak menghubungi seseorang dengan wajah cemas sambil mondar-mandir di koridor rumah sakit.   " Katakan padaku obat yang waktu itu kita gunakan praktek apa obat itu sudah kadaluarsa.?" Tanya Joshua penasaran.   " Obat tidur yang waktu itu kita praktekan di laboratorium?? " Sahut Joaquin di seberang sana.   " Iya. "   " Kalau tidak salah masa kadaluarsanya sekitar satu tahun yang lalu, "   " Apa katamu? Satu tahun yang lalu.? " Sahut Joshua terkejut saat Joaquin memberitahunya soal obat itu.   " Kau tidak dengar saat profesor mengatakan kalau obat yang kita praktekkan waktu itu memang sengaja obat kadaluarsa supaya kita bisa tahu lewat alat pendeteksi.. " Belum sempat Joaquin melanjutkan kalimatnya Joshua sudah mengakhiri panggilan itu secara sepihak.   " Bodohnya aku... " Ucap Joshua sambil menjambak rambutnya sendiri.   " Joshua. " Sahut seseorang sukses membuat pria itu melirik ke arah sumber suara.   Kedua mata Joshua menangkap sosok yang tak asing tengah memandangnya dengan tatapan tak bersalah, Di saat seperti ini Joshua sedang tidak ingin bertemu dengannya tapi kenapa ia selalu di pertemukan dengan gadis itu lagi.   " Apa yang kau lakukan di rumah sakit? Apa kau sedang sakit.? " Tanya Sena menyantapnya sayu.   " Bukan urusanmu. " Baru saja Joshua hendak pergi Sena langsung menarik lengannya sehingga membuat Joshua kembali menatapnya.   " Tunggu. " Sahut Sena berhasil membuat Joshua yang hendak pergi mendadak berhenti.   " Aku sudah putus dengannya, dan sekarang aku sendirian. " Lontar Sena seketika membuat Joshua terkejut.   Mendengar Sena yang sudah putus dengan selingkuhannya tentu membuat Joshua merasa lega, Sejujurnya ia benar-benar sakit hati saat Sena jujur padanya kalau dia selingkuh dengan pria lain namun di samping itu hari demi hari Joshua selalu menantikan agar Sena kembali padanya agar mereka dapat mengulang kisah mereka dari awal lagi, Joshua mengira bahwa ini adalah waktu yang tepat, hatinya luluh begitu cepat bahkan ketika Sena memeluknya ia menerima gadis itu dengan tangan terbuka.                                                     Ponsel Jennie tiba-tiba berdering menandakan ada panggilan telepon yang masuk, melihat nama Edith di layarnya membuat Jennie langsung menjawabnya.   " Halo, Jennie apa kau baik-baik saja.? " Tanya Edith di seberang sana.   " Aku sekarang berada di rumah sakit, Joshua bilang padaku kalau kondisiku memburuk, aku juga tidak tahu kenapa tiba-tiba kondisi tubuhku jadi seperti ini. " Balas Jennie dengan nada yang lembut.   " Aku akan ke sana sepulang kuliah nanti, apa aku boleh mengajak Eric bersamaku? Sejak kemarin dia terus mengunjungi rumahku dan menanyakan keadaanmu, kau tahu Joshua sangat marah saat dia menemukan mu di rumahnya dalam keadaan pingsan, Sejak saat itu Eric takut untuk menghubungimu. " Jelas Edith kemudian.   " Boleh, kau boleh mengajaknya kemari. " balas Jennie.   Begitu percakapan mereka berakhir, Jennie mulai merasa bosan dengan kesendiriannya di ruangan itu, ia menatap keluar jendela sambil mendengus sebal , Jennie mula merasa kesal setelah di tinggal cukup lama oleh Joshua, Di saat dirinya sudah membaik ia tiba-tiba ingin makan makanan lua, di telpon beberapa kali pun Joshua tidak mengangkatnya bahkan pesan darinya tak satupun di balas oleh pria itu.   Pintu terkuak dan membuat Jennie langsung marah-marah karena mengira yang masuk adalah Joshua, Matanya melebar sempurna ketika yang masuk tak hanya Joshua seorang melainkan Sena.   " Apa yang kau lakukan di sini? Kenapa kau datang bersamanya.? " Lontar Jennie seketika di buat kesal dengan kehadiran Sena saat ini.   " Halo Jennie apa kabar? Aku membawakan mu buah-buahan segar. " Ucap Sena sambil meletakkan keranjang berisi buah di atas sebuah meja.   " Joshua, aku ingin bicara denganmu, empat mata.!! " Lanjut Jennie terdengar cukup serius.   " Kalau begitu aku keluar dulu." Kata Sena bergegas meninggalkan ruangan itu.   Setelah Sena keluar, Joshua mulai menghampiri Jennie untuk menjelaskan apa yang telah terjadi baru-baru ini, Belum sempat Joshua menjelaskannya Jennie sudah marah terlebih dulu, Jennie paling tidak suka jika Joshua berhubungan dengan gadis seperti Sena yang dengan mudahnya mempermainkan perasaan Joshua yang benar-benar tulus.   " Dia sudah minta maaf dan tidak akan mengulang nya lagi. " Ucap Joshua membenarkan.   " Maaf dan janji saja tidak akan menjamin gadis itu tidak akan mengkhianati mu lagi. " ketusnya.   " Kau tidak akan mengerti Jen, Ketika seseorang jatuh Cinta seburuk apa pun kesalahan pasangan mu  kau akan selalu menyisakan ruang untuknya dapat kembali, Kalau kau sudah berada di masa itu kau pasti akan mengerti maksud ku saat ini. " Jelas Joshua sukses membuat Jennie terdiam tanpa kata.   " Aku akan mengantar Sena pulang, Aku akan kembali secepatnya. " Lanjut Joshua bergegas meninggalkan ruangan itu.   " Joshua bodoh... Aku juga tahu soal itu, Hanya saja kau terlalu bodoh menganggap Sena adalah gadis yang pantas untuk di perjuangkan. " Gumam Jennie sangat kesal.    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD