Terlahir Kembali

625 Words
Xera memutuskan untuk berjalan-jalan dengan Meng Mei, yang masih setia mengikutinya dari belakang. Sesekali ia menggeram, mendengar cerita kehidupan gadis yang dimasukinya, Jia Wei. Meng Mei menceritakan bahwa Putri Jia baru 2 tahun ini tinggal di istana. Selama ini, Putri Jia diasingkan bersama Permaisuri, ibunya yang bernamaShuang Wei. Meng Mei juga menceritakan alasan Permaisuri dengan Putri Jia diasingkan yaitu dikarenakan permasuri dituduh berselingkuh, dan Putri Jia adalah anak haram. Hal itu disimpulkan karena Putri jia yang memiliki rambut bewarna putih, dan tidak menunjukan kemiripan sama sekali dengan Permaisuri maupun Raja. "Anak haram my ass!" cibir Xera kesal. "Ya nona?" Meng Mei merasa mendengar Xera berbicara, namun dia tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh nonanya. "Apa?" tanya Xera ketus. Dia jadi kesal sendiri mendegar kisah Putri Jia yang sama sekali tidak masuk diakal ini. Tidakkah orang-orang ini mengerti yang artinya albino? Karena kebodohan mereka, mereka sampai menyiksa Putrinya sendiri. Sialan, batin Xera. "Jadi bagaimana kabar Permaisuri sekarang?" Meng Mei menundukkan kepalanya semakin dalam. Tubuhnya tiba-tiba gemetaran. "Maafkan hamba tuan Putri. Permaisuri Shuang sudah meninggal dunia 2 tahun yang lalu akibat sakit keras" ucap Meng Mei pelan. Xera menghentikan langkahnya setelah mendengar informasi Meng Mei. Matanya mengerjab pelan, berusaha menghalangi air mata yang ingin tumpah. Xera juga merasakan sedikit nyeri pada ulu hatinya. Ia tidak tahu, begini sialnya nasib gadis ini. Xera yakin, itulah mengapa dirinya dipindahkan ke istana. Namun kediamannya diasingkan ke sudut istana. sehingga ia tidak terlalu banyak menemui anggota kerajaan yang lain. Kembali Meng Mei menceritakan tentang kehidupan Putri Jia. Semakin banyak ia mengetahu tentang kehidupan Putri Jia, semakin dingin tatapan matanya. Tidak ada emosi apapun yang terlihat. Xera terus berjalan kearah pusat istana. Berpunggung tangan, mengabaikan indahnya taman istana yang dilewatinya. Pada akhirnya, Xera memang harus menerima kenyataan tidak masuk diakal yang dialaminnya ini. Bagaimana ini bisa dikatakan masuk diakal? Ia benar-benar terlempar ke zaman dan dimensi yang lain. Ia bahkan bergidik ngeri mendengar peraturan-peraturan kuno yang diucapkan oleh Meng Mei. Semua hal mengenai perebuatan kekuasaan. Xera merinding memikirkan hidupnya kelak. Ia tidak begitu yakin akan tahan tinggal disini. Karena ia tidak pernah melakukan sesuatu yang tidak disukainya. Dalam perjalanan menuju perpustakaan istana, Xera melihat rombongan para Pangeran dan Putri. Bahkan dirombongan itu, ia juga melihat saudara Putri Jia, yaitu Putra mahkota Renshu dan Pangeran Kaili. Tidak ingin mendapatkan masalah, Xera memilih berjalan langsung, tanpa memberikan salam kepada rombongan yang berisik itu. "Sebenarnya, jika dikehidupan nyata, mereka itu cuma anak ingusan. Tidakkah mereka tau jika jiwa yang berada di tubuh Putri ini sudah berumur 33 tahun?" batin Xera. "Putri Jia!!" teriakan itu mengejutkan Xera. Ia berbalik, dan mendapati Putra Mahkota Renshu sedang memandangnya tajam. "Apa?" Xera bertanya, namun nadanya seperti menantang. "Beginikah etikamu? Berani sekali kamu tidak memberi hormat saat berjalan di depanku?" ucap Putra Mahkota Renshu tajam. Salah satu alis Xera naik. Matanya memandang remeh kearah gerombolan yang berada di depannya. "Siapa kau? Kita punya hubungan?" Xera bertanya balik. Kening Putra Mahkota Renshu berkerut. Matanya memancarkan aura tidak suka. "Dengar baik-baik Renshu! Kalian yang pertama kali menganggapku sebagai orang asing. Aku bukan salah satu dari kalian. Dan, kalian juga tidak punya hak mengatur apa yang akan aku lakukan. Tolong cam-kan itu!" ucapnya dingin. Xera menaikan dagunya tinggi. Mengarahkan tatapannya kesemua orang yang berada didepannya. "Dan ini berlaku buat kalian semua. Jika kalian tidak mau mati, maka patuhi!!" desisnya penuh penekanan. Ancaman yang terselip dalam suaranya membuat semua orang terbelalak. Mereka tidak percaya, setelah kesadaran Putri Jia pulih, Putri Jia benar-benar berubah. Tidak ada lagi Putri Jia yang penakut, yang selalu menundukkan kepalanya jika bertemu orang baru, atau bahkan Putri yang tidak akan bicara sebelum dibentak. Hilang sudah Putri Jia yang lemah. Xera kembali melangkahkan kakinya. Ia bahkan tidak memperdulikan bentakan Putra Mahkota Renshu yang menyuruhnya untuk berhenti.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD