BAB 5

1105 Words
"Mama!" pekik Aura lalu segera memeluk mamanya dari belakang "Hai, sayang. Udah pulang? Vito sama Felix mana?" Tanya Cia sambil clingukan mencari dua anak laki-lakinya itu "Ada ma, tadi pulang bareng Rara. Mereka udah pada ke kamar kali. Mama kapan pulang? Rara kangen tau, mana oleh-olehnya?" cerocos Aura, Cia sendiri hanya terkekeh geli mendengar cerocosan anaknya.  "Yah, Mama gak bawa oleh-oleh. Gak sempet. Maaf ya, Ra." "Ah mama, gak asik nih." "Hehe maafin Mama ya. Mmm gimana kalo buat gantinya nanti malem kita dinner satu keluarga diluar. Kan jarang juga tuh kita bisa jalan-jalan malem sekeluarga. Mau nggak?" "Serius, Mah?" Pekik Aura girang "Iya sayang. Nanti mama bilang Papa." "Yes! Makasih Mama, love you," teriak Aura sambil menciumi wajah Cia, membuat wanita paruh baya itu terkekeh karena senang "Rara bilang kak Vito sama Felix dulu ya Mah," lanjutnya lalu segera berbalik dan secepat kilat menaiki tangga menuju kamar kakaknya itu. "Rara, jangan lari-lari nanti jatuh!" teriak Cia memperingati, Aura yang mendengar teriakan mamanya itu hanya nyengir  "Maaf, Ma," pekik Aura lalu melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda tadi 'Brakk' "Eh, kunti kunti kunti!" pekik Felix latah sambil melonjak kaget saat Aura membuka kasar pintu kamar Vito. Sedangkan Vito hanya memandang datar adik perempuannya yang sedang nyengir di depan Pintu kamarnya tersebut. "s****n lo! Lo mau bikin gue mati kaget?!" semprot Felix sambil memandang kesal adik perempuannya itu. Aura hanya terkekeh lalu langsung meloncat ke tempat tidur Vito, lengkap dengan sepatunya. "Anjir, heh bocah! Sepatu lo kotor. Turun nggak!" Pekik Vito sambil melotot. Aura sendiri sama sekali tak mengindahkan perkataan Vito, ia membenarkan posisi duduknya menjadi bersila "Lo tau nggak kak-" "Enggak!" Jawab Felix dan Vito bersamaan "Gue belum selesai ngomong. Ih, ganteng-ganteng kok b**o banget sih," gerutu Aura sambil mencebik "Oh, lo baru sadar kalo gue ganteng?" gumam Felix sambil membenarkan tatanan rambutnya yang sudah rapi. Vito hanya memutar bola matanya malas melihat tingkah narsis adik kandungnya tersebut.  "Ah, ngayal ae lu, Fel. Back to earth! Jadi gini, nanti malem kita bakalan Dinner diluar bareng. Udah lama kan kita gak dinner diluar bareng sama mama, papa." Cerita Aura menggebu-gebu Vito mengernyitkan dahinya bingung mendengar cerita adik perempuannya tersebut. Tumben sekali "Kok tumben, ada acara apa?" "Lo seharusnya bersyukur kek bisa makan diluar sama mama dan papa yang sibuknya gak ketulungan" decak Aura "Hmm," ujar Vito malas "Beneran lo? Kata siapa?" timpal Felix yang sudah mendekatkan dirinya ke Aura "Serius, tadi mama yang bilang sendiri." "Yes! Gue bisa TP, TP."  Vito dan Aura yang mendengar ucapan Felix itu hanya diam memandang datar saudara mereka tersebut. Memang dasar si Felix Buaya. "Biasanya juga lo TP TP meskipun gak bareng mama papa," gumam Vito pelan. Namun ucapannya itu mampu di dengar adik laki-laki nya tersebut. Felix yang mendengar hal itu hanya nyengir lebar "Udah sono, balik ke alam kalian. Gue mau tidur jangan ganggu!" Kata Vito "Dasar manusia tembok!" gumam Felix pelan sambil berjalan keluar "Gue denger, Fel!" Pekik Vito yang sudah bersiap melemparkan bantalnya ke arah adik laki-lakinya tersebut, namun tidak jadi karena Felix sudah lebih dulu berlari. Aura hanya terkekeh melihat kelakuan dua kakaknya tersebut. Ia lalu mengalihkan pandangannya ke Vito yang mulai berbaring. "Lo gak keluar?" Tanya Vito menaikkan sebelah alisnya memandang Aura yang masih betah duduk bersila di ranjangnya. Tak menghiraukan pertanyaan Vito, Aura malah melepas sepatunya lalu melemparnya asal. Gadis itu langsung berbaring di sebelah kakaknya tersebut. Tentu saja seketika jantung Vito berdetak lebih cepat dari biasanya. 's**l! Jantung gue kumat' batin Vito "Ntar malem dandan yang ganteng. Siapa tau ada yang kepincut sama lu kak. Kasihan kalo manusia tembok kek elo gaada yang mau," gumam Aura sambil terkekeh. Ia lalu menelungkupkaan kepalanya disela-sela bantal Vito. "Hehe, gue mager banget jalan ke kamar. Gue tidur sini ya kak. Kakak baik deh. Makasih," ujar Aura lalu mencium pipi kakaknya kilat dan langsung kembali menenggelamkan kepalanya disela-sela bantal Vito.  Vito masih diam mematung dengan perbuatan Aura. Tangannya perlahan menyentuh pipinya bekas ciuman Aura. Sebuah senyum mulai terukir di bibir Vito. Vito kemudian langsung memeluk Aura dari samping. Tentu saja Aura yang belum sepenuhnya terlelap itu cukup terkejut dengan perbuatan Vito. Tapi ia tetap diam saja. Vito sendiri pun tak mengerti kenapa ia tiba-tiba melakukan hal itu. Tapi mau bagaimana lagi? Sudah terlanjur, kalau ia menarik diri malah membuat keadaan menjadi canggung bukan? Biarlah seolah-olah kejadian itu terjadi karena disengaja. Tak perlu menunggu lama, merekapun langsung tertidur lelap karna kenyamanan yang mereka rasakan.  *** Saat sedang asik-asiknya terlelap tiba-tiba Aura dan Vito merasakan sesuatu yang berat dan besar terjatuh di atas badan mereka. Hal itu tentu saja membuat mereka seketika terbangun. Vito mengerjapkan matanya kesal saat mengetahui Felix yang melakukan hal k*****t itu.  "Argh, s****n lo, Fel!! Ganggu tidur gue aja, lo. Makan apa sih, anjir! Berat banget." geram Vito sambil berusaha menyingkirkan badan Felix diatas tubuhnya "Fel, turun! Sakit badan gue." pekik Aura sambil menendang wajah Felix dengan kakinya yang bebas. "Lah salah sendiri lo berdua tidur peluk -pelukan. Mana gue gak diajak lagi. Jahat banget," umpat Felix yang seketika membuat keadaan menjadi canggung diantara Aura dan Vito. Tapi hanya sebentar karena Aura langsung mencairkannya. "Ya, biarin lah. Sono lo  peluk tembok." sungut Aura lalu menendang wajah Felix sekali lagi dan  lebih keras hingga membuat Felix tersungkur. "Aduh, anjir tendangan lo, Ra." gumam felix sambil mengusap wajah bekas tendangan Aura Aura bangkit lalu melompat turun dari kasur Vito. Mengambil sepatunya dan langsung melenggang pergi menuju kamarnya. Sedangkan Vito mendengus kesal. Ia ikut menendang wajah Felix lalu masuk ke kamar mandi.  "s****n, punya abang sama adek sama sama gila." umpat Felix sambil mencebik *** "Felix, sana dikit napa ah. Lo nginjek kaki gue!" pekik Aura sambil mendorong Felix ke arah jendela "Iya ih crewet banget jadi cewek," sewot Felix "Cewek harus crewet. Kalau gak crewet, gak cewek. Emang elu, cowok tapi crewet abis." balas Aura lebih Sewot. Vito yang ada di sebelah kanan Aura hanya mendengus kesal.  "Eh, udah jangan berantem. Felix ngalah sama adiknya." ucap Ben yang sibuk dengan ponselnya di bangku tengah bersama Cia yang sedang memijit pelipisnya kesal. Aura menjulurkan lidahnya, sedangkan Felix hanya mencibir. "Tuh dengerin kata papa. Ngalah sama adiknya." gumam Aura pada Felix, lebih ke arah berbisik "Seharusnya lu tuh yang ngalah sama gue. Gue kan lebih tua tga bulan dari elo!" "Dimana-mana yang namanya kakak tuh selalu ngalah sama adiknya!" Vito yang sudah mulai bosan dengan ocehan adik-adiknya itu langsung membekap mulut Aura. "Diem! Berisik!" Gumam Vito tanpa melihat adik perempuannya yang melotot ke arahnya. Sedangkan Felix terkikik geli. "Kok gue sih yang dibekep!" Gerutu Aura setelah berhasil terlepas dari bekapan Vito "Karena elo yang lebih deket jaraknya sama gue." ujar Vito  "Mama kak Vito sama Felix jahat banget sama aku!" Rengek Aura sambil menyembulkan kepalanya diantara Ben dan cia "Jewer aja kalo nakal." gumam Cia acuh. Aura tersenyum kemenangan lalu mengeluarkan smirk ke arah Vito dan Felix.  Beberapa saat kemudian telinga Felix dan Vito sama-sama merah
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD