"Jadi kau bisa memasak rupanya"
Alice melempar pandangan kesal ke Lucas. "Luke, kau bertanya atau mengejekku?", ujarnya.
Lucas mengangkat bahunya, "Entahlah. Mungkin keduanya. Apalagi mengingat kau putri dari Sam Lengowaski",
Alice terkekeh kecil. "Bukan berarti aku tidak bisa memasak", katanya sambil mencuci piring. "Dan bagaimana denganmu? Apa kau bisa memasak?",
"Tidak", jawab Lucas. "Tapi aku pernah mencobanya saat berumur empat belas tahun",
"Apakah berhasil?",
"Tidak", jawabnya sambil menertawakan diri sendiri. "Aku hampir membakar seluruh dapur",
Alice hanya menggelengkan kepala dengan senyuman tak surut dari wajahnya.
Ternyata Lucas benar-benar mengejutkan. Pria itu mampu membawanya terlarut kedalam sebuah pembicaraan yang menyenangkan dibalik sifat dinginnya.
Semalam, setelah mendatangi private party Jasper.
Lucas semakin tak ingin Alice jauh darinya.
Untuk itu ia meminta Alice agar menginap dirumahnya.
Dan pagi ini, Lucas sengaja membatalkan seluruh jadwalnya agar bisa menikmati waktu bersama wanita yang sedang ia pandangi.
"Alice?",
"Hmm?", jawabnya sambil menoleh kearah Lucas yang berdiri di sisinya.
Lucas malah tersenyum membuat Alice mengerutkan keningnya.
"Tak apa. Aku hanya ingin memanggilmu saja", ujarnya pelan membuat Alice sontak tertawa dan melanjutkan pekerjaannya.
Lucas sangat suka memperhatikan Alice.
Lucas menyukai cara Alice tersenyum. Menyukai bagaimana cara wanita itu ketika berjalan dengan pinggul berayun pelan. Bokongnya kencang dan bulat terpampang jelas saat Alice meletakan piring bersih di lemari.
Apalagi Alice hanya mengenakan kaus kebesaran milik Lucas yang semakin meninggi ketika Alice membungkuk.
Lucas merasakan pahanya menegang melihat pemandangan itu.
Padahal, semalam ia berhasil menahan hasrat melihat anggunnya Alice dengan balutan dress berwarma rose gold yang menonjolkan belahan dadan dan juga mengekspos punggung mulusnya yang membuat Lucas ingin sekali menerjang wanita itu di ranjangnya.
"Biar aku saja yang meletakan piring itu", Lucas menegakkan tubuhnya setelah bersandar pada meja pantry.
Ia segera mengambil alih piring yang berada di tangan Alice dengan maksud menghentikan pemandangan yang menyiksanya.
"Tak perlu. Biar aku saja",
Alice menggeleng, ia kembali mengambil piring itu dari tangan Lucas dan dengan cepat ia letakan di lemari.
Lucas mendesah pelan. Ia merengkuh Alice kedalam pelukannya. Alice membelalak kaget. "Luke?", cicitnya.
"Kau membuat hasratku memuncak", ujarnya serak. Ia menunduk dan melumat bibir Alice.
Inilah yang diinginkannya lagi sejak semalam sepulang acara.
Alice tak mampu menyangkal. Ia juga sangat menginginkan Lucas melakukan ini kepadanya.
Rasa hangat yang menjalar disekujur tubuhnya membuat perut Alice seperti diterbangi banyak kupu-kupu.
Lucas menekan tubuh Alice agar semakin merapat tubuhnya yang mulai berdenyut.
Ciuman itu semakin dalam dan panjang saat Alice mulai membalasnya.
Lengan Alice berpindah ke bahu Lucas dan menggaet rambut hitam lebat Lucas kedalam genggamannya membuat mereka semakin terhanyut.
Napas mereka mulai memanas dan berat seiring Lucas mengangkat kedua paha Alice dan diletakannya diatas meja pantry.
Alice semakin tak kuasa menahan sentuhan tangan Lucas yang mulai menjelajahi tubuhnya dan bibir Lucas mulai menyusuri perlahan lehernya.
Menjilat, menyesap, dan mengigit kecil kulit putih Alice.
Payudara Alice semakin sensitif, pahanya berdenyut dan mulai terasa lembap.
Ia juga tak melawan saat Lucas mengangkat kaus putih yang menutupi tubuhnya hingga melewati kepala, ditambah tatapan Lucas yang menelanjangi kedua payudaranya.
"Kau indah", bisik Lucas sambil menguraikan rambut cokelat Alice.
Ia kemudian menangkupkan tangannya diatas kedua p******a Alice dan mulai meremas serta mengusap puncak p******a itu dengan ibu jarinya.
Lucas menatap Alice yang mendongak keatas dengan bibir terbuka dan memejamkan matanya sambil mengerang pelan membuatnya kembali mengusapkan ibu jarinya.
Alice semakin bergetar. Ia mengalungkan kedua tangannya di leher Lucas dengan maksud meminta lebih. Dan Lucaspun memberinya. Ia menciumnya sekali lagi sambil memilin kecil puncak p******a Alice yang semakin sensitif.
Kenikmatan itu membuat Alice semakin merasakan napasnya memberat. Tubuhnya menginginkan lebih dari pada itu.
Ia menginginkan diri Lucas. Seluruhnya....
Ia menarik cepat tubuh Lucas, kemudian ia membuka kaus pria itu dna membuangnya ke lantai.
Alice mencoba mengikuti instingnya. Ia menyentuh tubuh polos Lucas yang begitu menggairahkan baginya dan turun perlahan hingga berhenti di celana kain pria itu.
Alice perlahan turun dari atas meja pantry seraya melepaskan celena kain abu yang tersisa di diri Lucas.
Ia mulai menggerayangi dan menjelajahi seluruh tubuh Linus sambil mencium pria itu lagi.
Lucas sungguh menikmati setiap sentuhan yang diberikan Alice.
Ia tak menyangka bahwa percintaannya kali ini akan menimbulkan sensasi baru saat dirimya bukan menjadi sang pengendali.
Pahanya kembali berdenyut saat tangan Alice mulai menyentuhkam jemarinya di pinggang Lucas.
Dirinya sudah tak tahan! Lucas mencekal tangan Alice dan segera mendorong wanita itu keatas meja makan. Pandangannya yang mulai menggelap ditutupi oleh kabut gairah membuatnya semakin bergetar.
Ia segera merobek celana dalam hitam berenda milik Alice yang tersisa dan menyentuhkan tangannya disana. Mengusap lembut kenikmatan itu membuat Alice semakin dihantarkan keatas langit.
Alice semakin bergetar dibuatnya.
Ia juga tak mau kalah dan menyentuh kepemilikan Lucas. Tangannya mengencang ketika telapaknya merasakan denyutan hangat itu membuat napas Lucas tersenggal.
Lucas juga memejamkan matanya dan mulai mencengkram kuat ujung meja makan kayu itu sebagai tanda ia menikmati permainan Alice.
"Aku ingin menyatu denganmu", serak Lucas.
Alice duduk diatas meja itu. Ia menyentuh bibir Lucas dan dilumatnya. "Belum saatnya",bisiknya sensual di telinga Lucas.
Ia kemudian menarik kepala Lucas dan membenamkannya dibelahan dadanya.
Lucas mengerti maksud Alice. Dengan cepat ia menguasai puncak p******a Alice, mengulum, menjilat, dan menyesap ujungnya dengan penuh hasrat.
Puncak kenikmatan mulai di dapatkan Alice. Kenikmatan itu semakin bergelora saat Lucas menyatukan tubuh mereka.
Detik demi detik perih ia lewati saat
Lucas berhasil menembus lapisan itu dan hilang berganti kenikmatan.
"Alice?",
"Jangan sekarang, Lucas", ujarnya dengan mata terpejam.
"Kau-",
"Tuntaskan dengan apa yang kau mulai", Alice tak ingin membicarakan hal itu saat ini. Ia menarik Lucas dan mencium pria itu dengan lumatan-lumatan kasar.
Dan semua yang ada di pikiran Lucas hilang dalam sekejap. Hanya hentakan-hentakan Lucas yang memperdalam persatuan mereka dengan irama yang cepat.
Alice tak pernah membayangkan Lucas sangat seindah dan sehebat itu hingga mampu menghantarkan mereka kepuncak kenikmatan akhir.
Hanya desah napas tak beraturan yang terdengar dari bibir mereka.
Dan Alice merasa sangat bahagia. Tapi, ia harus menyiapkan banyak jawaban untuk Lucas.
"Alice, jawab pertanyaanku?", tanya Lucas marah menyembur Alice setelah mereka turun dari atas meja makan dan berpakaian.
Sungguh Lucas tidak akan pernah mau makan di atas meja makan itu. Ia pasti akan selalu mengingat kejadian ini.
Alice mengigit bibir bawahnya, "Apa itu penting bagimu, Luke?",
Lucas mengusap wajahnya kasar. "Sangat! Aku orang pertama yang berhubungan denganmu", ujarnya.
Ia tak menyangka hal itu. Dari sekian banyak wanita yang pernah berhubungan dnegannya. Hanya Alice yang membuatnya ingin mendapatkan serangan jantung.
"Memangnya kenapa jika kau orang pertama bagiku?", tanya Alice dengan nada tenang.
"Aku pikir- Maksudku kau sudah pernah melakukan ini dengan Jasper",
"Bukankah seharusnya kau senang jika kau yang pertama?", Alice balik bertanya. "Kau juga yang mulai membuatku menginginkan lebih",
"Alice, kau tak mengerti", ujar Lucas dengan penekanan.
"Tak mengerti apa, Luke? Kau bilang kau menyukaiku bukan?",
Lucas menarik napasnya panjang, "Tapi bukan berarti aku mencintaimu",
Alice terkejut mendengar perkataan Lucas. Ternyata pria itu tak mencintainya. Tapi, dirinya juga salah. Ia terlalu terbawa perasaan bersama Lucas selama ini.
Lucas juga tak pernah mengatakan cinta kepadanya.
Lucas mengatupkan bibirnya rapat. Rahangnya mengeras. "Kau tahu, Alice. Semua akan mudah jika kau sudah pernah melakukan hubungan dengan Jasper",
"Apa maksudmu?", tanya Alice tak sabaran sambil tetap berusaha tenang.
Lucas bergeming. Ia membalikan tubuhnya dan melangkah keluar dari dapur.
Alice berusaha mengejar Lucas dengan keadaan bagian kewanitaannya dan juga kaki masih terasa kram mencoba memanggilnya. "Lucas!",
"Katakan apa maksudmu!", seru Alice.
Lucas menghentikan langkahnya di ruang tamu. Ia menatap marah kearah Alice yang terlihat menahan perih. Tapi, ia masih menginginkan wanita itu.
"Apa lagi yang mau kau dengar?",tanya Lucas ketus.
Alice menyipitkan matanya, "Aku minta penjelasan darimu kenapa kau marah padaku hanya karena masalah kecil ini.
Kedua, apa maksudmu dengan 'Semua lebih mudah bila aku pernah berhubungan dengan Jasper'?",
Lucas mengepalkan tangannya kuat. Ini sungguh di luar rencana dan kendalinya.
Ia pikir setelah mengatakan bahwa ia tak mencintai wanita itu.
Alice akan marah dan pergi.
Nyatanya, wanita itu masih kekeuh meminta penjelasan.
"Kau yakin mau mengetahui ini?",tanya Lucas dengan tatapan dingin.
Alice mengangguk pelan.
Lucas menarik napasnya dalam. Ia maju beberapa langkah kearah Alice. "Kau tahu aku adalah pembisnis. Apalagi banyak yang berkata bahwa reputasiku kejam.
Aku akan melakukan apapun untuk menyingkirkan orang-orang yang menjadi pesaingku. Termasuk orang tuamu dan mantan pacarmu", ujarnya.
Alice melebarkan matanya. Rasanya bagai disambar petir dengan jawaban yang diberikan Lucas padanya.
"Aku sudah memiliki rencana untuk menjatuhkan mereka dengan cara sehat dan bersih. Tapi, itu sama sekali tidak mempan. Dan aku terpaksa melakukan dengan caraku.
Saat mendengar kematian Sam dan Milla, aku senang. Tapi, bodohnya mereka meninggalkan putri yang cantik ini", timpalnya.
"Aku juga berterima kasih padamu. Kau membantuku mendapatkan perusahaan orang tuamu. Meski aku belum mendapatkan milik mantan kekasihmu.
Setidaknya aku bisa menghancurkannya dengan kekuasaan yang aku miliki sekarang",
Ia membelai pelan pipi Alice.
"Luke, kau berbohong padakukan?", tanya Alice dengan suara bergetar. Matanya mulai memerah.
"Untuk apa aku berbohong? Aku sudah cukup membohongimu", ujar Lucas, " Tapi, aku memang menyukaimu",
Alice segera menepis tangan Lucas dari pipinya. Ia merasa sangat jijik sekarang dengan pria dihadapannya ini.
"Kau ternyata pria jahat!",seru Alice marah. Air matanya mulai mengalir deras.
Lucas tertawa kencang. "Oh! Kalau begitu maafkan pria jahat ini. Tapi, ini bukan sepenuhnya salahku", katanya membela diri. "Bukankah Jasper sudah memperingatkanmu tentangku?",
Deg!
Lucas berhasil menjungkir balikan hidupnya untuk kedua kalinya. Dan ia tak menyangka. Selama ini Lucas memanfaatkan dirinya untuk mencapai sebuah kekuasaan dan kejayaan untuk dirinya sendiri.