CHAPTER 11

1761 Words
Lucas mendengus geli saat melihat notifikasi ponselnya yang berasal dari Mike. Dengan gerakan cepat ia membuka pesan itu, Mike Stangle sent a picture... Mike Stangle sent a picture... Gambar apa yang dikirimkan pria itu? Pikir Lucas. Ia menekan tanda panah kebawah di dalam box yang ada di gambar mencoba untuk membuka. Setelah beberapa detik, ia tersenyum saat melihat gambar yang dikirimkan Mike. Di gambar pertama, sebuah foto yang di dalamnya ada seorang wanita dengan raut wajah serius sedang berdiri di dekat layar proyektor. Di gambar kedua, wanita yang sama, kini terlihat tertidur pulas  menyandar pada pintu mobil. "Alice..", lirihnya sambil mengusapkan ibu jarinya di atas gambar itu dan tersenyum. Mungkin, bila orang melihat apa yang di lakukan Lucas pasti mengira bahwa dirinya adalah orang gila. Tapi, biarlah... Ia tak peduli...  Hanya dengan bantuan Mike dirinya bisa melihat wajah cantik Alice, melihat mata hijau itu lagi. Ia rindu pada wanita itu... Sambil terus melangkah, Lucas memasuki sebuah restaurant dimana ia akan mengadakan pertemuan. Tanpa melepaskan pandangannya dari ponsel, ia tak sadar saat ada seorang wanita yang juga bersamaan berbalik sehingga mereka saling bertabrakan. "I'm sorry, sir. I didn't realized... LUCAS?!", Lucas segera mengangkat wajahnya saat mendengar namanya di panggil. Alice Lengowaski, wanita yang sudah ia hancurkan hidupnya dan ia cintai yang kini sudah menjadi milik orang lain berdiri di hadapannya. Manik mata hijaunya menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Antara marah, rindu, kecewa menjadi satu. Begitupun dengan dirinya. Saat Lucas hendak menarik wanita itu kedalam pelukannya. Tiba-tiba saja tubuh Alice ambruk seketika di hadapannya. "Alice!", pekik Lucas bersamaan dengan Jasper dan Mike berlari kearah mereka. "Jauhi dia!", Jasper mendorong Lucas saat dirinya hendak merengkuh tubuh Alice dan pria itu langsung menggendong tubuh Alice keluar dari restaurant. "Kenapa kau baru muncul sekarang?", tanya Mike dari balik tubuh Lucas dan melangkah meninggalkan dirinya mengikuti Jasper. Lucas terdiam hanya bisa menatap punggung Mike. Benar... Kenapa dia baru muncul sekarang? Tanyanya dalam hati. Tapi, dirinya tak akan menyerah sampai disini saja. Ia harus bisa mendapatkan permintaan maaf dari Alice. Dengan cepat, Lucas berlari keluar restaurant tanpa banyak berpikir tentang pertemuannya. Ia masuk ke dalam mobil dan segera melajukan hingga suara decitan ban cukup keras. ••• Jasper sedari tadi mondar-mandir tak tenang di depan sebuah ruangan dengan tiga huruf diatasnya. Ia benci rumah sakit, ia benci melihat orang yang dicintainya masuk ke tempat yang menurutnya neraka. Dalam hati, Jasper merutuki Lucas. Meski sepenuhnya pria itu tak bersalah, tapi, ia tahu dari tatapan Lucas saat melihat istrinya tadi adalah tatapan memelas. Boleh dikatakan dirinya jahat. Ia tak mau Alice berada di sekitar Lucas lagi begitupun sebaliknya. Ia takut, takut bila Alice masih menyimpan perasaan pada Lucas. Sekuat apapun Alice mencoba mengelak, dia bukan tak percaya, ia sangat percaya pada istrinya, tapi, ia tak percaya pada Lucas. Jasper sangat mengenal Lucas Graves. Pria itu sangat licik dan punya seribu akal untuk memenuhi keinginannya. Tapi, bukan Jasper namanya kalau ia tak bisa melindungi orang yang di cintainya. "Kenapa dokter lama sekali?", Jasper berhenti. Ia membalikan tubuhnya menghadap kearah Mike yang duduk di bangku koridor. "Mike! Jangan membuatku semakin panik", serunya tak terima. "Sorry, Jas. Tapi, ini sudah setengah jam. Alice hanya pingsan. Kenapa lama sekali?", Mike benar. Tak seharusnya dokter memeriksa keadaan Alice dengan waktu yang lama dan cukup membuatnya merasakan bagaimana menaiki roller coaster. "Berdoalah agar Alice baik-baik saja", ujarnya pelan sambil bersandar pada pilar. "Ya, aku sangat berharap dia baik-baik saja", balas Mike. Tak lama setelah itu, pintu ruangan terbuka membuat kedua pria dengan perasaan dilema itu segera menoleh. Mike bangkit dari kursi dan mengikuti Jasper yang sudah dulu menemui sang dokter. "Dok? Bagaimana keadaan istri saya?", tanya Jasper. "Dia baik-baik saja kan? Tidak ada masalah serius?", "Jas! Satu-satu!", sergah Mike. Jasper mendelik kesal kearah Mike. Lalu tersenyum kaku kearah dokter. "Maafkan saya dok. Saya sangat panik saat melihat istri saya tiba-tiba pingsan", Sang dokter tersenyum. Ia menepuk bahu Jasper pelan, "Tak masalah Pak. Saya mengerti karena saya juga adalah seorang suami yang sangat mencintai istrinya. Tapi, Pak Jasper dan Pak Mike tidak perlu khawatir. Bu Alicia baik-baik saja. Dan saya ingin memastikan, kalian sudah menikah berapa lama?", Jasper mengernyit bingung, "Hampir enam bulan", jawabnya. Mike seolah mendapat alaram langsung melebarkan matanya, entah kenapa sebuah pertanyaan melintas diotaknya begitu saja, "Apakah Alice hamil dok?", Jasper dan dokter menoleh kearah Mike. Jasper menatap Mike meminta penjelasan dan sang dokter tersenyum. "Selamat Pak Jasper Reid. Janinnya bertumbuh dan berkembang dengan baik. Umurnya sudah memasuki dua bulan", Jasper melebarkan matanya. Bibirnya menganga tak percaya. "Dokter tidak bercandakan?", tanyanya. "Aku tidak salah dengarkan Mike?", tanyanya berganti pada Mike dengan senyum mulai mengembang diwajahnya. "Tidak Pak Jasper. Itu kenyataan, anda berdua sudah boleh masui dan menemui Bu Alice. Tapi, jangan terlalu ribut dan selalu kontrol kondisinya. Minum vitaminnya agar janin tetap sehat. Saya permisi...", Jasper mengangguk, "Terima kasih dok", ujarnya dengan senyum semakin lebar. Setelah dokter beranjak pergi, Jasper dengan cepat merengkuh Mike dan memeluk pria itu. "Mike! Alice hamil", ucapnya setengah nemekik senang. "Ya tahu! Tapi jangan peluk-peluk. Kita udah kaya gay aja!", gerutu Mike sambil mendorong Jasper. "Sampai ponakanku jadi gay sepertimu, aku akan berusaha untuk memisahkanmu dengan Alice, Jas!", ancamnya. Dari jauh, keduanya tak sadar bahwa ada seorang pria yang melihat keduanya dengan raut wajah bahagia. Ia tahu kenapa mereka sangat bahagia. Ia mendengar perkataan dokter bahwa Alice hamil. Hamil mengandung bayi yang akan menjadi keturunan keluarga Reid. Entah harus merasa senang atau tidak. Pria itu seaakan hilang arah. Alice sudah benar-benar seutuhnya milik Jasper. Dia tak bisa menampik kenyataan itu. Padahal, ia hanya berniat meminta maaf pada Alice. Tapi, setelah melihat wanita itu tadi untuk pertama kalinya setelah lama. Ia mulai punya keyakinan bisa memiliki wanita itu. Nyatanya sekarang? Kesempatan itu hilang lagi tepat di hadapan matanya. Apa yang bisa ia perbuat sekarang?  Mengalah? Mungkin itu jalan keluarnya. Dengan langkah gontai. Ia mencoba mendekat kearah pintu ruangan dimana Alice dirawat setelah Jasper dan Mike masuk. Ia mecoba mengintip lewat kaca kecil yang berbentuk persegi panjang kebawah yang berada di pintu. Melihat wanitanya tersenyum dan meneteskan air mata bahagia di dalam pelukan Jasper. Benar kata Mike. Karma memang ada. Dan bodohnya dulu ia tak percaya dan melancarkan seluruh akal liciknya. Kini, hatinya terasa disayat berulang kali. Bahkan seperti dipukul palu besar bertubi-tubi. Ini aneh, apakah dia benar-benar jatuh cinta pada Alicia Lengowaski? Jatuh ke dasar cinta yang paling dalam hingga hatinya sangat sakit sekarang. Terima atau tidak, dia harus berusaha menjauhi Alice. Melupakan perasaannya dan seluruh kenangan. Memang dirinya adalah orang bereputasi kejam dan licik. Tapi, sifat itu menghilang bersamaan dengan dirinya kehilangan Alice mulai saat ini. Dan ia berjanji, tidak akan mengganggu wanita itu lagi atau berusaha merebut Alice. Ia akan mengalah dan pergi... ••• Alice membuka matanya perlahan. Hal pertama yang dilihatnya adalah lamgit kamar berwarna putih. Indra penciumannya sangat jelas menghirup aroma alkohol dan obat-obatan. Jelas sudah, ia berada di rumah sakit. "Bu Alice, bagaimana perasaan anda?", Alice mengangguk pelan, "Baik dok. Tapi, kepala saya masih sedikit pusing", jawabnya. "Itu normal Bu Alice. Anda baru sadar dari pingsan karena shock", Alice memejamkan matanya sambil mengusap keningnya. I mencoba mengingat apa yang terjadi terakhir. Kilatan-kilatan kejadian dirinya, Jasper dan Mike sedang makan siang bersama di restaurant. Ia berpamitan untuk pergi ke toilet dan.... Lucas Graves! Pria itu ada disana. Ia ingat. Pria itu berdiri tepat dihadapannya. Mata abu gelapnya menatapnya seperti masih menginginkannya. Seperti dulu... Sambil menghembuskan napas beratnya. Alice membuka matanya berusaha menghilangkan bayangan wajah Lucas dari kepalanya. Ia tak boleh memikirkan pria itu lagi semenjak ia berjanji akan selalu setia pada Jasper. Hanya Jasper dipikirannya dan hatinya... "Bu Alice, jangan lupa untuk minum vitaminnya agar janin selalu sehat", Alice menoleh cepat ke sumber suara. Apa yang baru dikatakan dokter ini? Janin? Sang dokter terkekeh kecil, "Rupanya anda masih belum mengetahuinya. Saya pikir anda sudah melakukan kontrol sebelumnya", Alice menggeleng, "Saya baru tahu dok. Dan apa maksud dokter saya hamil?", tanyanya senang. Dokter mengangguk, "Ya Bu Alice. Anda sedang mengandung sudah memasuki dua bulan. Selamat ya bu", Alice menghela napasnya lega. Ia benar-benar tak salah dengarkan? Ia mengandung, anaknya dan Jaaper? Sungguh ia sangat bahagia dan terharu hingga air matanya mulai menetes. Dengan gerakan pelan ia menyentuhkan telapaknya di atas perutnya yang masih rata. "Saya akan panggilkan suami anda. Ia tampak sangat khawatir diluar sana",  Ujar dokter sambil tersenyum kearahnya. Alice hanya mengangguk dan menatap kepergian dokter itu keluar dari ruangannya. Inikah alasan kenapa ia sangat manja pada Jasper akhir-akhir ini? Lalu ia jadi sangat emosi pada Mike? Dan hobby barunya? Alice lagi-lagi mengusap perutnya yang masih rata. Ia memejamkan matanya dan merilekskan tubuh mencoba merasakan ada sebuah nyawa yang tumbuh di dalam sana. Beberapa menit kemudian. Pintu kamar terbuka lebar dan Jasper bersama Mike masuk ke dalam. Alice yakin bila Jasper sudah mengetahui kehamilannya dari sang dokter karena ekspresi wajah Jasper menunjukan kebahagiaan. "Kalian berdua membuatku kahwatir saja", ujar Jasper sambil memeluk Alice sambil setengah membungkuk. "Maaf Jas", "Maaf untuk apa?", tanya Jasper sambil melepaskan pelukannya. "Membuatmu khawatir dan... "Dan?", "Dan kau harus mendengar kehamilanku dari dokter. Aku juga baru tahu tadi", Jasper tersenyum, ia mengusap puncak kepala Alice. "Tak masalah. Aku sudah sangat bahagia kau ternyata hamil", sahutnya sambil menarik kursi di samping ranjang Alice. "Selamat buat kalian berdua. Aku selalu berdoa kalian bisa bahagia dan mendapatkan keturunan yang tampan sepertiku bila dia laki-laki", timpal Mike. Alice mengangguk, "Terima kasih, Mike. Aku juga berdoa supaya kau bisa dapat jodoh yang cantik sepertiku", balasnya sambil bercanda. Jasper terkekeh. Ia meraih dan mencium punggun telapa tangan Alice. "Tentu saja kau tidak bisa mencari yang secantik Alice, Mike", sindirnya. "Dia tidak punya kembaran", "Bisa saja aku mendapatkan sepertinya", "Siapa?", tanya Jasper. "Ya Alice", jawab Mike sambil menunjuk kearah Alice. "Kalau kau sudah bosan aku bisa gantikan posisimu", candanya. Jasper mendengus kearah Mike. Ia menempelkan telapak Alice di sisi wajahnya. "Tak akan kubiarkan", balasnya sinis membuat Alice tertawa. Akhir-akhir ini Jasper dan Mike selalu bisa membuatnya tertawa dengan tingkah konyol mereka. Apalagi Jasper, kadang ia bersikap seperti anak kecil. Dan itu sangat menggemaskan. Alice hanya diam menatap keduanya yang masih berdebat kecil. Hingga matanya tak sengaja menangkap sosok seorang pria berdiri di depan pintu kamarnya dengan mata menuju kearahnya. Lucas Graves. Pria itu kini menatapnya. Alice hanya terdiam, ia menatap Lucas balik dengan pandangan, 'Kenapa kau tak masuk?', Dengan sedikit gelengan kepala dan alisnya terangkat sebelah. Lucas masih terdiam menatapnya. Kemudian, pria itu tersenyum getir dan berbalik melangkah pergi meninggalkan. Apa ada masalah? Pikir Alice. Padahal ia ingin meluruskan sesuatu pada pria itu. "Ya kan, Alice?", Alice dengan cepat menoleh kearah Mike. Ia tergagap, "Ah. Ya, iya", jawabnya. Tapi, mata Alice masih tampak memandang kearah pintu dimana Lucas tadi berdiri menatapnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD