bc

VAN-YA [TOGETHER OR SEPARATE]

book_age0+
3.5K
FOLLOW
47.5K
READ
love after marriage
arranged marriage
goodgirl
CEO
comedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

SUDAH TAMAT!

Sempat bersama kemudian berpisah, rasa sakit hati Reya masih terus membekas kala mengingat janji untuk selalu bersama, namun pada akhirnya harus terluka hingga memutuskan untuk tetap bersama atau berpisah?

chap-preview
Free preview
Chapter 01
 Happy reading! ^•^ "First, moisturizer." "BB cream." "Eyebrows." "Eyeshadow." "Eyeliner." "Mascara." "Blush-on." "Lip tint." "And... Perfect!" Dengan handuk yang masih melilit tubuh dan rambutnya, ia berjalan ke arah lemari. Jemarinya yang lentik serta tangannya yang mulus mulai mengabsen setiap pakaian yang tergantung di dalam lemari. Setelah mengambil pakaian yang akan ia kenakan, dirinya beralih membuka lemari yang lain dimana sepatu-sepatu kesayangannya berjajar dengan rapi, walaupun jumlahnya tidak banyak tapi ia tidak pernah bosan hanya dengan memakai sepatu satu dengan yang satunya. Senyum indah tercetak di bibir pink nya yang tipis dan mulai menanggalkan handuknya untuk memakai pakaian yang sudah ia siapkan sendiri. Blouse berwarna peach dengan dipadu dengan rok hitam yang pas di bagian bawah serta heels dan tas selempang berwarna senada dengan rok membuat tampilannya terlihat begitu sempurna, ditambah lagi kulitnya yang putih seperti memancarkan cahaya. "Oke, mari pergi bekerja." Katanya dengan semangat yang tidak pernah pudar. ^•^ "Pagi, pak Raihan." "Pagi, Freya. Selamat, kamu jadi karyawan teladan, lagi." Gadis dengan rambut yang di kuncir kuda tertawa memperlihatkan deretan giginya yang rapi. "Pertahankan itu." "Siap pak." "Saya masuk dulu, siapkan jadwal saya untuk hari ini." Gadis itu mengangguk seraya tersenyum. Senyumnya menghilang secara perlahan saat bos nya sudah masuk ke dalam ruangan. "Reya! Pak Raihan ada?" "Ada urusan apa, La? Ntar biar aku sampein ke pak Raihan. Kamu sendiri kan tau kalo setiap pagi pak Raihan gak mau di ganggu." "Ini, ntar tolong kasih ke pak Raihan." "Oh iya. Ini ap-" ucapannya terhenti karena rekan nya tadi sudah pergi entah kemana. Reya menatap map berwarna merah yang ada di tangannya dan meletakkan map tersebut di meja kerjanya. Reya berjalan ke arah ruangan Raihan ketika mendapat telepon dari bos nya sendiri untuk segera masuk ke dalam ruangan. "Pak Raihan lagi butuh sesuatu?" "Duduk dulu." Reya menatap kursi kosong yang ada di depan meja Raihan sebab tidak biasanya Raihan menyuruhnya untuk duduk jika bukan hal yang penting dan serius. "Bapak mau ngomong sesuatu?" Tanya Reya sudah duduk. Raihan mengangguk, "besok kita ke Singapura ya, mau liat proyek yang baru dibangun." Di dalam hati Reya mengucapkan syukur karena ia pikir jika dirinya dipecat. "Baik, Pak." "Kamu boleh keluar." Kata Raihan. "Permisi, pak Raihan." Raihan tersenyum mendengar ucapan ramah Reya. Raihan masih terus memperhatikan Reya dengan senyum yang juga terus mengembang. "Cantik," gumam Raihan dengan telunjuk yang berada di dagunya. ^•^ Changi Airport. "Kita makan siang dulu, abis itu baru ke hotel." "Iya, pak." Balas Reya sambil menarik kopernya