Part 6

1471 Words
Joshua terkejut bukan main ketika melihat situasi yang terjadi di dalam sana, ia melangkah dengan tegas memasuki kamar tersebut.   " Apa yang kau lakukan pada Jennie. " Joshua menghampiri Eric yang sempat terkejut ketika mereka masuk ke dalam.   Joshua menarik kerah baju Eric dan mendorongnya ke dinding kamar, Kedua mata Joshua menatap tajam Eric hingga membuat pria itu ketakutan, Edith menghampiri Jennie yang terbaring di tempat tidur dan mencoba untuk membangunkannya.   " Aku tidak berbuat apa-apa dengannya, Jennie hanya tertidur saat kami nonton karena aku tidak tahu alamatnya jadi aku membawanya kemari. " Balas Eric mulai ketakutan.   " Kenapa kau tidak mencoba menghubungi ku atau Edith, kenapa kau harus membawanya ke rumahmu.!!! " sentak Joshua masih mencengkram kuat kerah baju Eric.   " Aku.. Aku minta maaf, Aku bersumpah tidak melakukan apapun padanya. " Ucap Eric dengan wajah ketakutan.   " Jennie.. Jennie.., Sadarlah, " Ucap Joshua sambil menepuk-nepuk pipi Jennie agar dapat segera bangun.   " Kalau sampai terjadi sesuatu padanya aku tidak akan memaafkan mu. " Lanjut Joshua dengan nada mengancam.   " Sepertinya dia mabuk karena kami berdua memang sempat minum wine bersama," belum sempat Eric melanjutkan ucapannya Joshua sudah datang dan mencengkram kuat kerah bajunya.   " Sudahlah Jo, ini bukan saatnya membuat keributan, Sebaiknya kita bawa Jennie ke rumah sakit saja. " Sahut Edith yang sebelumnya tak berhasil membangunkan Jennie.   Joshua perlahan melepas cengkeramannya kemudian menoleh ke arah Jennie, Melihat keadaan Jennie yang seperti itu sudah jelas bahwa obat tidur yang di masukkan Joshua ke dalam minuman Eric telah di minum Jennie sehingga membuatnya tertidur pulas seperti itu.   " Tidak perlu, Aku bisa merawatnya sendiri, tolong telpon kan Taksi. " Pinta Joshua pada Edith dan langsung di patuhi oleh nya.                                                 ♛   Perlahan tapi pasti Jennie mulai membuka kedua matanya, Di lihatnya seisi ruangan yang tidak asing sambil menyentuh kepala nya yang terasa pening ia tiba-tiba di kejutkan dengan seseorang yang tertidur di sebelahnya sambil memegangi tangannya. Jennie mencoba mengingat apa yang terjadi namun ingatannya hanya sampai ketika dirinya dan Eric memasuki ruang bioskop dan setelah itu ia tidak ingat apa-apa.   Jennie kembali melirik ke arah jam pada nakas kemudian melirik pukul berapa saat ini, Jam menunjukkan pukul 02:00 malam dan dia terbangun setelah merasa suhu di kamar terasa cukup dingin, Ia juga heran saat melihat Joshua yang terlihat tertidur dengan pulas, bagaimana pria itu bisa ada di sana layaknya seseorang yang menanami orang sakit.   " Jo.. Jo.., Bangun, Kau harus pindah ke kamar mu. " Ucap Jennie sambil menyentuh pundak Joshua dengan lembut.   " Hmm... Aku masih ngantuk. " jawabnya pelan dan masih dalam posisi yang sama.   " Tapi ini bukan kamarmu, Kalau tidur dengan cara seperti itu kau bisa sakit pinggang saat bangun nanti. "   Joshua mulai tersadar seutuhnya, Ia bangkit dan menatap Jennie dengan tatapan yang menurut Jennie aneh. Joshua memegang tangan Jennie dengan erat dan meminta maaf secara mendadak yang membuat Jennie keheranan.   " Kau ini kenapa sih? Tidak biasanya seperti ini.? " Tanya Jennie benar-benar di buat penasaran.   " Aku hanya ingin minta maaf saja, Kau tidak apa-apa kan.? " balas Joshua kemudian membuat gadis itu menganggukkan kepalanya dengan pelan.   " Mulai hari ini kau tidak perlu pdkt dengan siapapun,  lupakan soal taruhan itu dan fokus saja dengan pendidikanmu." Lanjut Joshua lagi-lagi membuat Jennie terkejut.   " Tidak mau.! Aku akan tetap mencari seseorang yang akan menyatakan perasaannya padaku. " ketus Jennie.   " Untuk apa? Apa jika mereka dekat denganmu kemudian menyatakan perasaanya kau juga akan menyukainya? Omong kosong sekali, Kau hanya terlihat seperti gadis murahan yang mencari-cari pria kemudian mengencaninya sembarangan. " sentak Joshua.   " Cukup.!, keluar.. Aku ingin tidur. " Potong Jennie terlihat kesal sehingga membuat Joshua merasa bersalah.   " Jennie aku minta maaf, Aku tidak bermaksud mengatakan itu, tapi Jennie,"   " Keluar, aku bilang keluar.!!!! " Sentak Jennie sambil menunjuk pintu kamarnya, Joshua pun mulai menurut dan segera meninggalkan kamar itu.   Joshua perlahan mundur namun tatapannya masih tertuju pada Jennie hingga akhirnya menutup pintu kamar Jennie dengan berat hati kemudian mendengus pelan sambil mengacak-acak rambutnya.   " Bodoh.…kau sudah keterlaluan padanya." Gumam Joshua setelah berada di luar kamar Jennie.                                                    Pagi harinya Joshua terbangun lebih dulu dari Jennie karena hari ini dia ada kelas pagi, Ia tak melihat tanda-tanda Jennie sudah keluar kamar sehingga membuatnya mengira kalau Jennie masih tidur. Untuk memastikannya ia pun mencoba mengetuk pintu kamar Jennie dengan perasaan takut setelah semalam ia mendapat amarah Jennie atas ucapannya yang cukup kasar.   " Jennie.. kau tidak bangun? Ini sudah pagi, apa kau tidak kuliah.?" sahut Joshua dengan hati-hati.   Tak ada suara menyahut dari dalam, Joshua sempat berpikir kalau Jennie masih marah padanya sehingga tidak ingin menjawabnya, Namun saat Joshua memutuskan untuk kembali ke dapur tiba-tiba saja pintu terbuka dan sosok Jennie muncul dengan wajah pucat dan tubuh yang terkulai lemas, Joshua menangkap tubuh Jennie ketika gadis itu hampir terhuyung ke lantai.   " Kau kenapa? Ya ampun tubuhmu panas sekali. " Ucap Joshua mulai panik setelah menyentuh kening Jennie.   Joshua mulai menggendong Jennie kembali ke tempat tidurnya kemudian memakaikan selimut untuk Jennie, Setelah itu ia meraih ponsel Jennie untuk menelpon Mamanya yang ada di Brazil.   " Ayo ma cepat di angkat. "   " Halo Jen, ada apa.? " Sahut Risa ketika panggilan sudah terhubung.   " Ma ini aku Joshua, Jennie sakit tubuhnya sangat panas dan wajahnya sangat pucat, apa yang harus ku lakukan.? " Tanya Joshua sangat panik.   " Kamu ambil termometer terus cek suhu tubuh Jennie sekarang. " titah sang mama.   Joshua segera mengambil termometer yang kebetulan ada di kamar Jennie, kemudian mengecek suhu tubuh Jennie secara bertahap.   " Berapa Jo.? " Tanya mamanya terdengar kembali.   " 39 derajat mah. " jawab Joshua yang semakin khawatir setelah melihat hasilnya.   " Itu sangat panas, Kamu sediakan kain untuk mengompres Jennie dan jangan lupa pakaian kan selimut yang tebal, Mama akan mengirimkan gambar obat yang biasanya di minum Jennie jika demam, Kalau obatnya sudah kamu beli jangan lupa untuk di berikan dua kali sehari, Biasanya Jennie akan sembuh jika sudah meminum obat itu."   Pagi ini Joshua benar-benar di sibukkan untuk mengurus Jennie sampai ia lupa untuk pergi kuliah, Joaquin sudah beberapa kali menghubunginya namun karena Joshua sangat panik ia jadi tidak sempat mengecek ponsel nya.                                                      Setelah Joshua mengikuti arahan mamanya, Ia duduk di sebelah Jennie sambil menggenggam tangannya dengan lembut seraya berdoa untuk kesehatan Jennie. Sementara itu Jennie sudah dapat tertidur dengan pulas tidak seperti sebelumnya yang terus meringis kesakitan, Sesekali Joshua mengganti kain kompres untuk kening Jennie lalu setelah itu menyeka keringat yang keluar dari tubuh Jennie akibat efek dari obat yang telah di minum sebelumnya.   Joshua menatap wajah Jennie dengan sendu, pikirannya mulai campur aduk tangannya tanpa sadar menggapai wajah Jennie dan mengelusnya lembut, secara bersamaan debaran jantung Joshua tampak berpacu dengan cepat sehingga ketika ia sadar dengan cepat Joshua menarik kembali tangannya dan memalingkan wajahnya dari Jennie.   " Apa yang ku lakukan, dia itu saudara ku. " gumam Joshua mencoba menenangkan diri.   Joshua bangkit dari tempat duduknya dan bergegas ke dapur untuk membuatkan Jennie makanan jika dia bangun nanti. Di luar kamar Joshua mencari ponselnya dan mendapati panggilan tak terjawab dari Joaquin, alih-alih membalasnya ia justru mengabaikan hal itu dan kembali meletakkan ponsel nya di atas meja.   Joshua tahu kalau Jennie sangat suka sup asparagus dengan wijen di atasnya sehingga ia berniat untuk coba membuatnya, walaupun dia tak begitu tahu memasak namun kali ini Joshua berusaha untuk membuatnya spesial untuk Jennie.   Selang beberapa menit Joshua berhasil membuat sup asparagus buatannya sendiri, Walaupun tampilannya tidak seperti pada umumnya setidaknya rasanya tidak mengecewakan sehingga ia dengan bangga membawakan sup buatannya itu untuk Jennie.   " Jennie, aku sudah membuat sup asparagus kesukaanmu, ayo makanlah sebentar agar stamina mu dapat kembali pulih dengan cepat. " Ucap Joshua sambil meletakkan nampan berisi mangkuk sup tersebut.   Perlahan tapi pasti Jennie tersadar dan mulai melihat sekelilingnya dengan tatapan sayu, Joshua membantunya duduk menyenderkan kepala di tempat tidur selanjutnya ia membantu Jennie makan dengan menyuapinya.   " Ayo buka mulutmu. " Ucap Joshua dengan lembut dan di turuti oleh Jennie.   Setelah beberapa suap berhasil masuk ke dalam mulut Jennie, kondisi Jennie bukannya membaik justru semakin memburuk, ia sudah muntah beberapa kali dan mengeluh sakit perut hingga kepalanya yang terasa hampir pecah, Joshua tidak ingin memberitahu Mamanya lagi karena takut membuatnya khawatir sehingga tak ada cara lain selain membawa Jennie ke rumah sakit.   Joshua memesan sebuah taksi untuk membawa Jennie ke rumah sakit, dan sepanjang jalan pria itu terus menerus meminta Jennie untuk bertahan, Wajahnya nampak sangat khawatir jika sesuatu sampai tejadi pada Jennie.   Beberapa menit kemudian mereka tiba di rumah sakit terdekat, Di mana Joshua mulai menjelaskan pada dokter atas apa yang di alami Jennie, Dokter pun dengan cepat mengambil tindakan sementara itu Joshua di minta untuk tenang dan menunggu hasilnya di luar. Dengan pasrah Joshua pun meninggalkan ruangan itu dan menatap Jennie yang terbaring tak sadarkan diri dengan wajah yang sangat khawatir.   " Semoga dia baik-baik saja. " Gumam Joshua dengan penuh harap.                
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD