BAB 2

1144 Words
"Pegangan!" ucap Vito setelah Aura mendaratkan pantatnya pada jok belakang motor kesayangannya itu. Tanpa disuruh dua kali Aura langsung melingkarkan tangannya ke perut Vito. Vito menstarter motornya dan mulai membelah jalanan kota Jakarta pagi itu. "Kak?" Panggil Aura sambil menyenderkan kepalannya di punggung Vito "Hm?" Sahut Vito acuh masih terus fokus pada jalanan depannya "Kemaren ada yang nembak gue." "Ya terus?" "Ya, terus gimana?" "Lah kenapa nanya gue?" "Kan kakak laki-laki." "Gaada hubungannya kali, toh gue bukan cowok yang mau nembak lo kan," "Ih, masa kakak gak khawatir sih? Ntar kalo adek lo salah pilih orang nyesel lo, baru tau rasa!" "Gak akan!" Sahut Vito ketus. Aura menghembuskan nafas berat dan mengeratkan pelukannya pada pinggang Vito. "Gue seneng bisa sodaraan sama orang ketus kek lo kak. Meskipun kadang suka judes sih, tapi gue yakin kakak sebenernya sayang sama gue," ucap Aura "Hmm, apa kata lo deh ah." jawab Vito sekenannya *** Vito memperhatikan adiknya yang sedang membenarkan tatanan rambutnya yang rusak karena terkena angin dengan sebal. Aura yang merasa diperhatikan itu menoleh pelan. "Apa?" Tanyanya polos "Lama banget benerin rambut doang!" "Lah ya suka-suka gue dong," "Tapi lo ngehalangin jalan turun gue b**o! Turun cepet, betah banget nongkrong di motor gue," sungut Vito. Aura yang baru sadar nyengir lebar lalu segera turun dari motor kakaknya itu. Vito sendiri hanya mendengus, langsung turun dan melenggang pergi meninggalkan Aura. "Eh, kak tungguin elah!" pekik Aura dan langsung berlari mengejar Vito. Masih sambil mensejajarkan langkahnya dengan laki-laki tinggi itu. "Kenapa sih lo selalu ninggalin gue?!" gerutu Aura "Karna lo lama," "Ah el-" "Pagi Isaura!" Ucapan Aura itu harus terpotong dengan sapaan teman-teman Felix. Siapa lagi kalo bukan Ethan, Vedo, dan Afkar. Aura dan Vito yang mendengar sapaan itu kemudian sama-sama menolehkan pandangan mereka. "Pagi," Jawab Aura girang sambil memamerkan deretan giginya yang rapi "Pagi, pagi udah cantik aja Ra," celetuk Ethan, yang langsung mendapat sorakan dari Vedo, Afkar, dan Felix. Aura sendiri hanya terkekeh geli. "Gombalan basi," gumam Vito mengejek. Ethan yang mendengar ejekan Vito itu segera mengalihkan pandangannya kepada kakak Aura lalu nyengir "Eh, ada calon kakak Ipar." ujar Ethan, membuat Vito memandang jijik adik kelasnya itu. "Emg lo mau sama dia, Ra?" Tanya Vito setelah mengalihkan pandangannya kepada Aura. Aura yang mendengar pertanyaan kakaknya itu kemudian menggeleng polos hingga membuat Vedo, Afkar, dan Felix terbahak karenanya "Anjir lo s***s bener, Ra" celetuk Afkar. Ethan sendiri hanya memajukan bibirnya beberapa senti kedepan "Bagus!" ucap Vito menepuk kepala Aura lalu segera melenggang pergi "Emang datar banget ya tuh orang," celetuk Vedo "Ya, emang gitu orangnya. Udah kaya tembok dia," sahut Felix "Gue ke kelas duluan ya, guys. Kayanya udah ditunggu Bea sama Abel," ucap Aura "Gue temenin yuk," sahut Ethan langsung "Gausah, Than. Udah ya bye!" kata Aura langsung berlari meninggalkan mereka "Sabar ya," ujar Felix menepuk pundak Ethan beberapa kali lalu melenggang pergi diikuti kedua temannya yang masih setia dengan bahakkannya itu sebelum terkena semprot Ethan. *** Vito berdiri di tengah-tengah belasan meja kantin sambil menoleh ke kiri dan ke kanan mencari keberadaan temannya. Ditengah kebingungannya itu, panggilan seseorang membuat perhatian Vito teralih. "Vito!" panggil Gigi sambil melambaikan tangannya. Vito menoleh dan melihat teman-temannya sedang  duduk di salah satu meja di bagian pojok kantin. Tanpa pikir panjang ia langsung menuju meja itu. "Tumben lo lama?" Tanya Alden sedetik setelah Vito mendaratkan pantatnya "Kaya lo gatau aja, Den. Dia kan berangkat sama adek tercintanya itu. Ya pasti drama dulu lah," ledek Lyn sambil mengerlingkan matanya