dan menaruhnya di dekat bagasi mobil dan langsung dimasukkan oleh petugas ke bagasi mobil tersebut. "Bapak sering makan di sini ya?" Tanya Reya ketika mereka sudah sampai di salah satu restoran yang ada di Gluttons Bay. Tempat makan dengan konsep terbuka dengan suguhan pemandangan Marina Bay. Raihan mengangguk sibuk dengan ponselnya. "Kamu sering ke sini?" "Ke... Tempat makan ini atau?" "Ke Singapura." "Oh, enggak." Balas Reya sambil tersenyum. Raihan mengangguk meminum minuman nya selagi menunggu makanan mereka. "Umur kamu berapa?" Reya menoleh pada Raihan, "umur saya?" Raihan mengangguk. "Saya 25, pak." "Oh iya, saya lupa." Reya mengerenyit. "Memang bapak pernah tau umur saya berapa?" "Pernah, waktu kamu saya interview." Reya mengangguk diselingi senyuman. "Boleh saya tanya sesuatu?" Reya yang sedang minum langsung berhenti dan mengangguk. "Kamu udah punya pacar?" Mata Reya membulat. "Maaf kalau pertanyaan itu bikin kamu kaget, tapi saya cuma penasaran. Soalnya banyak karyawan di kantor pergi pulang dianter jemput sama pacar mereka, tapi kamu enggak, ya? Saya lebih sering liat kamu sendirian." Reya tertawa kecil mendengar ocehan Raihan. "Ya gitu, pak." "Gak punya?" Reya tersenyum lalu menggeleng. "Umur saya 25 tahun, kayaknya masih wajar gak punya pasangan. Tapi pak Raihan, udah kepala tiga tapi belum punya pasangan juga." Raihan tertawa dan sama sekali tidak terkejut mendengar ucapan Reya karena hubungan dirinya dan gadis itu bukan hanya sebatas bos dan bawahan, tapi teman juga, walaupun bukan teman dekat. "Cari pasangan gampang, cari istri yang susah. Saya gak mau pacar-pacaran lagi, saya mau nikah langsung, saya udah capek pacaran terus, kamu tau kenapa?" "Kenapa?" "Karena setiap saya pacaran saya terus dimanfaatin sama pacar saya, seolah-olah saya ini gudang uang mereka. Bahkan ada yang minta uang ke saya untuk sekedar pergi ke salon ataupun shoping, gara-gara itu saya jadi males untuk pacaran." "Kalau kamu, kenapa gak punya pasangan?" Tanya Raihan sambil mengaduk-aduk minumannya. "Karena hati saya belum siap untuk nerima laki-laki yang berusaha deketin saya. Lagian luka yang saya rasain belum bener-bener sembuh." Raihan menatap Reya yang sedang menunduk sambil tersenyum. "Kamu disakitin?" Reya mengangguk. Raihan tidak bersuara lagi karena ia menunggu Reya membuka suara dengan sendirinya tanpa ia minta, lagian Raihan tidak mau dianggap terlalu penasaran dengan percintaan sekretaris nya. Lima menit berlalu, keduanya sama-sama diam. Raihan masih menunggu Reya untuk membuka suara sedangkan Reya terus mengalihkan pandangannya. "Excuse me," Raihan dan Reya menatap seorang waitress yang datang ke meja mereka sambil membawa pesanan mereka. "Thank you." Ucap Raihan saat makanan mereka sudah tersaji di meja. Dan pada akhirnya mereka sibuk dengan makanan masing-masing, membuka suara jika ada perlunya saja. ^•^ "Pak, Raihan." Raihan berbalik dengan tangan yang memegang dasi berwarna navy. "Maaf, saya belum nyusun jadwal bapak hari ini, tapi siang ini kita ada meeting." Kata Reya sambil memasangkan dasi Raihan. Raihan diam menatap wajah Reya yang berjarak cukup dekat dengannya. "Saya tau." Reya menatap Raihan hingga mata mereka saling bertemu. "Kita meeting di restoran PS Cafe di Palais Renaissance." "Saya juga tau." Mata Reya yang sedang menatap tangannya yang tengah memakaikan dasi Raihan beralih menatap Raihan. Reya tersenyum kecil dan mengangguk. "Saya permisi keluar, saya tunggu pak Raihan di lobi." Setelah selesai memakaikan Raihan dasi, Reya berjalan keluar dari kamar hotel Raihan. "Yang saya belum tau, kenapa mata kamu bisa sembab, kamu nangis semalam?" Mendengar suara Raihan tentu saja membuat Reya menghentikan langkahnya. "Maaf kalau pertanyaan saya buat kamu nangis." Reya berbalik dengan bibir yang menyunggingkan senyum. "Gak papa, saya udah sering nangis cuma karena laki-laki itu, pak." Kata Reya kembali melanjutkan langkahnya. Raihan berdiri diam di tempat memandangi pintu kamarnya dimana Reya baru keluar dari sana. ^~^ Raihan menarik kursi untuknya, dan begitupun dengan Reya. Kedua orang itu duduk bersebelahan menatap kosong dua bangku yang ada di depan mereka. Tak lama datanglah seorang perempuan sambil membawa sesuatu di tangannya. Raihan dan Reya langsung berdiri untuk menjabat tangan perempuan tersebut. "Saya Gina, senang bertemu dengan kalian... Pak Raihan." Gina mengangguk ketika matanya bertemu dengan mata Raihan. Raihan ikut mengangguk dan mempersilahkan Gina untuk duduk. "Ini sekretaris saya, Freya. Biasa dipanggil Reya. Tapi saya lebih suka manggil Freya." Raihan menoleh pada Reya dengan menyunggingkan senyumnya. Reya tersenyum kecil. "Halo, saya Gina." Gina mengulurkan tangannya dan langsung dibalas oleh Reya. "Freya," Gina mengangguk seraya menatap Raihan. "Jadi dia pengganti saya?" Reya terlihat tampak kebingungan. "Iya." Balas Raihan sambil menatap Reya. Reya menaikkan alisnya seperti meminta penjelasan lebih dari bos nya. "Kamu belum tau?" Reya beralih menatap Gina Dan menggeleng. Gina tersenyum, "saya yang akan gantikan posisi kamu." "Terus, saya?" Reya menatap Raihan dengan mata yang membulat lebar. "Saya dipecat?!" Tanya Reya sedikit menaikkan nada suaranya. Beruntunglah tidak ada orang disekitar mereka selain para pelayan yang sesekali berlalu lalang. Raihan tertawa kecil karena merasa lucu dengan ekspresi Reya. "Dengerin dulu." Ujar Raihan. Reya kembali menatap Gina. "Kamu tidak dipecat, kita hanya bertukar posisi." "Maksudnya?" "Saya yang akan menjadi sekretaris pak Raihan dan kamu yang akan menjadi sekretaris bos saya, pak..." "Maaf saya telat." Mereka bertiga langsung menoleh ke asal suara. Tubuh Reya membeku seketika saat melihat siapa yang datang, bahkan jantung Reya sudah berdetak sangat kencang ketika matanya dan mata laki-laki yang masih berdiri di dekat Gina ikut menatapnya. Wajah keduanya sama-sama pucat. "Kamu akan menjadi sekretaris pak Nevan." Lanjut Gina sambil tersenyum.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

DIA UNTUK KAMU

read
39.9K
bc

MANTAN TERINDAH

read
10.0K
bc

FINDING THE ONE

read
34.5K
bc

KISSES IN THE RAIN

read
58.1K
bc

Perfect Revenge (Indonesia)

read
5.1K
bc

Undesirable Baby (Tamat)

read
1.1M
bc

Undesirable Baby 2 : With You

read
168.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook