Sebuah lamborghini berwarna emas berhenti di basement gedung Graves Enterprise malam itu.
Seorang pria keluar dari dalam mobil dengan senyum yang dapat membuat wanita manapun yang melihat akan luluh.
Ditangannya terdapat sebuah map kertas berwarna cokelat.
"Aku sudah memberi apa yang kau minta. Keluaran terbaru dan berwarna emas", kata Lucas sambil bersandar pada mobilnya yang terparkir tak jauh dari mobil berwarna emas itu.
Mike mengangguk, ia menyodorkan map tersebut kearah Lucas. "Sesuai perjanjian. Kau boleh bertanya apapun informasi tentang Alice dariku
Dan aku sudah mencari tahu sedetail mungkin",
"Lalu map ini berisi apa?", tanya Lucas sembari mengangkat map di tangannya.
Mike menyilangkan tangannya di d**a. "Bukalah", ujarnya.
Lucas menyobek ujung map dengan cepat, lalu ia mengeluarkan beberapa kertas di dalam dan juga undangan.
"Undangan apa ini? Dan bukankah ini Jasper?", tanyanya saat melihat foto yang ada di dalam kertas.
"Ya, dia Jasper Reid. Putra tunggal keluarga Reid yang merupakan salah satu pesaing beratmu",
"Aku tahu, maksudku kenapa kau memberiku ini?", tanya Lucas bingung.
Mike menunjuk foto didalam kertas itu, "Dia mantan Alice. Dan besok, ia akan mengadakan pesta besar",
Lucas meletakan kertas-kertas itu diatas kap mobilnya. "Untuk apa aku kesana?",
"Datanglah kesana bersama Alice. Dan kau akan mendapatkan apa yang kau mau sekaligus you will be the King of Real Estates in New York City", ujar Mike sambil tersenyum penuh arti kearah Lucas.
•••
Alice turun dari mobil sedan hitam yang dikirimkan Lucas untuknya.
Ia berjalan dari lobby memasuki ballroom acara yang sudah disulap menjadi tempat yang indah sambil mencari keberadaan Lucas.
Ia masih tak mengerti kenapa pria itu memintanya untuk datang menemuinya di acara private party seperti ini.
Apalagi Alice merasa minder melihat banyak tamu undangan dari pembisnis kalangan atas menatapnya.
"Alice!",
Alice menoleh ke samping kanan dimana suara itu berasal.
Saat tahu siapa yang memanggilnya, ia tertegun. "Jasper?", lirihnya.
Pria bernama Jasper itu menghampirinya dengan senyuman mengembang dan langsung memeluknya erat. "long time no see... My baby ice",
Alice segera mendorong Jasper menjauh. "Jas, stop calling me like that. I'm not your Baby Ice anymore",
Jasper terkekeh pelan. "Oke, kalau begitu maafkan aku kalau terbiasa memanggilmu seperti itu", ujarnya. "Dan kenapa kau bisa berada di pestaku?", tanyanya.
"Pestamu?",
Jasper mengangkat bahunya seolah ia menjawab ya.
Alice mendesah pelan, kenapa Lucas tak memberitahu bahwa mereka akan mendatangi acara Jasper?
Tapi, jika dipikir. Apakah Lucas tahu bahwa Jasper adalah mantannya?
"Aku kemari bersama Luke",
"Luke?", tanya Jasper sambil menautkan kedua alisnya.
Alice mengedipkan matanya perlahan, "Maksudku Lucas Graves, kau mengenalnya?",
Raut wajah Jasper dengan cepat berubah seiring mendengar nama Lucas. Ia mengepalkan tangannya kuat dan menarik Alice menjauhi kerumunan.
"Jas! Kenapa kau menarikku? Lepaskan!", seru Alice sambil berusaha melepaskan tarikan tangan Jasper.
Jasper baru melepaskan cekalan tangannya saat mereka sampai di sebuah lorong yang tidak banyak di lalui banyak orang. "Kau berkencan dengan Lucas Graves?",
"Ti-",
"Ya! Dia berkencan denganku. Sekarang lepaskan tanganmu darinya!", suara Lucas memotong perkataan Alice.
"Oke aku lepaskan", ujar Jasper sambil melepaskan cekalannya perlahan dari Alice.
Lucas mendekat dan menarik tubuh mungil Alice kepelukannya. "Kau tak apa?", tanyanya.
Alice mengangguk, "Can we just get out from here?",
Lucas mengangguk, ia menatap tajam kearah Jasper Reid dan segera membawa Alice ke dalam ballroom. Sedangkan Jasper? Ia hanya menghela napasnya melihat kepergian mereka berdua.
"Luke?", panggil Alice pelan.
Lucas berhenti melangkah. "Dia tidak bertindak kasar atau yang aneh-aneh kepadamu kan?", tanyanya sambil memutar tubuhnya menghadap pada Alice.
Alice menggeleng, "Dia tidak mungkin melakukan itu padaku",
"Lalu?",
"Dia mantanku",
"Kenapa kau memberitahukan itu padaku?", tanya Lucas.
Alice mengangkat bahunya, "Entalah, aku merasa kau perlu tahu",
Lucas tersenyum simpul. Ia mengecup singkat kening Alice. Lalu ia menggandeng wanita itu ke kerumunan karena acara segera dimulai.
•••
"Para hadirin sekalian. Silahkan membawa pasangan kalian masing-masing memasuki area dance floor",
Alice menoleh cepat kearah Lucas yang dengan santai meminum anggur merahnya saat mendengar perkataan MC. "Kita tidak harus ikut kan?",
Lucas terkekeh, "Tentu kita harus ikut", ujarnya sambil bangkit berdiri. Ia mengulurkan tangan kearah Alice.
"Maukah kau berdansa denganku",
Alice tertawa, "Aku tidak bisa berdansa",
Lucas tersenyum. Ia menarik Alice agar bangkit. "Aku akan mengajarkan caranya padamu, Alice",
Alice menatap Lucas dengan pandangan yang tidak bisa diartikan. Dibibirnya terukir sebuah senyuman yang terlihat bahagia.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?", tanya Lucas.
Alice menggeleng perlahan, "Tak apa, hanya saja aku senang. Ini pertama kalinya kau memanggil namaku",
"Benarkah?", tanya Lucas. Ia terkekeh, "Kalau aku memanggilmu, Baby?",
Alice menggeleng lagi, "Aku bukan bayi",
"But you're my baby girl", kata Lucas sambil menatap mata hijau Alice.
Blush!!!
Lucas sukses membuat pipi Alice merah merona.
"Lihatlah, kau sangat menggemaskan jika sedang blush seperti ini", ujar Lucas dengan senyuman manis sambil mengusap pipi Alice perlahan.
"Ayo kita ke lantai dansa", ajaknya.
Lucas benar-benar berbahaya baginya. Ia bisa sering terkena serangam jantung mendadak.
Pria yang awalnya ia benci karena sikap memaksa dan diktator, kini menjadi sosok yang lembut dan perhatian.
Apalagi sejak Lucas menciumnya di kantor.
Alice menjadi tak bisa menolak pesona kuat dari Lucas.
Alice sendiri kadang tak bisa tidur memikirkan Lucas. Apalagi bagaimana cara pria itu menatapnya.
Ia bukan cenayang, tapi, Alice yakin pandangan Lucas padanya seolah ada sesuatu yang dinginkannya.
Dan untuk dirinya sendiri? Alice juga menginginkan pria itu.
Menginginkan pria itu menciumnya seolah dirinya sangat penting.
Menginginkan Lucas menyentuh setiap inci lekukan tubuhnya.
Menginginkam Lucas memasukinya.
Damn! Memikirkan itu semua membuat celana dalamnya terasa basah.
"Apa yang kau pikirkan?",
Pertanyaan Lucas sukses membuat Alice terkejut.
Apa dia baru saja membayangkan hal-hal vulgar bersama Lucas?
B
ahkan dirinya tak sadar bila mereka sudah berada di lantai dansa.
"Tak ada. Aku tak memikirkan apapun", jawabnya cepat.
Lucas tersenyum, "Kau menjawab seolah takut ketahuan",
Alice meringis, "Maaf. Aku tadi melamun tentang orang tuaku",elaknya.
"Tak apa",
Lucas mengangguk mengerti.
Alunan musik This i promise you mulai terdengar.
Para pasangan sudah bersiap di posisinya masing-masing.
"Luke, aku benar-benar tidak pernah berdansa",
"Hampir sama dengan acara prom night saat SMA", kata Lucas.
Alice menggeleng, "Aku tidak pernah mengikuti acara prom night",
Lucas terkekeh kecil.
"Aku akan mengajarkan caranya kepadamu",
Kemudian ia meraih kedua tangan Alice dan ditaruhnya di atas kedua bahunya.
"Jangan lepaskan tanganmu dari bahuku", perintah Lucas.
Selanjutnya, Lucas menarik pinggang ramping Alice perlahan kearahnya.
Alice merasakan jantungnya berdebar dua kali lebih cepat.
Ditambah deru napas Lucas menerpa wajahnya perlahan.
"Kau hanya perlu menggerakan pinggangmu perlahan sesuai alunan dan ritme musik", ujarnya lagi dengan suara pelan.
"Luke, aku takut salah", cicit Alice pelan sambil menatap Lucas.
Lucas mengangkat sudut bibirnya, "Tak masalah. Pasti nanti kau akan terbawa suasana",
Lucas perlahan mulai menuntun pinggang Alice agar bergoyang perlahan.
Selama musik berjalan, Alice hanya terdiam berusaha mengikuti gerakan yang dituntun Lucas padanya.
Lucas menunduk dan menatap wajah Alice.
Lucas tahu ada sesuatu yang mengganjal dipikiran wanita itu. "Kau terlihat tak nyaman",
"Hanya saja banyak orang lebih tepatnya para wanita sedari tadi menatapku",
Lucas tersenyum, "Mereka melihatmu karena kau sangat cantik malam ini",
Alice mendesah, "Mereka lebih cantik, Luke. Aku menjadi iri pada mereka", balasnya pelan sambil menunduk.
Lucas menarik napasnya, ia menyentuh dagu Alice dan diangkatnya. "Dengar Alice, aku menyukaimu karena kau berbeda dari mereka",
Deg!
Lucas menyukaiku?
"Aku tahu kau pasti terkejut. Tapi, aku berkata apa adanya", lirih Lucas.
Lucas menatap lekat-lekat wajah Alice. Ia mendekatkan wajahnya perlahan dan mencium Alice perlahan.
Alice lagi-lagi tak bisa menolak.
Ia hanya diam tak membalas hingga Lucas semakin memperdalam ciumannya.
"Jika kau juga menyukaiku. Balaslah",desis Lucas disela-sela ia mencium Alice.
Alice hanya mengangguk, ia membuka sedikit bibirnya membiarkan Lucas semakin memperdalam ciuman mereka dengan lumatan-lumatan penuh gairah.
Alice pun yang mulai terbuai dengan permainan lidah Lucas hanya bisa menarik kepala Lucas dan menjambak rambut pria itu perlahan.
Mereka berdua tak berniat melepaskan pagutan mereka hingga sebuah deheman kecil membuat Lucas melepaskan ciumannya.
"Maaf mengganggu kalian. Boleh aku berbicara dengannya?",
Lucas geram, ia menatap dingin pria dihadapannya. "Kau jangan mendekatinya!",
Alice menarik Lucas dan menepuk-nepuk d**a pria itu agar tidak emosi.
Ia menoleh ke pria itu, "Apa yang mau dibicarakan lagi, Jas? Jika ini masa lalu. Maaf, aku tidak mau",
Jasper menggeleng kuat, "Ini bukan masa lalu kita. Bolehkah kita berbincang di taman?", tanyanya dengan pandangan penuh harap.
Alice mendesah pelan, ia menatap Lucas yang tampak tak setuju dengan apa yang diminta oleh Jasper.
Tapi, dalam lubuk hati Alice.
Ia penasaran kenapa Jasper terlihat tak suka pada Lucas. Begitupun sebaliknya.
"Luke, i think I'm fine",
Lucas menghela napasnya, ia mencium Alice lagi untuk membujuk wanita itu agar tidak mengikuti permintaan Jasper.
Tapi, ia tidak boleh egois.
Ia perlahan melepaskan diri,
"Aku akan menunggumu di meja bar. Cepatlah kembali",
•••
Alice menatap pria dihadapannya yang tampak kesal.
"Kau tadi bilang mau berbicara padaku",
Jasper bangkit dari bangku dan melangkah kearah pagar pembatas taman. "Apakah kalian benar-benar sudah menjadi sepasang kekasih?",
Alice menggeleng, "Belum, tapi aku menyukainya. Begitupun sebaliknya",
"Sudah berapa lama kalian saling kenal?",
"Jas, kenapa ini sangat penting bagimu?", tanya Alice.
Jasper memutar tubuhnya dan menatap Alice. Ia mendengus, "Bisakah kau hanya menjawab semua pertanyaan yang aku beri?",
Alice mencebikan bibirnya, "Kami baru kenal kurang lebih enam bulan ini",
"Kau tahu Alice. Aku berusaha mendekatimu kurang lebih dua tahun baru kau luluh",
Alice mengangkat alisnya. Ia menghela napasnya cepat, "Oh Really?", katanya sambil tersenyum mengejek. "Kau mau membahas masa lalu?",
Jasper menggeleng, "Nope. Aku hanya mau membahas masalah Lucas Graves", ujarnya tegas. "Kau baru mengenalnya enam bulan. Apa kau tahu sifatnya?",
"Jas, ini masalah hati. Bahkan kau sendiri meninggalkanku dengan alasan kau sudah tak mencintaiku setelah hampir tiga tahun berpacaran?", tuduh Alice mulai kesal.
Jasper mengusap wajahnya kasar. Ia melangkah mendekat kearah Alice dan meraih tangan wanita itu.
Tapi, Alice segera menepis tangan Jasper. "Aku tidak tahu harus beralasan apa lagi padamu. Ayahku memintaku untuk bertunangan dengan wanita lain",
Alice mendengus, ia mendorong Jasper agar sedikit menjauh darinya, "Lalu kau memilih wanita itu daripada aku. Sekarang aku bertanya, kemana wanita itu? Menghilang bukan?", ujarnya menggebu-gebu. "Let's stopped this conversation", lanjutnya lagi.
Jasper mulai frustasi. Ia tidak ingin bertengkar dengan Alice.
Ia sungguh mencintai wanita itu.
Ia tak mau sampai terjadi sesuatu kedepannya.
"Aku memang salah! Aku akui itu, Alice. Tapi, bisakah kau mendengarkanku kali ini. Lucas tidak pantas bersamamu!", ucapnya berusaha meyakinkan Alice.
"Lalu siapa yang pantas?",tanya Alice.
Jasper terdiam.
"Kau tak bisa menjawab bukan? Kalau begitu jangan pernah menggangguku lagi", pinta Alice.
Ia melangkah meninggalkan Jasper.
Tapi, baru beberapa langkah. Ia menoleh kearah Jasper lagi, " Aku menyesal tidak mendengarkan Lucas
Jika aku tidak perlu menemuimu karena ku pikir. Kita bisa memulai untuk berteman",
Setelah itu, Alice kembali masuk kedalam ballroom meninggalkan Jasper untuk kedua kalinya dalam satu hari tanpa mau mendengarkan penjelasan lebih darinya.
"Jika kau tidak mau mendengarku tak apa. Tapi, aku selalu siap berada dibelakangmu jika Lucas menyakitimu",