Reya menghela napas melihat Zio berdiri di depan mejanya, entah sudah berapa kali ia mendapati anak laki-laki itu berdiri di depannya dan kadang mengajaknya berbicara.
"Zio,"
Zio menoleh pada orang yang memanggilnya.
"Kok ada di sini? Suka banget kayaknya deket-deket sama Tante Reya."
Reya menatap Dira sekilas lalu menatap layar komputer dengan jemari yang sibuk mengetik.
"Tante Yaya?"
Reya berhenti mengetik melirik Zio.
Dira tertawa, "iya Tante Yaya, jangan ganggu Tante Yaya, lagi kerja Tante nya."
"Io gak ganggu." Zio menggeleng.
"Iya enggak, Zio masuk ya, ntar dicariin Papi."
Zio menggeleng melangkahkan kaki mungilnya mendekati Reya. "Io mau di sini." Ucap Zio menatap Reya.
"Kira-kira Zio ganggu kamu gak? Kayaknya Zio gak bisa jauh dari kamu, deket-deket terus."
Reya tersenyum kecil mendengar ucapan Dira.
"Gak papa mbak,"
Dira tersenyum, "titip Zio, ya."
Reya mengangguk. Ketika Dira sudah pergi Reya menarik kursi kosong yang ada di dekatnya dimana kursi itu untuk Zio.
Setelah Zio duduk Reya tidak mengucapkan apapun dan kembali bekerja.
"Tante, Yaya?"
Reya menoleh.
"Io mau minum." Zio menunjuk botol minum Reya yang terletak di depan Zio.
Reya mengambil botol minumnya untuk memberikan Zio minum.
Zio memegang botol minum Reya dengan kedua tangannya dan dibantu juga oleh Reya. Reya kembali menaruh botol minumnya saat Zio sudah selesai minum.
"Makasih," ucap Zio sambil tersenyum.
Reya hanya membalasnya dengan anggukan
Reya bangkit berdiri ketika pintu ruangan Nevan terbuka dan keluarlah dua orang pria. Reya mengangguk seraya tersenyum pada dua pria itu, ketika sudah pergi Reya kembali duduk.
"Tante Yaya udah mamam?" Tanya Zio seraya menggoyangkan kedua kakinya yang menggantung.
Reya menggeleng, "belum."
Zio tidak mengeluarkan suara lagi.
Reya menoleh saat Zio turun dari kursi dan berjalan menjauh darinya. Ternyata Zio berjalan pada Nevan yang entah sejak kapan sudah berdiri di depan Reya.
"Papi, Tante Yaya belum mamam." Adu Zio sambil menunjuk Reya.
Mulut Reya sedikit terbuka akibat ucapan Zio, karena dibalik Zio bertanya kepadanya tadi ternyata ada maksud.
Nevan menatap Reya yang tengah curi-curi pandang.
"Terus kenapa kalo belum mamam?" Nevan berbungkuk sambil mengelus pipi Zio.
Zio menatap Reya. "Tante Yaya mau mamam?"
Reya menatap Zio seraya melirik Nevan.
"Enggak." Jawab Reya.
Zio mendekati Reya dan langsung menarik tangan gadis itu.
"Ayo mamam."
"Eh-eh," Reya terpaksa bangkit berdiri karena tangannya ditarik oleh Zio.
Zio tersenyum puas karena ia berhasil memaksa Reya untuk ikut makan bersama dirinya dan Nevan tanpa Zio ketahui jika dua orang dewasa yang ada bersamanya tengah merasakan kecanggungan.
^•^
Mata Reya tertuju pada sebuah logo berukuran cukup besar yang bertuliskan Wings of Time. Menonton sebuah pertunjukan? Itulah yang ada di pikiran Reya.
"Tante Yaya."
Reya beralih menatap Zio.
"Tante Yaya mau liat ail mancul?"
Reya menggeleng karena sejujurnya ia tidak tertarik.
"Yuk masuk."
Reya menatap Nevan yang datang mendekati mereka menggenggam tangan Zio. Reya tidak mengikuti kedua orang itu melainkan memilih untuk berdiri ditempat.
"Kamu gak mau masuk?" Tanya Nevan pada Reya.
Reya menggeleng.
Nevan melepaskan genggaman tangannya pada Zio seraya memperhatikan Zio yang tengah melangkah mendekati Reya dan menarik-narik tangan Reya untuk ikut bersama mereka.
^•^
Entah sudah berapa kali Reya terus melirik Nevan dan Zio yang sedang berinteraksi tanpa henti. Reya terpaksa ikut dengan kedua orang itu akibat paksaan dari Zio, Reya merasa ini semua percuma saja karena suasana hati Reya sedang tidak baik dan ia sudah yakin bahwa dirinya tidak akan pernah menikmati pertunjukan yang belum pernah ia saksikan sebelumnya. Suasana hati Reya semakin tidak baik lagi karena ia juga merasa lapar, keluar dari kantor mereka tidak langsung makan seperti apa yang Zio katakan melainkan pergi ke sana-sini.
Reya kembali melirik Zio yang sedang memeluk lengan Nevan sambil mengoceh, mendengar ocehan Zio Reya malah lelah sendiri mendengarnya.
"Nah, udah mulai." Ucap Nevan sambil membenarkan posisi duduk Zio untuk sama-sama menyaksikan pertunjukan Wings of Time.
Wings Of Time merupakan pertunjukan yang bercerita tentang burung yang bisa terbang kembali ke masa lalu karena punya sayap ajaib. Cerita ini di tampilkan dalam episode episode dengan tema berbeda-beda. Ada episode yang dikemas dengan laser dan air, ada air mancur dengan bola api, dan yang paling klimaksnya adalah episode terakhir dimana semua elemen digabungkan api, air, LED, dan fireworks. Wings of Time berada di Sentosa island dengan setting di tepi pantai dengan durasi 30 menit.
Mau tidak mau, Reya pun ikut menyaksikan pertunjukan tersebut yang baru saja dimulai. Pandangan Reya teralih pada tangannya dimana jemarinya dimainkan oleh Zio.
Zio yang sedang asyik menonton menatap Reya karena tangan Reya yang sedang ia pegang langsung ditarik secara perlahan oleh gadis itu. Karena Zio hanyalah seorang anak kecil yang tidak tahu apa-apa dan belum merasakan yang namanya sakit hati, Zio kembali menonton dengan tenang.
Diakhir pertunjukan, barulah Reya menikmati pertunjukan air mancur dan laser yang bergerak bebas di udara.
"Tante Yaya?"
"Hmm?"
"Cantik, kan?" Tanya Zio sambil menunjuk air mancur.
Reya mengangguk kecil tanpa menatap Zio.
Tanpa Reya dan Zio sadari, Nevan tengah memperhatikan dua orang itu. Mata Nevan tidak tertuju ke arah depan lagi, menatap tanpa arti pada Reya dan menatap iba pada Zio tidak mengerti bahwa Reya tidak menyukai anak kecil itu dan dengan riangnya Zio terus mengoceh pada Reya yang hanya dibalas dengan sekedar anggukan ataupun gelengan.
"Tante Yaya, nanti mamam, kan?"
Reya mengangguk masih menyaksikan air mancur berserta kembang api yang keluar secara bersamaan.
"Tante Yaya..." Zio menatap Nevan karena tubuhnya ditarik dengan lembut mendekat pada Nevan.
Nevan menaruh telunjuknya dibibir memberi isyarat pada Zio untuk diam. Setelah Zio diam Nevan menatap Reya yang terlihat begitu acuh.
Setelah pertunjukan selesai, Reya beranjak dari duduknya begitu juga dengan Nevan seraya menggendong Zio. Ketika sudah jauh dari keramaian Nevan menurunkan Zio dan langsung berlari ke arah Reya dan menggenggam jemari Reya dengan tangan kirinya.
"Papi sini!" Seru Zio pada Nevan yang berjalan dibelakangnya.
Nevan tersenyum melangkah sedikit cepat, saat dirinya sudah dekat dengan Zio tangannya ikut digenggam.
Perbuatan Zio membuat Nevan dan Reya saling tatap. Reya langsung mengalihkan pandangannya namun Nevan masih menatap Reya.
Mereka bertiga berjalan bersama-sama dengan Zio berada ditengah sambil menggenggam tangan Nevan dan Reya.
^~^
"Papi, Tante Yaya jadi Mami Io, ya?"
Nevan yang kebetulan sedang makan langsung tersedak dan cepat-cepat ia mengambil minum. Setelah merasa cukup baik, Nevan menatap Zio dengan ekspresi kagetnya.
"Kenapa ngomong gitu? Ada-ada aja." Nevan tertawa seraya melirik Reya yang sedang makan dengan tenang.
"Io mau punya Mami." Ucap Zio sambil memegang tangan Nevan.
"Kenapa jadi bahas Mami? Makan aja." Nevan menyendokkan makanan Zio dan mendekatkannya ke bibir anak itu.
Dan setelah itu Zio tidak membahas soal keinginannya untuk punya ibu. Nevan tidak tahu apakah Zio benar-benar serius dengan ucapannya, yang jelas Nevan menganggap ucapan Zio hanya ucapan sesaat saja.
Saat sudah selesai makan dan hari sudah semakin malam merekapun pulang. Ketika berada di mobil Nevan yang sudah duduk di balik kemudi dan Reya duduk di sebelahnya dikagetkan oleh Zio yang tadinya duduk di belakang langsung pindah ke depan dan duduk di pangkuan Reya.
"Zio duduknya jangan disitu." Kata Nevan.
Zio yang duduk menghadap Reya menatap Reya dengan mata yang berbinar. "Tante Yaya gak malah." Ucap Zio membalas perkataan Nevan.
"Duduk sama Papi aja sini." Nevan mengulurkan kedua tangannya untuk memindahkan Zio ke pangkuannya.
Zio menggeleng dan langsung melingkarkan tangannya di pinggang Reya memeluk Reya dengan erat seraya menyembunyikan wajahnya di d**a Reya.
"Zio," panggil Nevan dengan lembut.
"Gak papa." Ucap Reya menatap sekilas Nevan.
Nevan menjauhkan tangannya dari pinggang Zio saat mendengar ucapan Reya. Tanpa mengucapkan apapun Nevan menjalankan mobilnya.
Lima belas menit kemudian, Nevan menghentikan mobilnya di depan gedung apartemen Reya. Dengan hati-hati Nevan menjauhkan Zio yang sedang terlelap sambil memeluk Reya memindahkan Zio ke pangkuannya.
"Makasih," kata Reya sebelum keluar dari mobil Nevan.
Nevan menatap Reya dari dalam mobil. Saat Reya sudah tidak terlihat Nevan beralih menatap ke arah depan sambil mengelus punggung Zio.
Nevan memeluk Zio dengan kedua tangannya mendaratkan bibirnya di atas puncak kepala Zio.
"Kayaknya Tante Yaya gak bisa jadi Mami Zio." Bisik Nevan.