Bab 4

1222 Words
Jangan anggap remeh sebuah ingatan yang membekas, karena itu tidak akan mudah pudar. ~~**~~ Ketika masih berada dalam ruangan, tiba-tiba Dev mendapat pesan dari temannya. Pukul 8 malam. Jangan lupa! “Sial,” umpat Dev melihat arloji di tangannya. “Ada apa, Tuan? Apa semuanya baik-baik saja?” Robert yang baru saja masuk begitu terkejut. “Aku lupa jika malam ini harus menghadiri undangan, Briyan. Kita kesana segera,” sahut Dev memasukkan ponsel ke saku jasnya. Salah Dev sendiri karena tidak memasukkan undangan Briyan dalam daftar agendanya. Coba saja jika dia menyampaikan hal ini lebih awal pada Robert, pasti Robert akan mengurusnya cepat waktu. “Baik, Tuan.” Robert yang awalnya ingin menjelaskan perihal panandatangan kontrak dengan Pak Haris, akhirnya harus menunda lantaran Dev terburu-buru. Mobil melintas dengan kecepatan tinggi, karena Robert sedang terburu-buru mengejar waktu. Tanpa disadari, dia telah menginjak genangan air yang mengakibatkan pakaian seorang gadis basah karena ulahnya. Robert juga tidak memperhatikan bahwa dia sangat mengenali gadis itu, yang tak lain adalah Gauri. “Robert, berhentilah di toko sepatu. Aku rasa harus membeli sepatu baru,” titah Dev saat melihat ada sedikit noda di sepatunya. “Baik, Tuan.” Mobil berhenti di salah satu pusat perbelanjaan. “Apa anda ingin turun, Tuan?” tanya Robert sebelum membuka pintu. “Tidak. Kau saja,” sahut Dev datar. “Baiklah. Saya tidak akan lama.” Robert langsung turun, setengah berlari memasuki bangunan berlantai 3 yang menjual aneka perlengkapan pria. Tidak lama kemudian, Dev melihat melalui kaca depan. Sebuah mobil berhenti di belakang mobilnya. Awalnya Dev tidak peduli. Namun, penampilan berantakan gadis itu telah kembali mencuri perhatiannya. Hampir seluruh badannya basah, juga rambutnya yang tergulung kacau. Dia turun, ikut membawa sebotol air. “Sial. Kau telah membuat penampilanku berantakan, akan ku beri sedikit pelajaran.” Dev samar-samar mendengar suara gadis itu, yang kini sudah berdiri di samping mobilnya. Dev yang merasa terusik, bermaksud untuk mengusir gadis itu. Tepat ketika kaca diturunkan, dia menerima sebotol air yang mengenai wajahnya, juga seluruh pakaian depannya. Dev memejamkan matanya, merasakan asinnya air tersebut yang sedikit memasuki mulutnya. Juga menahan hidung, mencium bau busuk yang membuatnya hampir memuntahkan isi perut. Setelah membuka mata, Dev sudah tidak menemukan siapa-siapa di sana. Ketika Robert kembali, betapa ia terkejut melihat penampilan Dev yang menjijikkan. “Tuan, anda kenapa? Apa yang terjadi?” tanya Robert panik dengan menatap sekitar tempat yang sepi. Tidak ada tanda-tanda jika seseorang berada di sana. Dev menghela napas berat. Matanya tak bisa melupakan wajah gadis itu. “Carikan aku baju ganti.” Hanya itu yang keluar dari mulut Dev, dia mengepalkan tangan dengan kesal. Dirinya memendam dendam yang ingin dibalaskan. Kini Dev sudah berdiri di hadapan cermin besar, yang memantulkan bayangan utuh dirinya dengan sempurna. Setelah berhasil membersihkan diri, berganti pakaian, berpenampilan serapi mungkin, tetap saja rasa kesal tidak bisa lenyap dari hatinya. “Tuan, anda sudah siap?” tanya Robert memasuki ruang ganti. “Ya, aku sudah siap,” sahut Dev datar. “Apa sebaiknya kita pulang saja?” tanya Robert hati-hati. Melihat suasana hati Dev yang tidak nyaman. “Tidak. Kita tetap akan pergi ke acara, Briyan.” Dev langsung mendahului, keluar dari ruang itu dengan wajah dingin yang menyeramkan. Hampir seluruh yang ia temui di tempat itu, tidak berani menatap ke arahnya. 30 menit kemudian, mobil Dev tiba di depan bangunan mewah yang berlantai 10. Bangunan yang didirikan untuk sebuah perusahaan yang bergerak dibidang modeling bergengsi setanah air. Dev dijemput oleh dua orang yang berpakaian khusus. “Mr. Dev, mari ikut kami.” Dev dan Robert mengikuti langkah dua pria tersebut. Ketika melewati jejeran mobil lain, tidak sengaja Dev melihat sebuah angka plat yang membuat emosinya kembali meledak. Dev tiba dalam ruangan gemerlap, lampu menerangi dengan aneka warna yang bergantian. Mereka memasuki lift, menuju lantai 5. Di sini, Dev langsung disambut oleh Briyan yang ternyata sudah menunggu kehadirannya sejak tadi. “Selamat malam, Dev,” sapa Briyan seramah biasanya. “Selamat malam.” “Aku sudah menunggu sejak tadi. Mari!” Dev dibawa ke ruangan utama, ruangan tempat terselenggaranya acara. “Malam ini adalah peresmian, dan aku juga akan menampilkan beberapa model terkenal dengan penampilan memukau,” kata Briyan memulai percakapan. “Kenapa kau tidak langsung mencari model penetap?” tanya Dev memasukkan tangan ke saku celana. “Masalahnya aku belum memiliki yang benar-benar mengikat hati, Dev.” “Jangan terlalu memilih, Briyan, atau kau akan kehilangan kesempatan itu.” Keduanya tertawa ringan membahas selera Briyan yang memang terlalu memilih. Maka tak heran, diusianya yang sudah layak menikah, Briyan masih membujang. “Aku harap kau tidak akan bosan dengan konsep acara ini, Dev,” kata Briyan menghela napas dengan mengalihkan topik pembicaraan. “Ya, aku akan menikmatinya,” kata Dev sedikit ragu. Lantaran suasana hatinya yang sedang tidak bersahabat dengannya. Dia tidak yakin, akan benar-benar menikmati semua ini. Apalagi setelah mengetahui jika gadis itu ada di sini. Satu tempat yang sama dengannya. Acara puncak dimulai setelah Briyan menyampaikan pembukaan. Selanjutnya penampilan para model akan memuaskan dan menghibur para tamu. Peserta model utama tiba dengan pakaian merah yang menyala, wajahnya juga sangat cantik. Semua penonton bertepuk tangan untuknya. Dev mulai bosan saat penampilan ketiga. Matanya mulai meninggalkan panggung, mengarahkan ke penjuru lain. Menatap beberapa pelayan yang menyediakan minuman. Robert yang melihat gerak gerik Dev, merasa penasaran dan bertanya. “Apa ada sesuatu yang mengganggu anda, Tuan Muda?” Dev menghela nafas berat. “Tidak ada.” Robert yang tiba-tiba mendapat panggilan, meminta diri pada Dev. “Saya permisi, Tuan, ada panggilan penting dari perusahaan.” “Pergilah!” Kebosanan semakin menguasi diri Rev. Hampir saja Dev meninggalkan tempat itu, jika tidak mendengar pujian dari sebagian tamu yang memenuhi ruangan. Seorang model dengan penampilan yang mengenakan rancangan Briyan telah mencuri perhatian semua orang. Mereka bisa menilai, di antara semua yang diperagakan oleh model sebelumnya, baru kali ini mereka melihat model yang menjiwai. Juga serasi dengan gaun yang dikenakannya. Menambah keindahan tersendiri. “Aku tidak percaya ini,” kata Briyan dengan mata tak berkedip. “Lihatlah, rancanganku terlihat semakin indah di tubuhnya.” Dev menatap dan mengakui hal serupa. Penampilan itu benar-benar cocok di matanya. Namun, ketika gadis itu semakin dekat, dia merasa wajahnya tidak asing. Gadis itu tak hentinya melemparkan senyuman ketika menginjak karpet merah. Saat mulai memutar diri ke arah terakhir, dia tidak sengaja bersitatap dengan Dev. Saat itu, Dev langsung mengingat wajahnya. Wajah yang telah melemparinya air. Tidak disangka, wanita itu menjadi secantik sekarang ini. Padahal penampilannya beberapa jam yang lalu sungguh berbeda. Namun, lihatlah dia. Dev memicingkan matanya, mendapati wajah gadis itu dengan senyuman melebar. Bahkan ketika tepat berhadapan dengannya, dia sama sekali tidak menunjukkan sikap gugup. Penampilannya sangat selaras, dia benar-benar bisa menguasi keadaan dengan baik. Hingga melewati Dev begitu saja, dengan langkah yang anggun. “Siapa dia?” tanya Dev ketika gadis itu mulai lenyap dari penglihatannya. “Sepertinya kau tertarik?” goda Briyan. “Tidak juga. Aku hanya tidak pernah melihatnya saja,” kilah Dev. Tertarik? Yang benar saja. Dev hanya merasa butuh perkenalan untuk memberi gadis itu beberapa pelajaran. “Namanya, Gauri Hasna. Dia gadis berbakat yang aku sewa.” "Gauri." Dev menggumamkan nama itu penuh pembalasan. Tengah malam, Dev kembali ke rumahnya setelah melewati acara yang hampir membuat seluruh waktunya tersita. Untung saja, Dev menemukan satu alasan yang tepat untuk menjadikan kehadirannya sedikit lebih penting. ~~ Intip yuk visual pertemuan pertama mereka di IG. Langsung follow @ima.mulya95
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD