bc

Mantan tapi Menikah

book_age18+
2.4K
FOLLOW
20.4K
READ
others
time-travel
others
others
boss
student
sweet
genius
ambitious
others
like
intro-logo
Blurb

Gara-gara skandal foto yang tersebar membuat Reyhan Dewashaka harus menikahi mantan kekasihnya yang sangat ia benci. Lalu bagaimana kehidupan Reyhan setalah menikah dengan Regina Sintya? Gadis pemicu luka di hatinya?

chap-preview
Free preview
MTM (1) : Hari Kesialan
"Rere! Bangun, kamu gak ada jadwal kuliah pagi apa?!" Setengah sadar, gadis berumur 20 tahun itu hanya bergumam. Kedua matanya masih enggan untuk terbuka. Selimut tebal masih tergulung, membalut tubuhnya. Empuknya kasur, seakan membuat malas gadis itu untuk bangun. Brakk.... Pintu terbuka, sang Bunda dengan spatula penggorengan yang masih di tangannya. "Astagfirullahhaladzim..., " Sekar hanya mampu mengusap dadanya sembari beristighfar. "Regina Sintya! Bangun!?" "Eumm.... " Bahkan gadis bernama Rere itu hanya merenggangkan sedikit otot-otot tubuhnya dan menutup kembali kedua matanya. Bundanya memutar otak, agar anak perawan-nya mau bagun dari tempat ranjang. "Re, di depan sudah ada Nak Raka. Gak malu nih, jam segini belum bangun? Mau......" "Ha? Mas Raka di depan?" ucap Rere kaget. Gadis itu duduk di atas ranjang sembari mengusap anak sungai kecil di sudut bibirnya. Bundanya tersenyum, rencananya berhasil. "Bunda, beneran? Mas Raka di depan?" ucap Rere setengah sadar. "Liat jam, Re! Liat jam!" Rere pun memutar kepala 180 derajat, untuk melihat jam dinding. "Mampus! Kuliah pagi!" seru Rere, ia pun segera berlari menuju kamar mandi. "Makannya kalau tidur itu kupingnya di pasang! Jangan asal tidur. kesiangan, kan!" omel Sekar sembari keluar kamar anaknya. *** "Halo, lo dimana nyet?" "Duh Bil, gue telat nih. " Rere, menyelipkan ponselnya di antara telinga dan bahunya. Gadis itu pun melanjutkan memakai sepatunya. "Pak Wahyu udah datang belum?" "Belum. Kok lo bisa telat sih? Lo kan tahu hari ini kita harus ngumpul makalah, di si Reyhan udah uring-uringan karena lo belum juga datang." "Mampus! Makalahnya belum gue cetak!" seru Rere kelimpungan. "Ha? Apa? Serius lo?" "Iya. Duh gimana nih!" ucap Rere panik. "Kalau gitu gue cetak dulu deh, by!" Rere memutuskan sambungan ponselnya. Gadis itu berlari lagi menuju kamar mengambil file, dan mulai mencetak makalahnya. "s**t! Tinta printer gue habis lagi!" Pagi ini Rere begitu sial. Dia harus mengambil flashdisk dan langsung keluar kamar. Ia mencari tempat percetakan terdekat. *** "Yah! Kok di matiin sih!" gumam Nabila menatap layar ponselnya. "Gimana Bil? Lo udah telpon 'teman' lo, itu?" ucap seseorang yang masih menghampiri Nabila. "Udah." "Gimana, katanya? Dia udah di jalan, kan?" Nabila diam, belum menjawab pertanyaan lelaki di depannya. "Bil, jawab dong!" desak lelaki tersebut. "Makalahnya, belum di cetak." "Apa?" ucap Reyhan kaget. Bahkan saking kencangnya suara Reyhan membuat beberapa teman di kelasnya menoleh kearah Reyhan. Kedua mata Reyhan menyorot tajam. Membuat Nabila menunduk ketakutan. "Gue gak mau tahu, nilai gue harus ada. Semua salah 'teman' lo itu!" Nabila makin menunduk, dia benar-benar takut dengan Reyhan. "Wah, ada apa ini? Bebeb Nabila, kenapa?" ucap seorang lelaki yang berjalan menghampiri Nabila dan Reyhan. Nabila sudah menangis ketakutan di tempat. "Wah parah lo, Rey. Bebeb gue sampai nangis gini." Reyhan tidak menghiraukan ucapan Malik sahabatnya. Ia hanya diam, dan kedua matanya masih menyorot tajam. "Wey, Pak Wahyu datang!" Seketika, semua mahasiswi/mahasiswa duduk di tempatnya masing-masing. Begitu juga dengan Reyhan, yang was-was menunggu gadis itu datang. *** "Jadi semuanya berapa, Pak?" "60 ribu aja, neng." Rere pun menyerahkan uangnya. Lalu ia segera berlari menuju kampusnya. Kampus dan tempat percetakan itu tidak jauh. Hanya berjarak beberapa meter. Rere berlari di koridor. Dan dengan bodohnya, ia malah terjatuh menabrak seseorang lelaki di koridor. "Maaf, gue gak sengaja." Setelah mengucapkan itu, Rere pun berlari lagi. Hingga akhirnya, ia berada di depan kelasnya. Rere berdiri di depan pintu, sembari mengusap keringat di keningnya. Jantungnya berdegup begitu kencang. Tangannya terangkat, untuk mengetuk pintu. Tok... tok.... tok... "Masuk!" Mendengar suara Pak Wahyu membuat Rere memejamkan matanya sejenak. Sebelum akhirnya gadis itu mendorong pintu dan masuk kedalam kelas. "Pak, saya mau.... " Pak Wahyu mengangkat tangannya di udara. Pertanda Rere tidak boleh melanjutkan ucapannya. "Kamu Regina Sintya?" Rere mengangguk. "Kamu tahu peraturan di kelas saya, kan?" Rere mengangguk, lagi. "Kenapa masih berani masuk kelas, saya?" "Saya mau ngumpul, tugas kelompok makalah saya, Pak." "Regina Sintya dan Reyhan Dewashaka, Reyhan silahkan maju ke depan." Reyhan menghembuskan nafasnya, dan berjalan ke depan. "Bukan salah saya, Pak. Tapi salah gadis ceroboh ini," ucap Reyhan enggan menatap Rere. Rere di buat kesal dengan jawaban Reyhan. Pasalnya di semalam sudah mengerjakan tugas ini sendirian. Dan Reyhan masih juga menyalahkan dirinya? Rere benar-benar tidak habis pikir. "Saya semalaman mengerjakan makalah ini. Dan dia cuma numpang nama doang, Pak!" "Ha? Numpang nama? Gue udah kirim filenya ke lo, ya!" ucap Reyhan nyolot. "Hey! File yang lo kirim semalam itu gak guna! Ngerti gak!" ucap Rere tidak terima. "SUDAH STOP!" teriak Pak Wahyu membuat peraduan mulut antara Rere dan Reyhan berhenti. "Saya tidak mau mendengar kalian bertengkar di sini. Tugas kalian saya tambah, buat 300 halaman makalah dengan tema yang sama." "Saya tunggu, setelah jam saya selsai." Ucapan Pak Wahyu membuat keduanya melongo. Tanpa banyak kata, Reyhan langsung pergi dari kelas. Dan Rere pun berjalan menyusul Reyhan. "Rey! Lo mau kemana!" teriak Rere di tengah koridor yang ramai. Reyhan menghentikan langkah kakinya, sembari mendengus kesal. Lelaki itu membalikkan tubuhnya 360 derajat menatap Rere yang kini sudah ada di depannya. "Menurut, lo? Gue mau kemana?" tanya Reyhan. Rere menggelengkan kepalanya. "Ck! " Reyhan pun menarik tangan Rere mereka berjalan di tengah koridor. "Lepasin! Lo mau bawa gue kemana!" ucap Rere memberontak. Reyhan diam, tetap mengeratkan cengkraman di pergelangan tangannya. "Reyhan! Lepasin gue!" ucap Rere semakin meronta-ronta. Di ujung koridor, Reyhan melepaskan tangan Rere. "Sialan lo! Mau berbuat aneh-aneh ya!" seru Rere dengan nada bicara yang meninggi. Reyhan menarik ujung bibirnya, ia tersenyum sinis. Puk.... puk.... puk.... Reyhan menepuk pipi Rere pelan. "Baca!" Rere mendongak, melihat sebuah tulisan di sana. PERPUSTAKAAN. Kedua mata Rere membulat. Bahkan Rere baru sadar, kalau Reyhan mengajaknya ke perpustakaan. "Mampus! g****k banget gue!" ucap Rere dalam hati. Sementara itu, Reyhan sudah berjalan lebih dulu. Lelaki itu masuk kedalam perpustakaan. Begitu juga dengan Rere yang menyusul Reyhan. Mereka menyusuri setiap rak buku. Mencari buku referensi untuk tugas makalah mereka. Saat Rere menemukan satu buka, gadis itu mengambilnya. Namun, secara bersamaan Reyhan juga mengambil buku yang sama. Keduanya saling tatap, Rere pun ikut tenggelam dalam tatapan Reyhan. Kedua manik hitam, yang masih sama seperti dulu. Indah, dan sangat meneduhkan. "Nih bawa!" perintah Reyhan, membuat Rere kaget. Gadis itu tersenyum, dan menerima buku yang di berikan oleh Reyhan. Kemudian mereka berjalan menuju meja dan kursi. Reyhan mengeluarkan laptopnya. Lalu membuka laptop tersebut. "Flashdisk lo mana? Gue gak bawa flashdisk." Mendengar itu, Rere segera mengobrak-abrik tasnya. Dan akhirnya ia menemukan flashdisk yang ia cari-cari. Rere pun memberikan flashdisk itu kepada Reyhan. Reyhan menerimanya, dan tiba-tiba Rere mengingat sesuatu. Gadis itu bangkit, dan berjalan meninggalkan Reyhan. Sementara Reyhan hanya acuh, ia fokus kepada flashdisk yang di berikan oleh Rere. Jari Reyhan mengotak-atik keyboard laptopnya. Hingga akhirnya jari itu berhenti, seiring dengan sebuah foto yang muncul di layar laptopnya. Dua remaja belia, masih menggunakan baju SMA, Reyhan tersenyum tipis. Melihat senyum lebar dari seorang gadis tersebut. Dan seketika senyum itu pudar. Mengingat pengkhianatan yang di lakukan oleh gadis tersebut. Andai, gadis itu tidak mengkhianati dirinya. Mungkin sekarang, dia dan gadis itu masih bisa bersama. Masih bisa melanjutkan kisah cinta mereka. Tetapi, Reyhan salah. Justru luka dulu yang di torehan kan gadis itu begitu menyayat hatinya. "Lo gak akan tahu seberapa sakitnya hati gue, Re," batin Reyhan. Sadar dengan apa yang di pikirkan oleh dirinya. Reyhan pun menggelengkan kepalanya beberapa kali. "Apaan si lo Rey! Ayo dong fokus," ucap Reyhan kepada dirinya sendiri. Setelah itu Reyhan melanjutkan aktivitasnya. **** "Arghh.... akhirnya kelar juga," ucap Rere merenggangkan otot-otot tubuhnya. Gadis itu melirik jam dinding dan ia bernafas lega. Karena ternyata kelas pak Wahyu belum selsai. "Gue cetak dulu," ucap Reyhan mengemasi peralatannya. "Gue ikut dong, Rey!" ucap Rere. "Nggak usah!" "Alah! Gue ikut, ya.... ya... " ucap Rere memohon. Reyhan memejamkan matanya. "Oke. Tapi jangan nyusahin gue!" ucap Reyhan lalu berjalan lebih dulu. Entah kenapa Rere bersorak gembira mendengar Reyhan menyetujui ucapannya. Mereka berjalan, dengan jarak tentunya. Tempat print tidak terlalu jauh. Hanya berjarak beberapa meter dari kampus. Reyhan memutuskan untuk berjalan kaki saja. Sampai di tempat print, Rere duduk di tempat tunggu, dan meluruskan kakinya. Namun, ia baru menyadari sesuatu, lututnya memar dan luka. "Lutut gue kenapa? Perasaan tadi gak kenapa-napa deh." Rere hanya mampu mengucapkannya dalam hati. "Nih, obatin!" ucap Reyhan menyodorkan kotak P3K kepada Rere. Rere menerima kotak tersebut. Lalu mengobati lukanya sendiri. Mereka duduk, namun jarak mereka duduk sangat jauh. Rere masih fokus untuk mengobati luka di lututnya. "Ah iya! Gue baru ingat! Kan tadi gue jatuh di koridor!" Rere pun menyelesaikan kegiatannya. Dan setelah itu ia mengembalikan kotak tersebut kepada Reyhan. "Nih kotak lo. Gue udah selsai," ucap Rere menyodorkan kotak tersebut kepada Reyhan. "Gak usah! Buat lo aja!" Rere tersenyum sinis. "Segitu bencinya lo sama gue?" Reyhan diam. "Oke! Gue ngerti, gue yang salah." Rere pun memasukkan kotak P3K kedalam tasnya. Hening.... "Mas, makalahnya sudah selsai." Reyhan pun menghampiri petugas jasa print tersebut. Lalu membayar semua total print makalah mereka. *** "Ya ampun! Gue panik banget tahu gak!" ujar Nabila heboh. Nabila pun mengajak Rere untuk duduk di kursi di kantin. "Gimana tugas lo? Udah selsai?" Rere mengangguk lemas. Gadis itu menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi. "Capek banget, ya?" tanya Nabila lagi. Dan Rere hanya mengangguk, lagi. "Bentar-bentar gue pesanin minuman dulu, eh makannya sekalian gak?" "Boleh. " "Yang kayak bisa, kan?" Rere mengangguk. Nabila pergi menuju stand kantin. Harinya sangat melelahkan. Belum lagi, bertemu dengan lelaki j*****m seperti Reyhan. Mulutnya yang begitu pedas kadang menyakiti hati Rere. Rere sadar betul, kesalahannya sewaktu dulu. Tetapi bukankah manusia tempatnya salah? Dan Rere hanya seorang manusia. Bukan malaikat, jadi aku wajar sekali jika dia berbuat salah. Dulu, ketika mereka masih bersama Reyhan bukan tipe lelaki yang bermulut pedas. Rere mengenal Reyhan sebagai lelaki yang sangat lembut memperlakukan perempuan. Tapi kenapa sekarang Reyhan berubah? "Kesalahan di masa lalu gue begitu dalam. Buat lo benar-benar terluka. Maafin gue, Rey. " ****

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
102.4K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook