BAB 1

1175 Words
"Dari mana kamu?" Vito menoleh dan langsung mendapati mama tirinya yang sudah tiga belas tahun menjaganya itu sedang duduk di sofa sambil membaca majalah fashion. "Ah Mama kaya gatau Kak Vito aja," pekik Aura dari lantai atas sambil terkikik geli melihat wajah datar Ervito. "Paling abis nongkrong cantik sama temen-temennya," sahut Felix yang juga berdiri di samping Aura sambil terbahak. "Heh kucrut, diem lo!" Sentak Vito. Kedua adiknya itu terbahak sambil ber High Five ria, lalu setelahnya segera berlari memasuki kamar Felix. Setelah kedua adiknya itu meghilang, Vito kembali mengalihkan padangnya pada Mama tirinya yang sedang bersedekap d**a di depannya. Cia menaikan sebelah alisnya menunggu Vito menjawab pertanyaannya. "Ngerjain tugas mah," jawab Vito santai. "Ngerjain tugas kok gak bawa tas?" "Emang kalo ngerjain tugas harus bawa tas?" Tanya Vito malas "Harus dong!" Cia membalas lebih sewot "Ini ada apa kok ribut-ribut?" tanya Ben yang baru saja keluar dari ruang kerjanya karena mendengar keributan di ruang keluarga.  "Biasa nih pah si Vito, main gak kenal waktu. Ini udah jam sebelas malem dan dia baru pulang," Sungut Cia kesal "Kan Vito belajar mah," sanggah Vito sambil memutar bola matanya malas. "Diem kamu! Orang tua lagi ngomong itu di dengerin. Jangan dijawab!" Mendengar ucapan Mamanya itu, Vito kemudian berjalan mendekati Cia. Laki-laki itu meraih perlahan pergelangan tangan mamanya dan memainkannnya seperti anak kecil. "Mamaku, cintaku, sayangku, duniaku, Vito kan habis belajar mah. Masa mama gak percaya sama anak mama yang ganteng ini?" Gumam Vito sambil mengedipkan kedua matanya polos. "Ya gimana mau percaya?! Kamu aja sering bohong sama mama." Ben yang mendengar perdebatan itu hanya bisa menggelengkan kepalanya.  "Vito, sana ke kamar. Udah malem, besok kamu sekolah," ucap Ben mengakhiri perdebatan antara istri dan anaknya itu. "Loh, pah! Mama kan belum selesai marahin nih anak," "Udah Mah biarin aja, dia kan laki-laki." "Nah, tuh Mah dengerin Papa. Bener tuh kata Papa, Vito kan laki-laki," "Diem kamu!" Sungut Cia sambil memelototkan matanya. Vito terkekeh, mencium kilat pipi Cia lalu berlari menuju ke kamarnya. Meninggalkan Cia yang kini asik menyumpah serapahi anak tirinya itu. Vito berjalan santai manaiki tangga menuju kamarnya. Ditengah langkah kakinya, ia dapat mendengar kikikan di kamar Felix. Laki-laki itu berhenti dan segera memutar haluan ke kamar adik laki-lakinya tersebut. Vito mengintip sedikit dan mendapati Aura yang sedang telentang di ranjang Felix. Sedangkan Felix sendiri masih asik memakan snack-nya di kursi sudut kamarnya. "Pasti sekarang telinganya kak Vito merah kena jeweran Mama. Gak kebayang deh muka jeleknya itu," Ucap Aura sambil terbahak. "Iya tuh, pasti besok bibirnya maju lima centi deh," sahut Felix sambil memakan snack-nya lagi. Vito yang kesal mendengar celotehan kedua adiknya itu akhirnya memutuskan untuk masuk ke kamar adik laki-lakinya tersebut. Kedatangan Vito yang tiba-tiba membuat kedua manusia yang sedang men-ghibah itu terpekik kaget. "Ih, kak Vito ngagetin tau nggak!" Sungut Aura kesal sembari mengusap dadanya. "Anak kecil udah pinter ngomongin orang ya. Bagus!" Ucap Vito sarkatis sambil manggut-manggut "Eh,  emang kita ngapain, Ra? Kagak ngapa-ngapain kan ya? Ah, itu mah elu aja yang sukanya su'udzon sama kita kak," sanggah Felix yang berpura-pura masih asik dengan snack-nya. "Yee, lu pikir gue b***k? Liat aja kalian berdua besok gausah nebeng gue." "Dih, biarin aja. Orang motor gue udah bener," ujar Felix santai "Iya, gue juga mau nebeng Felix aja," timpal Aura sambil menjulurkan lidahnya "Eh, enak aja! Orang gue bareng ama si Vedo besok," ucapan Felix itu seketika membuat Aura memelototkan matanya tak percaya. Gadis itu kemudian memekik kesal dan langsung berdiri di atas tempat tidur. "Lo kok gitu sih, Fel! Ah, sumpah ya lo gak asik banget. Terus gue gimana dong? Ah, jahat lu! Gue bilangin Papa nih." Rengek Aura menunjuk-nunjuk Felix sembari menghentakkan kakinya di atas ranjang. "Heh, turun lu! Itu kasur gue rusak!" Pekik Felix sambil melempar buku ke arah Aura. Aura sendiri tak menghiraukan hal itu. Gadis itu kemudian meloncat dan langsung menghampiri Felix. "Fel, ayolah. Masa lo tega sih ninggalin sodara perempuan ter-unyu lo ini. Masa lo lebih milih si Vedo yang mukannya kek Valak, dari pada gue yang mukannya kaya Dakota ini sih. Ntar kalo gue kenapa-napa gimana hayo? Ntar lo galau loh gaada gue. Udah tinggalin aja tuh sih Valak elah. Sama gue aja ya, ya, ya. Felix ganteng banget deh asli," Cerocos Aura panjang lebar "Gak!" Satu kata itu mampu membuat Aura memekik dan semakin mencak-mencak. "Mampus!" Ucap Vito lalu melenggang pergi. Mendengar hal itu Aura dengan sigap langsung melompat ke punggung kakak pertamanya itu. "E-busyet! Woi, turun! Lo berat banget astaga," Teriak Vito sambil meronta-ronta mencoba melepaskan pelukan adik tirinya itu. "Kak gue nebeng ya. Ayolah kak, kakak kan baik. Please, please, please. Kak Vito ganteng deh," ucap Aura sambil menciumi pipi kakaknya itu. "Argh, Rara turun! Pegel pinggang gue!" Teriak Vito menghiraukan ucapan Aura sebelumnya "Gamau. Ayolah bolehin gue nebeng." "Salah sendiri lo gosipin gue sama tikus got satu itu!" "Ah, bodo ah! Gue ngambek sama lo," pekik Aura menjambak rambut Vito lalu segera turun dan menuju kamar dengan menghentak-hentakkan kakinya. "Rambut gue sakit woi!" Teriak Vito namun dihiraukan adik perempuannya itu.  "Vito Berisik!" Pekik Cia dari lantai bawah yang langsung membuat Vito meringis. "Maaf, Ma." Setelah mengatakan itu Vito segera berjalan menuju kamarnya meskipun masih dengan mulut komat-kamit menyerampahi Aura. *** Aura memakan sarapannya dengan ganas, membuat semua yang ada di meja makan itu memandangnya dengan tatapan keheranan. "Ra, makan pelan-pelan aja elah. Gue jadi gak napsu makan nih," ujar Felix sambil mendorong piringnya kedepan "Dia kan Bison, wajar aja makannya kaya gitu," ucap Vito santai sembari meminum susunya. Aura yang mendengar itu hanya mendengus kesal, tapi tak menghentikan acara makannya. "Kamu kenapa, Ra?" Tanya Ben yang sedari tadi memandangi anak perempuannya tersebut. Mendengar pertanyaan itu, Aura segera mengubah raut wajahnya. gadis itu memajukan bibirnya kedepan untuk membuat suasana sedramatis mungkin.   "Kak Vito sama Felix gak mau nebengin Rara, Pah. Kan Papa tau sendiri Rara gak bisa dianter supir atau naik taxi," "Salah sendiri manja!" Ledek Felix "Tuh mah, liat Felix!" rengek Aura. Vito dan Felix sendiri hanya memutar bola mata malas. "Felix, kenapa kamu gak nebengin adik kamu? Kasian dia," ucap Cia "Felix ada janji sama Vedo Mah," Cia lalu menoleh ke arah Vito yang masih asik dengan nasi gorengnya. Merasa diperhatikan Vito mendongak. Dan benar saja, mamanya sedang memperhatikannya dengan alis terangkat satu. "Ya, mamaku sayang? Cintaku? Duniaku?" Tanya Vito sambil menegakkan badan "Berhenti panggil mama dengan embel-embel kaya gitu. Berasa mama pacaran sama brondong," sungut Cia membuat Ben dan Felix terkekeh sedangkan Vito hanya nyengir tak jelas. "Kamu kenapa gak mau nebengin Rara? Kasihan adik kamu, dia masih trauma sama kejadian waktu dia hampir diculik dulu. Masa iya, kamu tega ninggalin adik kamu?" ucap Cia Vito menghela nafas berat "Biarin dia mandiri lah mah. Masa nebeng ke aku atau Felix terus sih," "Kan aku takut kak!" Sanggah Aura cepat "Nebeng Papa aja sana," gerutu Vito "Papa gabisa, hari ini Papa ada urusan kantor," ujar Ben "Ya Allah, ampuni hamba!" Pekik Vito kesal. Ia lalu melirik adik perempuannya yang sedang memasang puppy eyes sambil mengerucutkan bibirnya itu. "Fine! Lo nebeng gue." kata Vito akhirnya. Membuat Aura seketika bersorak gembira "Aw, kakak emang baik. Gak kaya Felix," pekik Aura, sambil menjulurkan lidah kearah Felix. Membuat seisi meja itu geleng-geleng kepala. Kecuali Vito tentunya, ia hanya mendengus kesal
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD