Bab 5

1090 Words
Jika wajahnya sudah bersemayam, namanya juga melekat indah dalam ingatan. ~~**~~ Dev memejamkan mata di kursi putarnya, lalu bayangan semalam kembali mengisi ingatannya. Gadis itu kembali membuatnya terusik. Dev semakin tidak bisa menahan emosi, ketika ingatan itu terhenti pada kejadian di mana wanita itu menyiram air ke wajahnya. Jika di ingat-ingat, Dev belum pernah bertemu dengan dia sebelumnya. Karena masih belum puas, akhirnya Dev memanggil Robert. “Ke ruanganku segera,” ujar Dev dalam satu perintah. Tanpa menunggu jawaban, panggilan langsung diputuskan sepihak. 2 menit kemudian, pintu terbuka, yang Dev yakini itu adalah Robert. “Apa yang anda butuhkan, Tuan?” tanya Robert berdiri tegak di samping Dev. “Apa kau sibuk?” Pertanyaan konyol yang diajukan Dev membuat alis Robert terangkat sebelah. Sejak kapan Dev peduli dengan kesibukannya yang hampir tidak memiliki waktu luang untuk sendirian. Bukankah Dev memiliki kuasa untuk memerintah apa saja? Tanpa perlu tahu dia sibuk atau tidak. “Saya sedang memeriksa dokumen kemarin, Tuan.” Robert tetap melayani pertanyaan tidak masuk akal Dev dengan sopan. “Dokumen kemarin?” ulang Dev. Sepertinya Robert telah melewati sesuatu yang penting. Kenapa urusan kemarin baru dikerjakannya hari ini? Tidak biasanya Robert selengah ini membiarkan pekerjaan hingga terselang hari. “Kenapa baru kau kerjakan sekarang?” tanya Dev meninggi. “Maaf, Tuan. Saya tidak sempat menunjukkan pada anda, karena kita ke tempat, Tuan Briyan, semalam.” Robert memberi alasan secara detail. Dev langsung ingat, memang semalam dia mengajak serta Robert ke acara Briyan. “Tapi tetap saja ini bukan kebiasaanmu, Robert. Kau tidak pernah mengabaikan pekerjaan sebelumnya, bahkan sesibuk apapun kamu saat bersamaku,” bentak Dev dengan amarah yang tertahan. Memang benar bahwa selama ini Robert selalu bisa mengerjakan semuanya, bahkan disaat harus menemani Dev dalam waktu yang bersamaan. Hanya saja kali ini berbeda, semalam mereka pulang cukup larut. Robert juga harus menginap di rumah Dev karena tidak diizinkan pulang. “Menginaplah di sini. Ini sudah larut.” Begitu yang Dev katakan semalam. Apa ia sudah lupa? Namun, Robert tidak berani menanyakan itu pada Dev. Biarlah kesalahan itu dirinya yang tanggung. “Maaf, Tuan. Sebenarnya dokumen tersebut sudah beres sejak kemarin, hanya saja –“ “Hanya saja apa, Robert,” potong Dev cepat. “Aku tidak ingin mendengar alasan hanya untuk membela diri," tegas Dev tidak suka. “Hanya saja saya ingin memeriksa identitas seseorang," jelas Robert. “Apa?” Mata Dev membulat sempurna. “Memangnya apa yang kau lakukan hingga mengabaikan hal penting seperti itu. Bukankah identitas menjadi hal penting utama sebelum apapun.” Lagi-lagi Dev kecewa dengan kerja Robert. Untuk pertama kali, Robert telah menunjukkan sisi lemah dalam bekerja. Padahal sebelumnya dia selalu cekatan dalam hal apapun. “Apa kau merasa sudah lelah, Robert? Apa kau sedang sakit? Apa kau butuh perawatan?” Pertanyaan Dev semakin banyak. Robert yang tidak tahan, langsung mengajukan pernyataan. “Kali ini berbeda, Tuan. Seorang gadis masuk dalam daftar bisnis kita.” Jawaban Robert membuat kekesalan Dev tiba-tiba hilang, mengubahnya menjadi suatu rasa penasaran yang mendalam. “Seorang gadis?” Baru kali ini Dev mendengar ada gadis seberani itu. “Benar, Tuan.” “Bagaimana bisa dia masuk kemari? Bukankah sudah ku peringatkan untuk tidak menerima gadis mana pun. Apa kau pikir kita sedang mendirikan klub penghibur?” Dev memang tidak ingin rekannya seorang wanita, baik yang muda atau yang tua. Baginya wanita itu adalah seseorang yang lemah, tidak sekuat dirinya. “Tetapi dia datang atas nama, Pak Haris, yang diakui sebagai putrinya.” “Tetap saja aku tidak setuju. Baik itu anak atau cucunya, dia tetap seorang gadis. Dan aku tidak suka itu. Lain kali kau harus lebih memperhatikan ini.” Napas Dev memburu naik turun. “Maafkan saya, Tuan.” Robert menunduk atas kesalahan yang ia lakukan. “Dan untuk orang-orang yang tidak mematuhi aturanku, beri mereka pelajaran,” papar Dev marah. Robert juga sebenarnya melakukan banyak kesalahan. Nama Gauri terseret juga karena dirinya yang tidak teliti. Padahal dengan jelas tertulis dalam aturan, bahwa seorang gadis tidak bisa masuk dalam daftar pekerjaan dengan DTS. Dengan alasan apapun itu. Robert benar-benar telah melupakan poin penting tersebut. Tidak ingin pekerjaan ini semakin berlarut, Robert langsung menghubungi bawahannya. “Batalkan kerja sama atas nama Gauri Hasna. Putri dari Haris Arimaja,” perintah Robert. “Tunggu!” Dev yang mendengar nama tersebut merasa tidak asing. “Iya, Tuan?” Robert kembali fokus pada Dev. “Kau menyebut nama siapa tadi?” tanya Dev mengerutkan dahi. “Haris Arimaja, Tuan.” “Bukan itu, tapi nama anaknya.” “Maksud anda, Gauri Hasna?” Robert membuat kerutan di dahinya seperti gelombang kecil. “Gauri Hasna.” Dev mengulag nama tersebut seraya mengingat di mana ia pernah mendengar sebelumnya. “Apa ada masalah, Tuan?” tanya Robert heran. “Aku rasa nama itu tidak asing. Apa aku pernah bertemu dengannya?” Pertanyaan Dev langsung memutar memori ingatan Robert. Sejurus kemudian, Robert menyelidiki nama-nama gadis yang pernah berurusan dengan Dev. Melalui ingatannya yang singkat, Robert telah menemukan jawaban. “Tidak, Tuan. Saya tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya,” aku Robert dengan keyakinan yang penuh. “Tidak mungkin.” Dev memutar bola matanya tidak puas. “Kau pasti telah melewati sesuatu, Robert. Jika tidak, maka tidak mungkin aku mengoleksi namanya dengan begitu akrab.” Robert terkejut dengan pernyataan Dev. Sejak kapan Dev mengoleksi nama seorang gadis? Dan kenapa juga Robert tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya. Padahal mereka selalu bersama. Bahkan nama-nama teman Dev lebih banyak Robert hafal daripada dirinya sendiri. Lalu kenapa dia melewati satu nama itu? “Namun, tidak ada catatan apapun dengan nama tersebut, Tuan.” Robert yang tidak ingin disalahkan untuk kedua kalinya, memilih untuk membela diri dengan cepat. “Baiklah, aku mulai ragu dengan ingatanmu sekarang, Robert. Aku sarankan agar kau segera menemui Doktor.” Dev menepuk pundak Robert dengan helaan napas yang berat. Robert yang tidak melakukan kesalahan, merasa sangat tidak nyaman dengan tuduhan Dev yang tidak masuk akal. “Padahal kau masih sangat muda, kenapa ingatanmu begitu pendek. Aku bahkan tidak memikirkan untuk mencari pengganti yang baru.” Dev bergumam dengan suara yang masih bisa Robert dengar dengan jelas. Dev sadar, jika zaman sekarang ini sangat sulit untuk mencari orang kepercayaan paling setia seperti Robert. Bagi Dev, Robert seperti separuh hidupnya. Robert adalah mata bagi Dev ketika ia tidak bisa melihat hal-hal yang dilewati oleh matanya. Robert menjadi telinga bagi Dev ketika ia tidak bisa dengan jelas mendengar. Dan Robert menjadi kaki, tangan, serta apapun itu untuk Dev. ~~ Cerita ini hanya tersedia di Innovel/Dreame. Jika anda menemukannya di pf lain, itu merupakan plagiat. Pencurian. Dan saya tidak mengikhlaskannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD