Lucas mengerutkan keningnya saat ia baru saja memasuki club dimana ia biasanya menghabiskan waktu di akhir pekan tampak sangat gaduh.
Ia mempercepat langkahnya masuk dan menerobos kerumunan orang yang sedang asik melihat dan menyoraki seseorang.
Ia berhenti tepat di paling depan barisan dan terkejut mendapati Mike dihajar oleh seorang pria yang menggunakan kaus hijau.
Hijau... Seperti mata Alice...
"Sialan! Katakan padaku. Dimana Lucas Graves?",
Teriakan itu membuatnya tersadar.
Pria itu mencarinya? Pikir Lucas.
Ia mendekat dan menarik pria itu menjauhi Mike. "Untuk apa kau mencariku?",
Pria itu membalikan tubuhnya membuat Lucas sedikit terkejut. Tapi, ia segera berdehem dan mengubah raut wajahnya. "Oh rupanya putra Reid",
Jasper mendengus. Ia berbalik menarik kerah kemeja Lucas dan segera menonjok pria itu kuat-kuat hingga limbung ke lantai.
"Dasar kau pria b******k! Kalau kau mau menghancurkanku, silahkan saja. Kau mau perusahaanku? Ambil saja. Aku tak peduli!", teriak Jasper marah.
Lucas bangkit tanpa membalas pukulan Jasper. Ia malah terkekeh kecil. "Jadi Alice sudah memberitahumu?", ujarnya dengan nada mengejek.
Jasper mengepalkan tangannya. Ia hendak memukul wajah Lucas lagi. Tapi, Mike yang tadinya terkapar di lantai segera bangkit dan mencekal tangam Jasper sebelum pria itu memukulnl Lucas lagi. "Hentikan! Kau tak hanya menonjokku tanpa sebab. Tapi, juga Lucas", desisnya.
Jasper menarik tangannya kuat-kuat. Ia menunjuk wajah Lucas dan Mike bergantian. Matanya menatap tajam.
"Aku tidak akan memberitahu alasannya karena kalian pasti tahu.Dan ingat! Sampai kalian berdua berani mendekati Alice. Aku akan menggunakan seluruh hartaku untuk menghancurkan kalian!", ujarnya penuh dengan penekanan.
Setelah itu ia menabrak bahu Lucas dan Mike sebelum ia melangkah keluar meninggalkan tempat itu.
"Kau berhasil bukan mendapatkan apa yang kau mau?", tanya Mike yang masih belum mengerti sambil menyentuh bahu Lucas.
Lucas menggeleng, tapi matanya masih menatap tajam kearah Jasper yang menjauh, "Tidak. Aku tidak berhasil mendapatkan perusahaan Jasper",
"Lalu kenapa dia marah sekali? Bahkan menonjokku juga", gerutu Mike.
Lucas bergeming. Ia menatap Mike dengan pandangan yang tak dapat di mengerti.
Yang jelas Mike dapat melihat ada perasaan emosi bercampur bingung di sorotan mata Lucas.
"Jawab pertanyaanku, Lucas!",
"Kau tidak perlu tahu", ucapnya dengan ketus dan pergi meninggalkan Mike yang banyak pertanyaan di kepalanya.
Ada yang disembunyikan Lucas....
Batinnya.
•••
Jasper menatap tajam pria dihadapannya. Ia berusaha mengontrol emosinya. "Kenapa kau kesini? Belum puas aku memukulimu dan Lucas saat di club tempo hari?", desisnya.
Mike menggeleng. Ia menjatuhkan bokongnya dikursi dihadapan Jasper.
"Well... Ini masalah kemarin dan aku mau meluruskan", ujarnya.
"Tidak perlu diluruskan, jangan berbasa-basi lagi. Apa maumu?",
"Aku sengaja mememuimu di kantor karena dirumahmu tak ada orang dan kedatanganku kesini mau menanyakan suatu hal",
"Cepat! Aku tak punya banyak waktu",
Mike mengangguk, "Apa yang sudah Lucas lakukan?", tanyanya.
Jasper mendengus kesal dan menunjuk Mike dengan bolpoin yang ia pegang. "Aku sudah tahu ini akal busukmu untuk menjatuhkanku",
"Tapi, aku yakin ada yang Lucas sembunyikan. Apa ini ada hubungannya dengan Alice? Karena terakhir kali kami membicarakan hal yang menyangkutnya"
Jasper mengangkat sebelah alisnnya tinggi. Ia mendengus, "Jadi kau peduli pada Alice sekarang?", tanyanya. "Ah, aku baru ingat. Kau pernah menyukainya dan berusaha merebutnya dariku bukan?", ujarnya sambil tertawa mengejek.
Mike menarik napsnya, "Itu dulu. Aku memang masih belum bisa menerima hal itu sepenuhnya.
Tapi, aku sadar bahwa hati memang tidak bisa dipaksa.
Dan apa benar semua ini bersangkutan dengan Alice hingga kau marah?",
"Iya memang!", seru Jasper marah,
"Apa dia baik-baik saja?",
"Apa ada, orang yang sudah memberikan hal terpenting bagi hidupnya bisa baik-baik saja?", sindirnya.
"Apa maksudmu?",
Jasper bangkit dari kursinya dan melangkah kearah buffet kecil di ujung ruangan. Ia mengambil foto Alice dan dirinya saat masa-masa kuliah yanh ia letakan di dalam buffet itu.
Ia menghela napasnya, "Lucas berhasil meniduri Alice setelah itu ia memberi hadiah dengan kejujurannya bahwa selama ini Alice hanya dijadikan alat untuk balas dendam",
Mike terkejut mendengar penuturan Jasper.
Jadi, Lucas memanfaatkan Alice untuk menjatuhkan Jasper?
Sungguh demi Tuhan.
Maksud perkataannya waktu di basement itu dengan maksud menyuruh Lucas agar bisa mendapatkan hati Alice sekaligus bisa menyaingi perusahaan Jasper.
But, is he i***t? Pikir Mike.
"Aku tidak pernah memberinya ide seperti itu. Aku hanya menyu-
maksudku maafkan aku sebelumnya. Aku memang membantu Lucas dengan alasan memberimu pelajaran karena aku tak berhasil mendapatkan hati Alice.
Aku tahu keluarganya tak harmonis, maka itu aku sangat senang saat ada wanita yang berhasil meluluhkan hati esnya itu.
Tapi, Aku rasa Lucas sudah hilang akal. Hatinya yang dingin itu membekukan semuanya hingga tak bisa membedakan mana yang benar atau tidak.
Dan aku tahu bahwa Lucas menyukai Alice lebih darimu. Bahkan mencintai wanita itu.
Tapi, ia menyangkalnya dan malah memanfaatkan Alice untuk menghancurkanmu",
Jasper mendengus. "Sungguh aku akan memnjarakanmu bila Alice mengalami sesuatu", serunya.
Mike mengangkat tangannya berusaha meredakan emosi Jasper. Ia menghela napas.
"Easy dude, sekarang dimana Alice?",
"Untuk apa kau menanyakannya?",
"Jangan biarkan Lucas menemui Alice sampai kita berhasil memberinya pelajaran. Kalau bisa, aku yang akan memberinya pelajaran sendiri karena ini semua adalah ideku", ujar Mike sambil menatap Jasper.
•••
Sebulan kemudian....
"Kau sedang apa?",
Alice terperanjat kaget saat mendengar suara tersebut dari arah belakangnya.
Ia memutar tubuhnya dan mendapati seorang pria yang tampak baru bangun tidur duduk di meja makan dengan senyuman selebar mungkin.
Meja makan...
Sialan! Pikir Alice.
"Untung aku tidak memukulmu dengan panci karena terkejut", gerutunya sambil menatap pria itu.
Pria itu tertawa, "Jangankan pakai panci. Kau tampar aku dengan hatimu juga tak masalah", godanya.
Alice memutar matanya, "Jasper... Don't do that again, okay? Kau selalu saja menggombaliku", ujarnya malas pada Jasper.
Tapi, ia sangat berterima kasih pada Jasper.
Saat dirinya tahu semuanya dari pria itu, bahwa ia hanya sebuah alat.
Ia marah, sedih, dan kecewa di waktu bersamaan.
Dirinya tak bisa berpikir jernih dan memilih terdiam duduk di kamarnya.
Semua pekerjaan dan kesehariannya ia tinggal.
Hingga Jasper yang saat datang ke apartement nya untuk bertamu.
Jasper terkejut mendapati kondisi apartment Alice sangat berantakan seperti habis diserang bajak laut.
Ia juga tak percaya saat melihat Alice hanya duduk di dekat jendela sambil menangis.
Dengan perlahan, Jasper merengkuh tubuh Alice kedalam pelukannya.
Membelai lembut kepala wanita itu dan membiarkam Alice memangis sepuasnya di dekapannya.
Ia tak akan bertanya apa yang terjadi karena ia sudah tahu sebelumnya ini tentang Lucas Graves.
Di acara yang ia gelar, Jasper tak mengundang Lucas dan juga Alice karena ia kehilangan jejak wanita itu sebelumnya.
Jasper yakin ada yang tidak beres disini saat melihat Lucas berdiri di hadapannya, di acaranya.
Dirinya sangat tahu seperti apa Lucas dan ia tak akan membiarkan Alice, wanita yang dulu dan hingga sekarang masih ia cintai bersama pria yang merupakan jiplakan dari Lucifer.
Dan ketakutannya benar terjadi saat ia mendatangi apartement Alice.
Beberapa hari berlalu, Jasper masih diam tidak menanyakan apa yang terjadi karena takut Alice marah.
Tapi, ternyata Alice dengan jujur mengatakan yang sebenarnya.
Marah? Pasti. Jasper sangat marah hingga ia mendatangi Lucas dan menghajar pria itu di club.
"Aku tidak menggombalimu. Itu kenyataan",
"Kenyataan apa?", tanya Alice ketus.
Tapi, Jasper tahu bahwa wanita itu sedang bergurau.
Dirinya juga tahu kalau Alice tak bisa marah padanya...
Jasper tersenyum simpul, ia bangkit dari bangkunya dan mendekat kearah Alice yang berdiri di depan kulkas.
"Kenapa?",
"Kenapa apanya?",
Jasper terdiam beberapa saat sambil menyentuh pipi Alice perlahan. "Kau masih mencintai Lucas?", ujarnya.
Kini giliran Alice yang terdiam.
Ia sendiri bingung dengan perasaannya.
Kenapa bisa sangat cepat menyukai Lucas bahkan mencintai pria itu. Tapi, sangat sulit melupakan.
Ia menghela napasnya, "Aku sendiri masih mencari jawaban itu", katanya pelan.
"Look at me, Alicia", Jasper mengangkat dagu Alice. Ia menatap mata hijau indah itu.
"Lupakan Lucas. Dan beri aku satu kesempatan lagi",
"Kesempatan? Jas, maafkan aku. Aku masih tidak mengerti maksudmu", jawabnya sambil melepaskan tangan Jasper dari wajahnya.
"Ku harap kau mau menerima diriku seperti dulu.
Kali ini aku tidak akan mensia-siakan mu dan selalu menjadi pelindungmu lagi",