"Mama tidak menyangka. Kau benar-benar menjadi menantu di keluarga Reid", ujar Jasmine Reid. Ibunda tercinta Jasper yang sudah dikenal oleh Alice semasa ia kuliah.
Alice tersenyum, "Jangan menangis ma. Nanti maskaranya luntur", peringatnya sambil mengusap air mata yang hendak keluar dari mata Jasmine.
"Mama sangat bahagia. Apalagi Jasper adalah anak tunggal kami yang sekarang akan melepas masa lajangnya",
"Alice juga sangat bahagia ma. Dan terima kasih sudah menerimaku",
"Eh-eh! Jangan! Nanti makeup dan gaunmu berantakan kalau kita berpelukan sweetheart", sergah Jasmine sebelum Alice hendak nemeluknya.
Alice menyengir,
"Baiklah.. Mama keluar dahulu sweet. Bersiaplah lagi", ujar Jasmine. Lalu wanita paruh baya itu undur diri dan keluar dari ruangan.
Saat itu, bersamaan dengan seorang pria yang masuk ke dalam ruangan membuat Alice langsung bangkit dari kursi sofa.
"Hai Alice", sapanya. Lalu Ia melangkah mendekat sambil memeluk singkat Alice. "You're the most beautiful and gorgeous bride that i've ever seen",
"Terima kasih Mike. Kau juga tampan", balas Alice memuji.
Mike tersenyum simpul, "Pastinya pria pendamping ini kalah tampan dengan sang mempelai pria bukan?", candanya.
Alice tertawa renyah. "Kau bisa saja, Mike",
Mike ikut tertawa, "Kalau Lucas?", tanyanya tak sadar membuat Alice perlahan memudar senyuman di wajahnya.
Tapi, wanita itu merubah ekspresinya sebiasa mungkin.
"Maafkan aku. Aku tak bermaks-",
"Apa dia akan datang, Mike?", sergah Alice sebelum Mike menyesali kata-katanya.
Mike mengerutkan keningnya, "Entalah. Mungkin dia akan datang bila sudah melihat undangan darimu",
"Apa dia baik-baik saja?", tanya Alice.
Mike menarik tangan Alice untuk duduk di sebelahnya. Ia menghela napas, "Jika bersangkutan dengan bisnis? Dia sangat baik.
Tapi, kalau kau bisa melihat sisi lainnya. Dia sangat jauh dari kata baik Alice.
Dan aku mau jujur padamu...",
Alice bergeming sambil menatap Mike bermaksud agar pria itu melanjutkan kalimatnya.
"Aku sedang berada di posisi yang membingungkan.
Aku harus memilih antara Jasper atau Lucas yang keduanya sama-sama teman dekatku. Akupun juga berutang budi pada mereka.
Dan aku mau membantu mereka untuk menyelesaikan segala masalah yang dialami.
Aku bukannya tak setuju kau menikah dengan Jasper, Alice. Tapi, Lucas sangat mencintaimu", ujar Jasper.
"Aku butuh bukti untuk kalimat terakhirmu. But, it is no matter now.
I was very happy with Jasper", lirih Alice.
Ia tidak boleh percaya begitu saja pada Mike walau ia sangat kenal pria itu.
Jika ia percaya, itu bisa menghancurkan semua kebahagiannya bersama Jasper.
Selain itu, ia akan menykiti Jasper juga.
"Aku tahu. Kau sudah menentukan pilihanmu. Kau memilih Jasper.
Dan aku tidak bisa apa-apa.
Tapi, aku harap. Pilihanmu itu membuatmu nyaman dan bahagia",
Alice tersenyum. "Terima kasih, Mike. Kau sangat baik",
Mike mengangguk, "U r well. Kau sudah aku anggap seperti adikku sendiri.
Dan sekarang, tugasku menjadi walimu mengantarkan pada Jasper di altar nanti",
•••
"Are you ready?",
Alice mengangguk. Ia menarik napasnya sedalam mungkin.
Ini awal hidup barunya, with Jasper Reid...
Saat pintu tinggi gereja beraksen katedral terbuka.
Alice semakin sulit nengatur napasnya saat semua orang yang berada di dalam kini menatapnya dan Mike.
Ia juga melihat pria yang akan menjadi suaminya itu berdiri di atas altar bersama seorang pastur sedang tersenyum.
Penampilannya sangat memukau dengan jas putih dengan dasi hitan yang dipadukan dengan celana kain yang sendada dengan dasi.
Mike dengan perlahan menuntun Alice berjalan menuju altar.
Pria itu juga meraskan cengkraman erat di lengan kanannya.
"Take care for Alice, I trust you, Jasper", ujar Mike sambil mengarahkan tangan Alice pada Jasper saat sampai di atas altar.
Jasper tersenyum dan mengangguk. "Aku akan selalu menjaganya. Kau tidak perlu khawatir Mike. Dan terima kasih mau menjadi walinya", balasnya.
Mike mengangguk. Lalu ia berbalik dan mengambil posisi duduk di bangku di baris terdepan.
"Kalian siap?", tanya sang pastur.
Alice dan Jasper berpandangan.
"Sangat siap", jawab Alice tanpa berpaling.
"Jasper Reid... Bersediakah engkau menjadikan Alicia Lengowaski sebagai pasangan hidupmu sampai tua nanti? Dan bersediakah engkau menerima kelebihan dan kekurangannya?
Menjaganya melebihi dirimu sendiri dan selalu memberikan kehidupan yang layak baginya?
Dan selalu disisinya dalam suka, duka ataupun sampai Tuhan sendiri yang mencabut nyawamu?",
Jasper tersenyum, ia menggenggam erat tangan Alice. "Saya Jasper Reid. Bersedia menjadi pasangan hidup Alicia Lengowaski, menerima kelebihan dan kekurangannya, menjaganya dan memberikan kehidupan yang layak, dan selalu disisinya kala suka, duka hingga Tuhan sendiri yang mencabut nyawaku", katanya.
Alice berusaha sekuat mungkin tak terharu akan janji yang diucapkan Jasper.
Begitupun dalam hatinya ia juga berharap agar kedua orang tuanya melihat hal ini.
"Dan Alicia Lengowaski... Bersediakah engkau menjadikan Jasper Reid sebagai pasangan hidupmu?
Bersediakah engkau menerima kelebihan dan kekurangannya?
Memenuhi kebutuhannya secara jasmani dan rohani?
Dan selalu berdiri di sisinya sebagai fondasi kokoh hidupnya disaat senang maupun duka hingga Tuhan sendiri yang menghancurkan?",
Alice menarik napasnya, ia melirik Mike seperti ia ragu untuk mengucapkan janji itu.
Apalagi saat bangku di samping Mike yang harusnya diisi oleh pria itu, Lucas Graves. Tampak kosong...
Mike mengangguk memberi jawaban dan kekuatan membuat Alice kembali menatap Jasper.
"Saya... Alicia Lengowaski bersedia menjadi pasangan hidup Jasper Reid, menerima kelebihan dan kekurangannya, memenuhi kebutuhan hidupnya secara jasmani dan rohani, selalu berada disisinya sebagai fondasi yang kokoh disaat senang ataupun duka hingga Tuhan sendiri yang menghancurkan", ujarnya dengan mantap.
"Kusatukan kalian dalam ikatan pernikahan yang telah dikaruniai oleh Tuhan. Hendaknya kalian bisa saling memenuhi satu sama lain.
Menjadi ikatan yang kuat hingga maut menjemput...
Dan Jasper Reid, kau boleh mencium Alicia Lengowaski sebagai bukti bahwa kau akan selalu mencintainya",
Jasper menarik Alice mendekat. Tangan kananya perlahan terjulur kearah wajah Alice.
Ia menundukan kepalanya dan mencium Alice.
Doanya terkabul, wanita yang menjadi cinta pertamanya kini menjadi cinta terakhirnya.
Dan ia berdoa, agar Tuhan memberinya umur panjang agar bisa membahagiakan Alice sampai maut menjemput.
•••
5 days ago... Before Jasper and Alice Wedding...
"Maaf sir, ada kiriman untuk anda",
Lucas mengerutkan keningnya saat melihat sang sekretaris.
"Dari siapa? Aku tidak mau menerima paket yang tak jelas",
Sang sekretaris mendekat kearah mejanya dan meletakan sebuah amplop cokelat berukuran sedang. "Hanya ada initial A diatasnya",
"A?", tanya Lucas bingung.
"Iya sir. Huruf A",
Lucas mengangguk, ia meraih amplop itu dan mempersilahkan sekretarisnya keluar.
'A' siapa? Pikirnya.
Apakah Alice?
Impossible...
Dengan cepat Lucas menggelengkan kepalanya berusaha melupakan bayangan wajah wanita itu dikepalanya.
Semakin hari, ia rindu dengan wanita itu.
Dan ia sadar... Bahwa ia sangat mencintai Alice.
Sampai saat ini. Dirinya berusaha menemui Alice dan meminta maaf.
Seperti tempo hari, saat Mike berhasil membuatnya buka mulut dan mengakui perasaannya terhadap Alice dengan cara interview dengan salah satu stasiun TV.
Ia mencoba ke apartement Alice.
Tapi, wanita itu sudah pindah.
Menghubungi nomornya pun tak bisa.
Dan Lucas bukanlah orang yang gampang menyerah jika mempunyai keinginan besar.
Ia masih berusaha mencari Alice di kediaman keluarga Jasper melewati orang-orangnya.
Tapi, Alice tidak ada...
Dirinya juga tak akan bertanya pada Mike dimana Alice agar ia bisa menemukan wanita yang ia cintai dengan usahanya sendiri.
Hingga suatu malam, saat Lucas baru saja ingin menuju ke sebuay hotel untuk acara pertemuan. Ia melihat mobil Jasper keluar dari salah satu parkiran apotek di dekat pusat kota.
Tanpa berpikir panjang, Lucas mengikuti mobil itu hingga berhenti di salah satu kawasan real estate milik keluarga Reid.
Tepatnya di sebuah rumah yang cukup besar dengan design minimalis square.
Dan beruntungnya Lucas, rumah itu sangat terbuka dengan seluruh kaca yang melingkari rumah sebagai dinding.
Ia bisa melihat saat Jasper baru membuka pintu langsung disambut oleh seorang wanita dengan pelukan erat.
Dan wanita itu, wanita yang sangat ia rindukan.
Wanita yang membuat pikirannya kacau. Wanita yang membuat hatinya bisa bergetar hanya dengan senyumannya.
Lucas dengan cepat turun dari mobil saat melihat Alice tiba-tiba tampak marah dan mendorong Jasper.
Wanita itu menangis...
Ingin rasanya Lucas berlari masuk kedalam rumah itu dan menarik Alice kepelukannya. Menghapus air mata itu,
Tapi, ia urungkan niatnya saat Jasper bisa meredakan emosi Alice dengan pelukannya. Dan pria itu juga, mencium Alice.
Lucas hanya diam tak bergeming ditempatnya.
Hatinya seolah retak dan hancur saat melihat itu.
Tapi, dirinya tak bisa egois sekarang.
Melihat Alice tampak sangat tak ingin kehilangan Jasper membuatnya mundur.
Ia tak ingin membuat wanita itu hancur lagi.
Sambil menghela napas panjang. Ia mencoba membuka amplop itu. Setelah berhasil mengeluarkan isinya, jantungnya seolah ingin berhenti.
Benar dari Alice, lebih tepatnya undangan pernikahan.