menggoda Vito "Oh ya? Kok tumben dia gak ngintilin lo sampe sini?" Timpal Ozi sambil clingak-clinguk mencari keberadaan Aura "Kabar baiknya tadi dia di hadang sama Felix and The Gengs, so dia gak ngintilin gue kesini," ujar Vito datar sambil menyeruput minuman Nasya "Asem banget lo! Beli sendiri!" Sentak Nasya sambil menjitak kepala Vito membuat laki-laki itu mengaduh. "Lo jangan gitu Vit," sahut Gigi "Iya, iya, ah elah ribut lo pada. Cuma minta dikit doang juga," sungut Vito "Bukan itu maksud gue!" Vito menaikan alisnya tak mengerti "Jangan terlalu bersikap gak peduli sama dia. Ntar lo jatuh cinta sama dia baru tau rasa," Gumam Lyn memperjelas apa yang dimaksud Gigi  "Siapa? Es teh?" Tanya Vito sambil mengangkat es milik Nasya "Wah ngajak gelutz nih orang!" Ujar Alden kesal sambil memukul-mukul kepala Ozi yang ada di sebelahnya.  "Sakit anjir!" Semprot Ozi sambil mengusap kepalanya yang menjadi korban kesadisan Alden "Kenapa sih klean?" Gumam Vito acuh "Oh God, kenapa bocah tembok ini g****k banget ya?!" pekik Lyn kesal "Maksudnya si Gigi tuh Aura b**o!" Vito mengernyitkan dahi semakin dalam mendengr perkataan itu. Kenapa adiknya jadi dibawa-bawa? "Lah kenapa jadi si Rara? Gak nyambung deh lo pada," "Ya siapa tau lo suka sama sodara lo sendiri," ujar Nasya "Ya gak mungkin lah! Mana ada?" "Kan gak ada yang tau juga. Makanya lo jangan terlalu judes sama dia. Ntar lo jatuh cinta sama dia baru tau rasa!" "Ini pada kenapa sih, kok jadi bawa-bawa dia?" sewot Vito. Sahabatnya yang sudah lelah meladeni pertanyaan Vito hanya diam sembari menggelengkan kepala. Lebih baik mereka diam dari pada harus menanggapi Ervito yang lemotnya melebihi orang lain. *** Aura, Bea, dan Abel sedang berdiri di antara ribuan manusia sambil memandang harap sekelilingnya. "Oh God, ini kenapa gak ada yang kosong sih? Gak asik banget." gerutu Bea sambil mencebik "Sabar. Ini juga lagi cari meja. Lo tau sendiri murid sebanyak ini kalo jam istirahat ya pada kumpul kesini," sahut Abel. Aura mengedarkan pandangannya kesekeliling. Sampai pandangannya berhenti pada kakaknya yang sedang asik mengobrol dengan kelima temannya di meja yang cukup panjang. kalau ditanya kenapa tak ada yang menempati meja yang dipakai Vito. Ya, jawabannya karena mereka takut. Fyi, Vito and the Gengs adalah salah satu Geng Pentolan sekolah yang sedikit banyak ditakuti anak-anak di SMA Hayden. Aura tersenyum lebar, lalu melangkah panjang ke arah kakaknya. Bea dan Abel yang melihat Aura hanya mengerutkan kening, tapi tak elak mereka juga mengikuti kemana Aura melangkah "Hai kakak-kakak!" pekik Aura Girang membuat keenam orang itu menoleh bersamaan, lalu tersenyum lebar saat melihat Aura yang datang, sedangkan Vito hanya menghembuskan nafas berat. Sudah ia duga adiknya itu pasti akan menghampiri meja mereka.  "Hai Aura!" balas mereka kompak sambil nyengir. Membuat Aura terkekeh kecil "Kak, gue sama temen-temen gue duduk sini boleh ya? Disini udah gaada tempat kosong lagi," ucap Aura sambil memelas "Boleh kok, gabung aja lagi," sahut Nasya cepat yang dibalas senyum lebar Aura "Ngapain juga harus kesini sih? Tuh dimeja Felix masih cukup buat tiga orang," ucap Vito datar membuat Aura cemberut "Lo kan tau sendiri kak, si Ethan kalo liatin gue gitu banget, risih gue," ucap Aura sambil mengambil tempat duduk di seblah Vito, diikuti kedua temannya yang duduk di seblah Nasya dan langsung menimpali obrolan dengan Lyn dan Gigi "Tau lo Vit. Lagian gapapa kali Aura duduk sini. Cewek cantik mah jangan ditolak," ucap Ozi sambil ber High Five ria dengan Aura yang tersenyum lebar karena ada yang membela "Iya nih, dasar pelit" cibir Aura kemudian. Vito hanya memutar bola mata jengah dan mulai melanjutkan makan siangnya itu. Berusaha mengabaikan adiknya yang mulai berceloteh ria bersama teman-temannya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD