CHAPTER 2

1164 Words
"Alice, apa yang kau lakukan?", Alice terlonjak kaget saat mendengar suara Lucas dari arah belakang. Ia perlahan membalikan tubuhnya. "Kau berjalan mengendap-endap?", tanya Lucas lagi. Alice hanya diam. Ia menundukan kepala sambil mengangkat tasnya untuk menutupi wajah. "Luke, pergilah!", Lucas mengerutkan kening, "Kenapa? Dua hari ini kau bersikap aneh", ujarnya sambil melangkah mendekat kearah Alice. "Kau seperti menghindariku", Lucas berhasil menebak apa yang ada dipikiran Alice. Dua hari ini ia merasa bahwa wanita itu menghindarinya tanpa alasan yang jelas. Apa Alice marah karena kejadian di apartement nya? "Apa soal novel itu?", Dibalik tasnya, Alice menghela napas. "Iya", jawabnya pelan. "Baiklah, maafkan aku. Aku lancang membuka-buka barangmu", ujarnya dengan nada sedikit terdengar menyesal. Alice tak percaya dengan apa yang ia dengar. Lucas meminta maaf padanya hanya karena masalah ini? Benar-benar keajaiban dunia. Selama bekerja dengan pria itu, ia tahu Lucas sama sekali bukanlah orang yang gampang meminta maaf dan peduli seperti yang ia pikirkan kemarin. Tapi, hal itu membuatnya selalu berpikir kedepan. Bahkan Lucas selalu bisa memberikan inovasi baru jika sedang dalam rapat. Istilahnya, semua bisa menjadi perfect. "Jauhkan tasmu dari wajah", kata Lucas sambil menarik tas Alice. Tapi, wanita itu masih tetap mempertahankannya. "Aku tidak marah padamu", balas Alice mengelak cepat. "Lalu kau kenapa? Apa hari ini wajahku menyeramkan hingga kau tak mau melihatku? Kemarin kau juga selalu menjauhiku", Menyeramkan?  Lucas sangat jauh dari kata itu. Tinggi tubuhnya hampir mencapai kurang lebih 180 cm. Ditambah postur tegap dan d**a bidang yang membuat siapa saja ingin jatuh kedalam dekapannya. Mata abunya yang selalu menatap tajam sangat mendukung hidung runcingnya. Semua begitu pas di tubuhnya bagaikan pahatan indah tangan Tuhan. Dan bagaimana bisa Lucas yang selalu tampil dengan jas mahal yang disetrika licin bisa berkata bahwa dia menyeramkan kalau disaat marah atau tersenyum sudah menggetarkan hati Alice. Alice menurunkan tasnya hingga sebatas hidung. Ia menatap Lucas takut-takut. "Aku malu bodoh!", Lucas sontak tertawa keras mendengar alasan yang diberikan Alice kepadanya. Wanita itu menghindarinya karena malu? "Kau sekarang menertawaiku", gerutu Alice. Lucas menahan tawanya. "Hmfft-Bagaimana aku tidak tertawa. You're so adorable", "Lucas!", teriak Alice sambil mendorong d**a pria itu pelan. "Oh ayolah Alice. Untuk apa kau malu? Kau baru membaca itu. Bagaimana denganku? Aku sudah melakukan dan merasakannya", sahut Lucas sambil masih tertawa. "Tentu malu! Apalagi kau pria, itu hal wajar", gerutunya. "So what?" Alice mencebikan bibirnya. "Kau tahu aku hampir terkena serangan jantung! Apalagi saat kau membuka kancingmu! Pikiranku jadi gila", pekiknya membuat Lucas semakin tertawa kencang. "Jadi kau membayangkan bahwa aku akan menerjangmu?", tanyanya sambil menaikan sebelah alis. Alice terdiam menatap Lucas.  Entah perasaan aneh bergemuruh di dadanya sekarang. Antara marah karena Lucas menggodanya dan bingung harus menjawab apa. Dan jujur saja, malam itu Alice sampai tak bisa tidur memikirkannya. Ia menggelengkan kepalanya cepat berusaha untuk menghilangkan pikiran aneh itu. "Sudahlah, jangan menggodaiku. Kembalilah kedalam ruanganmu sendiri", gerutunya. "Kau mengusirku?", tanya Lucas sambil masih tertawa. Alice memutar matanya. Lalu ia beranjak pergi membuat Lucas terkejut. "Eh kau mau kemana?", tanyanya lagi. "Going to somewhere place that you're not there!", jawab Alice setengah berteriak. ••• Lucas masih setia mengamati Alice yang sedang mengetik sesuatu di laptopnya. Dirinya sendiri tidak tahu kapan kebiasaan mengamati wanita itu muncul. Hanya dengan memperhatikan Alice dan berekspetasi sudah cukup membuatnya tegang dan keras. Apalagi saat ini, leher putih Alice terpampang jelas karena pakaian yang dikenakan wanita itu berpotongan rendah di bagian depan. "Alice, lepaskan ikatanmu", Alice mendongak. Ia menatap Lucas bingung. Dirinya juga bingung sendiri. Kenapa pertanyaan itu tiba-tiba terlontar begitu saja. "Kenapa?", Lucas menggaruk tengkuknya. "Aku kurang suka melihatmu menggelung rambut keatas", "Kasih aku alasan yang lebih jelas. Lalu aku akan melepaskan ikatan rambutku", Rupanya wanita itu menantang dirinya. Pikir Lucas. "Kau tahu aku pria dewasa bukan?", Alice mendengus, "Apa hubungannya dengan rambutku?", "Akhir-akhir ini aku belum melampiaskan hasratku pada wanita manapun", Alice semakin bingung. "Luke, aku tak bertanya soal itu", Lucas menggeram pelan. Ia bangkit dari kursinya dan melangkah kearah meja kerja Alice. "Kau sangat polos atau bodoh?", tanyanya saat sudah disamping kursi wanita itu. Alice berdiri. Ia menarik ikatan rambutnya dan menghadap kearah Lucas. "Kau puas?", tanyanya. "Aku bingung padamu. Kau tadi pagi masih menjahiliku hingga aku marah. Sekarang kau berganti marah hanya karena tak suka melihat rambutku?", Lucas terdiam.  Ia sendiri merasa ini bukan dirinya. "Kenapa kau diam?", tanya Alice. Lucas masih tak menjawab. Matanya kini malah meneliti setiap sudut wajah Alice. Mata hijau pucat itu kini menatapnya dengan bulu mata lentik keatas. Hidungnya mungil dan mancung, pipinya sedikit cekung. Bibir yang melengkung sempurna diatas dagu yang runcing membuat Lucas ingin sekali menyicipinya sejak lama. "Luke?", Alice memanggilnya. "Aku tak tahan lagi!", Belum sempat Alice mencerna apa maksud Lucas. Kepalanya langsung ditarik dan bibirnya dibungkam dengan sesuatu yang lembut dan hangat. Lucas menciumnya! ••• "Kemana saja kau akhir-akhir ini?", tanya Mike Sterling yang merupakan rekan bisnis Lucas Graves. Lucas menoleh pada Mike dan menaikkan sebelah alisnya. "Aku tak kemana-mana. Hanya sibuk bekerja", Mike tertawa, "Benarkah? Aku mendengar dari mantan sekretaris seksimu itu kalau dia digantikan oleh wanita cantik", "Kau meniduri mantan sekretarisku?", "Oh ayolah Lucas. Dia sangat menggairahkan. Apalagi gerakan pinggulnya saat berada di atasku",ujar Mike sambil membayangkan wanita yang mereka bicarakan. "Dia sama sekali tidak menggairahkan. Payudaranya pasti telah di operasi", jawab Lucas acuh sambil meneguk cocktailnya. "Tak masalah. Tapi, aku cukup puas dengan permainannya", Lucas mendengus, "Terserahmu saja", "Oh! Ngomong-ngomong siapa wanita itu?", "Siapa?", tanya Lucas. Mike memutar kursi barnya menghadap kearah Lucas. "Tentu saja sekretaris barumu. Apa benar dia putrinya Sam Lengowaski?", Lucas mengangguk, "Ya memamg. Dan rupanya sekarang kau berganti profesi menjadi seorang wartawan", balasnya menyindir. Mike menepuk bahu Lucas. "Bukan begitu, hanya saja aku dulu mengejarnya. Dia sangat susah didapatkan", Lucas mengerutkan keningnya, "Kau mengenalnya berapa lama?", Mike mencoba berpikir, "Saat kuliah. Kami satu kampus", Lucas berdehem pelan. Timbul rasa penasaran dalam dirinya. Mungkin ia bisa bertanya-tanya tentang Alice pada Mike. "Boleh aku bertanya lagi?", Mike menoleh cepat. "Tentang Alice?", "Ya. Siapa lagi", jawab Lucas. Mike tersenyum, ia menggelengkan kepalanya. "Kau juga tertarik dengannya? Keajaiban dunia sekali seorang Lucas Graves berniat mendekati wanita", "Aku tidak berniat mendekatinya", "Terserahmu saja", ujar Mike. Tapi, dalam hati ia tahu bila Lucas memang ada ketertarikan pada Alice. Yang dirinya tahu, Lucas sangat tertutup dengan hal yang bersangkutan dengan cinta. Maka itu ia lebih memilih melakukan seks dengan wanita yang bisa dibayar agar tidak terikat hubungan apapun. Tapi, malam ini. Bagaikan kuda beranak kupu-kupu bagi Mike. Lucas menanyakan informasi darinya tentang Alice. Dengan senang hati Mike akan memberitahukan jika memang Lucas bisa serius. "Jadi ceritakan padaku", "Tunggu! Ada syaratnya", Lucas memutar matanya kesal. Ia mendesah pelan, "Kau memang pembisnis. Selalu ingin untung", ejeknya. Mike terkekeh. "Tentu. Lagi pula, kau tidak akan langsung jatuh bangkrut dan miskin hingga kelaparan bila memenuhi syaratku", "Kau berlebihan. Apa yang kau kau?", Mike tersenyum misterius kearah Lucas. Lalu ia mengeluarkan ponsel dari saku celana jeans hitamnya. Mike tampak mencari-cari sebuah gambar dari gallery. Dan setelah berhasil menemukan gambar yang ia mau. Mike segera menyodorkan ponselnya kearah Lucas. "Barang datang. Kau akan menerima segala informasi yang kau inginkan tentang Alice Lengowaski", ujarnya sambil tersenyum miring.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD