"Kau ingin dekorasi yang seperti apa? Bernuansa putih? Atau gold?", tanya Alice dengan semangat.
Jasper tertawa. Ia tak menyangka bahwa Alice menunjukan semangat yang lebih dari pada yang ia bayangkan.
Selama ini ia berusaha untuk mendapatkan hati Alice, tak peduli wanita itu masih mencintai Lucas atau tidak. Dirinya hanya ingin bersama wanita yang ia cintai dari dulu.
Seminggu yang lalu, terjawab semua keinginan hatinya.
Dan beruntungnya lagi, Alice mengatakan bahwa ia sudah melupakan Lucas dan jatuh hati padanya.
Entah Alice jujur atau tidak.
Yang pasti, ia sangat senang.
"Kenapa kau tersenyum? Aku bertanya padamu, Jas", sahut Alice lagi.
"Tak apa. Aku hanya senang melihatmu bersemangat seperti ini",
Alice memutar matanya, "Lalu kau mau pernikahan kita didekorasi seperti apa?",
"Sebutkan lagi... Aku ingin mendengar", ujar Jasper ambigu.
"Sebutkan apa?", tanya Alice bingung.
"Pertanyaanmu tadi...",
Alice menautkan alisnya, "Kau ingin pernikahan kita-"
"Stop!", seru Jasper. "Sebutkan dua kata sebelum aku menyuruhmu berhenti", lanjutnya sambil tersenyum senang kearah Alice.
"Pernikahan kita?",
"Ya, kita akan menikah", balas Jasper.
Alice tertawa saat ia mengerti apa maksud Jasper. "Kau seperti ABG yang baru jatuh cinta, Jas", candanya.
Jasper terkekeh, "Tentu saja Baby Ice. Aku memang sedang jatuh cinta dan kini aku menatap wanita itu",ujarnya.
Blush!
Pipi Alice memanas karena Jasper.
Pria itu selalu mampu membuat hatinya menghangat.
Sambil tersenyum simpul, Alice berkata, "Terima kasih karena kau mau mencintaiku",
Jasper masih dengan posisi duduk sedikit maju dan meraih tangan Alice. "Aku yang berterima kasih karena kamu mau menerimaku", balasnya.
Alice mengangguk, lalu ia maju dan mengecup singkat pipi Jasper. Setelah itu menatap mata pria itu dalam.
"Sama-sama", ujarnya.
"Maaf? Apa Tuan dan Nona sudah menentukan pilihan?", sebuah suara menginterupsi membuat Jasper dan Alice refleks menjauhkan diri.
Jasper menoleh kearah wanita yang kini sudah duduk di samping Alice. "Apa aku bisa meminta dekorasi yang berbeda dari di katalog dalam waktu dua bulan?",
Wanita itu mengangguk, "Tentu saja tuan. Anda dan Nona Alice bisa menentukan dekorasi yang kalian inginkan",
"Jadi kau pilih yang mana?", tanya Alice.
Jasper tersenyum,
Lalu ia menatap wanita yang menjadi wedding plannernya. "Aku ingin pernikahan ini digelar di taman dengan dekorasi skylights dan juga bernuansa violet, seperti warna kesukaannya", jelasnya sambil beralih menatap Alice.
•••
Alice menjatuhkan bokongnya diatas sofa dirumah yang akan jadi tempatnya dan Jasper berlindung setelah menikah.
Dan kini ia tinggal disana dirumah itu.
Rumah yang tak terlalu besar seperti rumahnya dulu dan sangat nyaman dengan banyak kaca yang langsung menampilkan taman dan tanaman hijau.
"Kau lelah?",
Suara Jasper membuat Alice menoleh.
Pria itu berjalan kearahnya dengan membawa dua gelas air di tangannya.
"Lumayan", jawab Alice.
Jasper tersenyum. Ia duduk disamping Alice dan meletakan gelas diatas meja. "Sebentar lagi kau bisa istirahat. Tunggu sampai Designer kita datang membawakan gaun dan juga jas untuk dicoba",
Alice mengangguk, ia bergeser dan menyandarkan tubuhnya pada Jasper dan menaikkan kedua kakinya.
"Jas?",
"Hmm?",
"Bisa kau menyanyikan lagu untukku?",
Jasper terkekeh. Ia mengusap puncak kepala Alice, "Kau ingin aku menyanyi apa?",
"Apa saja",
Jasper mengangguk, "Baiklah, ehemm.
I found a love for me
Darling, just dive right in and follow my lead
Well, I found a girl, beautiful and sweet"
"Oh, I never knew you were the someone waiting for me
'Cause we were just kids when we fell in love
Not knowing what it was
I will not give you up this time",
"But darling, just kiss me slow, your heart is all I own
And in your eyes you're holding mine
Baby, I'm dancing in the dark with you between my arms
Barefoot on the grass, listening to our favorite song
When you said you looked a mess, I whispered underneath my breath
But you heard it, darling, you look perfect tonight",
"Well I found a woman, stronger than anyone I know
She shares my dreams, I hope that someday I'll share her home
I found a love, to carry more than just my secrets
To carry love, to carry children of our own
We are still kids, but we're so in love
Fighting against all odds
I know we'll be alright this time
Darling, just hold my hand
Be my girl, I'll be your man
I see my future in your eyes
Baby, I'm dancing in the dark, with you between my arms
Barefoot on the grass, listening to our favorite song
When you saw you in that dress, looking so beautiful
I don't deserve this, darling, you look perfect tonight
Baby, I'm dancing in the dark, with you between my arms
Barefoot in the grass, listening to our favorite song
I have faith in what I see
Now I know I have met an angel in person
And she looks perfect, no I don't deserve this
You look perfect tonight",
Setelah Jasper mengakhiri nyanyiannya. Ia menghela napasnya saat merasakan dengkuran halus di lehernya.
Ia tersenyum saat tahu ternyata wanitanya tertidur.
"Nona Alice sangat beruntung...",
Dengan perlahan Jasper menoleh kebelakang dimana beberapa orang yang seharusnya akan membawakan contoh gaun dan jas sudah berdiri di dekat ambang pintu.
"Saya yang seharusnya beruntung mendapatkannya", ujar Jasper pelan tapi masih terdnegar. "Kalian kenapa tidak masuk?", tanyanya untuk mengalihkan pembicaraan.
Salah seorang wanita maju selangkah, "Kami tidak berani mengganggu tuan. Apalagi suara tuan juga sangat indah. Sangat disayangkan bila kita menyela",
Jasper hanya terkekeh. "Terima kasih. Tapi, saya sebelumnya minta maaf. Alice kelelaham hingga ia tertidur. Bisakah kalian kembali besok? Biarkan dia istirahat",
Beberapa orang itu mengangguk, dan wanita yang Jasper tahu menjadi kepala staff untuk mengurus gaun dan jas pernikahannya tersenyum, "Baiklah Tuan. Kami akan kembali besok",
Lalu orang-orang itu pergi meninggalkan rumah.
Jasper menggeleng sambil tersenyum.
Dengan perlahan ia bangkit dan mengangkat tubuh mungil Alice kedalam gendongannya.
Sesampai mereka dikamar. Dengan perlahan Jasper merebahkan tubuh Alice. Ia juga menarik selimut dan menutup tirai kamar agar Alice merasa nyaman.
"Tidurlah yang nyenyak Baby Ice", bisik Jasper. Lalu ia mengecup kening Alice beberapa saat.
Setelah keluar dari dalam kamar.
Jasper lagi-lagi menghela napasnya.
Ia mengeluarkan ponsel dari dalam saku celana dan mengetikan pesan ke salah satu nomor yang sengaja tidak ia simpan di kontak.
Aku akan kesana sekarang.
-JR-
•••
Alice mengerutkan keningnya saat melihat seorang pria berdiri memunggunginya.
"Jasper?", panggilnya.
Pria itu masih tak membalikan tubuh. Alice yakin bahwa itu Jasper.
"Kau mau kemana?", Alice mencoba mengejarnya.
Pria itu berhenti melangkah. Ia menoleh kearah Alice dan tersenyum. Setelah itu ia berkata, "Maaf baby ice, aku ada urusan",
"Urusan apa?", tanya Alice.
Jasper tak menjawab. Ia berbalik kembali dan melangkah pergi meninggalkan Alice.
"Jasper!", pekik Alice sambil membuka matanya.
Itu mimpi. Batinnya.
Ia mengusap wajahnya dan
melihat kearah jam yang berada di atas meja di samping kasur.
"Oh my..", pekiknya saat melihat jam menunjukan pukul setengah tujuh malam.
Dirinya yakin bahwa ia tertidur saat mendengarkan Jasper menyanyikan lagu untuknya.
Dan bagaimana dengan fitting gaunnya?
Ia segera bangun dan berlari kecil ke kamar mandi mencari Jasper.
"Jas?"
Tak ada jawaban. Dan ia dengan cepat membuka pintu kamar mandi. Tak ada orang disana.
Lalu Alice melangkah keluar kamar
"Jasper? Where are you?", panggilnya.
Kemana pria itu?
Tidak meninggalkan pesan sama sekali.
Tepat saat Alice hendak melangkah. Pintu utama terbuka dan Jasper muncul.
"Where have you been?", tanya Alice sambil berlari kecil dan langsung memeluk Jasper.
Jasper membalas pelukan Alice. "Aku pergi ke apotek tadi",
Alice melepaskan pelukannya, "Untuk apa?", tanyanya bingung.
"Aku membeli vitamin", jawabnya sambil mengangkat sebuah kantung kresek putih berlambang plus.
Alice bernapas lega. Entah kenapa mimpi itu membuatnya merasa ketakutan jika Jasper pergi tanpa memberitahu dirinya.
"Kau kenapa? Kau terlihat takut?",
Ya dirinya takut, pikir Alice.
Alice menggeleng. "Aku baik-baik saja",
"Kau yakin?", tanya Jasper sambil menyentuh pipi Alice.
Alice tak menjawab. Ia menatap Jasper sedalam mungkin. Mencoba menyelami mata cokelat hazel itu.
Ia menelan ludahnya, "Aku baru saja mendapatkan mimpi",
"Mimpi?",
"Ya", jawab Alice. "Aku bermimpi kalau kau pergi",
Jasper terkekeh, "Aku tidak akan pergi. Dan, itu hanya mimpi, baby ice",
Alice berdecak lidah. "Tapi aku takut. Takut bila kau akan meninggalkanku lagi seperti dulu. Atau seperti Lucas",
Jasper tersenyum simpul. Ia menundukan kepalanya dan melumat bibir Alice. Inilah yang ingin ia lakukan sejak pertama kali bertemu dengan wanita yang ia cintai di pesta itu.
Alice tak menduga bahwa Jasper menciumnya. Tapi, tubuhnya mulai menghangat dan rileks saat Jasper semakin menarik tubuhnya merapat.
Saat Jasper semakin memperdalam ciumannya. Alice hanya bisa melingkarkan tangannya di tengkuk pria itu dan mengusap punggung lebar Jasper dengan lembut.
Napasnya memburu dan semakin kehabisan hingga Jasper melepaskan pagutannya.
Ia menutup mata dengan kening saling bersentuhan.
Tangannya juga masih menangkup di kedua sisi wajah Alice.
"Alice... Aku tidak akan meninggalkanmu. Bila itu terjadi, aku hanya minta satu...
Kembalilah pada Lucas karena ia juga mencintaimu", ujarnya lirih.