Surat terakhir dari Nara

1169 Words
Pesawat Boeing 737-900 yang berangkat dari Jakarta menuju Singapura, dinyatakan hilang kontak di selat Karimata pada pukul 14.36 tadi siang... Pesawat 185 penumpang dan 15 awak ini, dinyatakan hilang setelah terbang selama 45 menit di sekitar Pulau Kalimantan, belum ada kabar lebih lanjut dari maskapai ataupun PT. Angkasa pura, namun yang lebih mengejutkan adalah di dalam manifest terdapat nama Naraya Aruna yang merupakan Istri dari Aktor dan juga Pewaris Pradipta Corp, Narendra Priya Pradipta. Narendra tersentak. Telinganya mendadak mendengung dengan begitu hebat saat mendengar suara Presenter Wanita itu membacakan berita pesawat jatuh. Bukan topik utama yang dia dengarkan melainkan saat mendengar nama Naraya Aruna dan juga namanya yang diucapkan di sana. Tubuhnya membeku, tatapannya terarah ke arah TV 70 inch yang berada di apartemen miliknya yang hanya beberapa kali dia datangi dalam beberapa bulan terakhir. Matanya terpaku saat melihat foto seseorang yang dia kenal terpampang di sana, tersenyum cerah berdampingan dengan fotonya yang hanya menampilkan senyum palsunya, senyum yang selalu dia perlihatkan kepada pengemar-penggemarnya di luar sana. Tangannya perlahan bergetar bersamaan dengan detak jantung yang awalnya berhenti berdetak sepersekian detik sebelum kemudian kembali bergemuruh di detik berikutnya. Dia baru bertemu dengan Nara, dua jam yang lalu yang diakhiri dengan bentakan kerasnya kepada istrinya itu. Ya... Naraya Aruna adalah istrinya. Istri yang dia nikahi secara terburu di pertemuan keempat mereka. Perempuan yang dia manfaatkan untuk menjadi pengganti Sarah, mantan tunangannya yang meninggalkannya begitu saja. Perempuan bodoh atau entah terlalu baik yang selalu menyambut kedatangannya dengan senyuman cerah yang dia benci. Tatapan matanya terpaku ke arah kotak berwarna hitam yang ada di atas meja. Dia tahu kotak itu, kotak yang dipandangi Nara yang menunggunya si sofa panjang favorite gadis itu. Tatapan mata gadis itu terlihat sendu, namun kembali dia kelabui dengan senyuman lembut seperti biasa. Tanpa rasa bersalah karena membuat Narendra mencarinya seminggu terakhir, setelah permintaan terakhirnya yang tak dia penuhi. Tubuh Narendra limbung, hampir saja terkena sudut tajam meja itu yang baru saja dia sadari, bahwa sudut tajam yang dulu selalu mengenai kakinya saat dia berjalan ke arah sofa kini tertutupi oleh penutup sudut. Rasa bersalah memenuhi dirinya saat kembali mendengar ke arah pembaca berita itu, bagaimana semua profil Naraya yang tak pernah dia ungkapkan ke publik akhirnya terungkap begitu saja dalam hitungan menit. Narendra mengalihkan pandangannya, mulai tak memperhatikan berita-berita itu. tatapannya kembali melihat kotak hitam itu, berharap kotak itu bukan berisi barang-barang perpisahan. Tangannya bergerak membuka kotak itu, dan segala yang dia harapkan pupus. Kotak itu berisi sepucuk surat bersama dengan cincin pernikahan yang selalu dikenakan oleh Nara. Dada Narendra berdenyut hebat saat mengambil surat itu, tersenyum lirih saat melihat gambar bunga matahari yang menjadi identitasnya saat membuat sesuatu. Rasa sakit semakin menjadi saat melihat tulisan tangan Raya begitu rapi di sana. Dia menarik napas dalam berusaha membaca surat itu ... Dear, Mas Narendra Priya Pradipta... Aku merasa ini terakhir kalinya, aku akan menyebut nama panjangmu walau hanya dalam surat yang aku tulis. Aku tahu, rasanya aku terlalu pengecut dengan meninggalkan surat ini di rumah kita.. ah ... aku lupa itu rumahmu, bukan lagi rumahku atau memang sebenarnya aku hanya tamu yang kamu persilahkan masuk ke dalam rumah itu. Perasaanku campur aduk saat menuliskan surat ini ... Ada sedikit kemarahan, kekecewaan atau bahkan kesedihan yang aku rasakan, tapi sama sekali tak bisa aku ungkapkan. Aku memang tak pernah bisa mengungkapkan perasaanku kepadamu. Dan membiarkan hatiku memendam semua perasaan yang aku miliki tentangmu ... Aku ingin berterima kasih atas satu tahun penuh kebahagiaan yang kamu berikan kepadaku, walaupun 6 bulan terakhir aku menyadari bahwa perasaanmu kepadaku tak pernah tulus. Ada rasa mendalam yang kamu miliki terhadap wanita lain yang tak akan pernah bisa aku dapatkan. Sejak awal aku sadar bahwa sebenarnya kamu tak pernah mencintaiku, pernikahan yang aku impikan yang awalnya aku pikir kamu berikan kepadaku adalah palsu. Namun aku diam karena aku masih mempercayai janjimu. Alasanku menerima lamaranmu saat itu adalah karena kamu berjanji bahwa kamu akan selalu menggenggam tanganku dan tak akan pernah membuatku kesepian lagi Kamu sepertinya lupa dengan kata-kata yang aku katakan kepadamu di awal pernikahan kita. Bahwa aku kesepian dan tak pernah sekalipun merasakan kebahagiaan utuh. Aku pikir dengan bertahan menerima semua perlakukan mama kamu, yang aku tahu sama sekali tak menyukaiku. Kita akan baik-baik saja. Tapi nyatanya, setelah mantan tunangan kamu datang. satu persatu kepalsuan yang kamu tutupi akhirnya terbuka. Namun, sekali lagi aku tetap diam, membiarkan diriku sendiri menjadi perempuan bodoh yang masuk ke dalam alur permainanmu, yang sedikit demi sedikit kembali memberikan luka yang semakin hari semakin mendalam. Aku bertahan.... Sembari berharap bahwa dengan tetap melakukan semuanya seperti tidak terjadi apa pun, berlagak seperti perempuan bodoh yang membiarkan suaminya sendiri bermain api dengan wanita lain, walaupun wanita itu adalah mantan tunanganmu sendiri. Genggaman tangan hangatmu yang selalu kau berikan di saat-saat terlelahku menjadi satu-satunya yang membuatku bertahan dalam pernikahan ini, aku tak peduli bahwa kau memang tak pernah mencintaiku. Tapi semuanya berubah saat malam itu, malam di mana aku begitu membutuhkanmu, namun kamu akhirnya pergi meninggalkanku sendiri, kembali masuk ke dalam ruang sepi yang aku benci. Saat kamu melepaskan genggaman tanganku, saat itu aku sadar bahwa tak akan pernah ada ruang lagi untukku di hatimu. Malam itu, dengan perasaan hancur dan kesedihan yang mendalam. Aku memutuskan untuk pergi dari sisimu, membiarkanmu meraih kebahagiaanmu kembali dengan wanita yang selama ini ada di hatimu. Kamu bisa kembali di masa kamu belum mengenalku, setelah ini. Aku tak akan pernah menghalangi jalanmu. Aku akan membiarkanmu bahagia dan meskipun berat aku akan mencoba bahagia dengan anak ini. Setidaknya kau memberikan kebahagiaan kecil untukku agar aku tak akan kesepian lagi. Aku akan menjaga anak ini sepenuh hatiku. Kamu jangan khawatir. Aku tak akan pernah kehilangan kebahagiaan kecil ini lagi seperti dulu. Aku juga akan tetap mengenalkanmu kepada anak ini, dan entah kamu akan mengakuinya atau tidak pada akhirnya. Aku pergi .... dan jangan pernah berpikir untuk mencari kami. Lanjutkan kebahagiaanmu bersamanya ... From your partner in Bed Naraya Aruna Napas Narendra tercekat membaca surat itu, debaran jantungnya kina berdetak cepat seolah ingin meledak. Tanpa sadar, air matanya terjatuh. Ada rasa bersalah yang besar yang akhirnya bukan hanya membuatnya mengeluarkan air matanya, namun juga raungan. Tubuhnya bergetar hebat, tangannya mendekap erat surat itu sembari memanggil nama wanita yang sama sekali tak pernah dia anggap sebagai istri. sesuatu terjatuh dari lembar kedua surat yang Nara tulis untuknya. Dia kembali melihat amplop kecil dengan tulisan to Daddy di sana. Tangisannya semakin menjadi-jadi saat melihat dua foto USG tercetak di sana. satu menunjukan tanggal beberapa hari yang lalu, sedangkan satunya lagi menunjukkan tanggal enam bulan yang lalu, saat dia kembali ke rumah di sambut dengan Nara yang menunggunya dengan kaki yang digisp. saat itu... Dia mengutuk dirinya sendiri yang begitu b******k. Pria yang bahkan tak ingin tahu keadaan istrinya padahal di depan mata kepalanya sendiri dia melihat istrinya sedang terluka dengan tatapan penuh kesedihan yang dia rasakan. Dadanya serasa ditusuk oleh ribuan belati tajam saat kenyataan menghentaknya bahwa kini Wanita itu pergi untuk selamanya bersama dengan bayi yang ada di dalam kandungannya. Anaknya, darah dagingnya yang bahkan tidak dia ketahui keberadaannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD