Bab 3

1454 Words
Jika wajah menjadi nilai, maka sungguh akhlak tidak ada artinya. Sadarlah, tidak semua yang indah itu adalah suatu kelayakan. Gauri Hasna, gadis muda yang memimpikan karir sukses. Bercita-cita ingin menjadi bintang model terkenal. Tak ada alasan untuknya ditolak ketika pertama kali mengajukan diri. Bahkan kini, namanya terdaftar dalam urutan 5 besar model yang memiliki talenta tinggi. Dengan tubuh tinggi ideal, postur badan yang indah bak biola. Dirinya hampir menjadi idola semua kalangan. Gauri baru saja keluar dari perusahaan DTS Group ketika notif di ponselnya berbunyi. Sebelum mengambil benda pipih di dalam tas kecilnya, dia menyibak rambutnya ke belakang. Lalu kemudian mendekati mobil kesayangannya dan segera menaiki. Ketika membaca notif dengan layar berkedip, hampir saja ia menjerit. “Ya Tuhan, bagaimana aku bisa lupa.” Gauri menepuk dahinya sendiri. Dia lupa jika malam ini harus mempersiapkan diri untuk penampilan perdananya di salah satu acara pembukaan perusahaan baru. Gauri akan menjadi model untuk perancang tata busana yang bernama Briyan. Gauri kembali mengemudi seorang diri, walau dalam jarak yang sedikit lebih jauh. Dia tidak suka jika harus mengandalkan supir, karena dirinya ingin mandiri. Dalam perjalanan, tiba-tiba Gauri merasa haus. Dia mencari air mineral yang biasanya selalu tersedia di dalam mobil. Namun, ternyata hanya botol kosong yang ia temukan. Akhirnya Gauri memilih untuk membelinya, yang kebetulan sedang melewati sebuah kios kecil di pinggir jalan. Karena tidak bisa menepikan mobil di depan kios, Gauri harus memajukan mobilnya sedikit lebih ke depan. Dia segera turun dengan langkah yang terburu-buru. Belum sampai dirinya di tempat tujuan, sebuah mobil berwarna hitam melintas dengan kecepatan tinggi. Menginjak begitu saja genangan air di tepi jalan, tepat di sebelah tempat Gauri berdiri saat ini. Alhasil, seluruh cipratan air mengenai tubuh dan pakaiannya. “Kurang ajar!” umpat Gauri kesal dengan pandangan lurus ke depan. Secepat kilat, ia menghafal plat mobil yang sudah menjauh itu. Gauri menyaksikan penampilannya dengan perasaan jengkel. "Sial." Dengan kesal, Gauri kembali ke mobil, mengambil botol kosong. Lalu kembali ke tepi jalan, mengisi botol hingga penuh dengan genangan air kotor tersebut. “Awas saja jika bertemu,” ucapnya seraya kembali ke mobil. Entah kapan akan bertemu dengan pemilik mobil tersebut, yang jelas Gauri sudah mempersiapkan pembalasan yang setara. Dia juga sudah melupakan dahaganya yang kini berganti dengan rasa marah. Ketika melintas jalan yang sama, Gauri melihat mobil yang sangat ia hafal platnya sedang terparkir di sana. “Itu dia,” gumamnya yang masih sangat menghafal plat nomor mobil tersebut. Mobil yang telah membuatnya seberantakan ini. Sedikit kesal ketika melihat punggung yang baru saja menghilang ke dalam toko. Seseorang yang ia yakini, jika yang baru saja keluar dari mobil tersebut adalah pemilik yang ia incar. Tetapi itu tidak akan mengubah apapun, Gauri sudah terlanjur kesal. Tidak pada orangnya, pada mobilnya juga tidak apa-apa. “Sial. Kau telah membuat penampilanku berantakan, akan ku beri sedikit pelajaran.” Gauri sudah siap melayangkan botol yang dibawa serta di tangannya. Mengambil ancang-ancang, lalu menyiramnya ke mobil tersebut. Maksud hati hanya ingin mengguyur mobil, lalu siapa sangka dia mengguyur seorang pria yang mendadak membuka kaca tepat ketika air tersebut ditumpahkannya dengan kasar. Alhasil, wajah serta pakaian pria itu menjadi basah. “Ya Tuhan …,” pekik Gauri dengan tenggorokan tercekat. Gauri sempat memperhatikan pria berkulit putih dengan perawakan yang indah. Matanya yang terpejam menunjukkan alis lentik yang sempurna. Dia benar-benar sempurna untuk ukuran pria idamannya. Tersadar dari apa yang dilakukannya, Gauri menghilang secepat kilat. Menuju mobil sebelum dimarahi oleh pemilik wajah tampan tersebut. “Sial!” umpatnya melajukan mobil dengan kecepatan tinggi. Saat tiba di tempat, semua orang terkejut melihat penampilannya yang sangat berantakan dan kumal. Mereka sempat menjauh seraya menutup hidung. Gauri yang tidak peduli, langsung menuju ruang rias, tapi dia malah diusir oleh penjaga di sana. “Maaf, Nona, pelayan tidak diizinkan masuk kemari,” kata pria itu tegas. “Pelayan?” Gauri mengulang panggilan dengan suara tidak senang. Memangnya siapa yang senang jika dipanggil pelayan. Apa penampilannya seburuk itu? “Apa kau tidak salah?” Suasana hatinya masih tidak baik sampai sekarang, dan kini dia harus berhadapan dengan penghinaan seperti ini. Pria itu malah menatap penampilannya dari bawah hingga atas. “Maaf, Nona, saya salah menyebut. Ternyata anda adalah seorang cleaning service.” Pria itu kembali meralat setelah menilai penampilan Gauri. “Cleaning Service?” ulang Gauri. Kali ini panggilannya lebih mengerikan dari sebelumnya. Gauri memejamkan mata, menarik napas lalu menghembusnya dengan cepat. “Tolong perhatikan kepada siapa kamu berbicara, jika tidak ingin kehilangan pekerjaan dalam sekejap, sebaiknya minta maaf sekarang,” kata Gauri kesal. Pria itu masih bergeming dengan tatapan heran. Melihat Gauri seperti orang aneh yang sedang nyasar. “Kenapa kau hanya diam saja?” Gauri menjadi semakin tidak sabar ketika melihat tingkah pria itu yang seperti sedang menguji kesabarannya. Saat itu, seorang wanita setengah baya membuka pintu lantaran mendengar cekcokan mulut di luar. “Ada apa ini?” tanya wanita itu yang tidak terlalu memperhatikan Gauri. “Maaf, Bu. Petugas cleaning service ini memaksa masuk ke dalam, saya sudah mencegahnya,” adu pria itu. “Cleaning service?” Wanita itu menoleh. Matanya melotot sempurna. “Gauri!” dia begitu terkejut melihat penampilan modelnya malam ini. Gauri bernapas lega. Setidaknya ada orang yang mengenalnya, jadi dia tidak perlu lagi berurusan dengan pria songong tersebut. “Apa yang terjadi padamu? Kenapa kamu basah seperti ini? Dan … bau apa ini?” Wanita itu menutup hidung saat berada dalam jarak yang dekat dengan Gauri. “Bukan apa-apa, aku ingin segera bersiap,” kata Gauri tidak suka dengan pertanyaan yang diajukan. Itu hanya akan membuat hatinya semakin sakit. “Kalau begitu ayo masuk.” Sebelum masuk, Gauri masih sempat berkata pada pria yang kini mendadak berubah menjadi pendiam. “Awas saja, urusan kita belum selesai,” tudingnya kesal. Pria itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Bakal dipecat deh. Padahal baru aja bekerja. Malah aku lupa minta maaf lagi,” gumamnya penuh sesal. Dalam waktu yang singkat, Gauri sudah mengubah penampilannya. Memakai busana yang melekat indah di tubuhnya. “Wah, kau terlihat indah dengan warna itu,” puji salah satu gadis yang seprofesi dengannya. “Terima kasih banyak, kau juga terlihat sangat cantik.” Gauri juga memberi pujian yang sama pada gadis itu. “Bersiaplah, 2 menit lagi penampilan kalian,” kata seseorang yang baru saja memasuki ruangan. Mereka sudah berdiri sejajar, menurut urutan yang telah ditentukan. Semua terlihat gugup, berbeda dengan Gauri yang memancarkan aura penuh percaya diri. Saat tiba gilirannya, Gauri keluar dengan senyum melebar. Seperti terhipnotis, dia mendapatkan banyak mata takjup lewat ungkapan yang tak terdengar. Gauri yakin, mata-mata yang melebar tersebut pasti sangat menyukai penampilannya. Masih dengan senyum melebar, Gauri melewati area merah. Namun, tiba-tiba dia melihat pemandangan yang tak kalah menakjubkan. Pria itu. Ya, pria yang sempat diguyurnya dengan air. Kini sedang menatap heran padanya. Mungkinkah dia mengingat wajahnya? Ah, Gauri tidak peduli itu. Melihat wajah bengongnya, Gauri malah tersenyum puas. Sama sekali tidak menunjukkan kecanggungan. Anggap saja ini sebagai bentuk kepuasan tersendiri bagi dirinya. Prok prok prok. Tepukan tangan membuat hati semua peserta senang. “Kita berhasil,” pekik Gauri tersenyum. “Iya. Kita adalah yang terbaik,” sambut yang lain. Mereka masih tertawa ketika tiba-tiba Briyan masuk dengan senyum semringah. “Terima kasih atas penampilan luar biasa kalian,” kata Briyan memuji hasil kerja mereka. “Sama-sama, Pak,” sahut mereka kompak. “Ayo, berpestalah sesuka kalian.” Saat yang lain ingin berpesta ria, Gauri memilih untuk segera keluar dari sana. “Maaf, aku tidak bisa bergabung dengan kalian,” katanya pada mereka. “Kenapa? Padahal kami sangat ingin bersamamu.” Gauri tersenyum. “Aku sudah memiliki janji. Kita bisa bertemu lain kali,” kata Gauri berbohong. Padahal dia tidak memiliki janji dengan siapapun. Gauri pergi ke kamar mandi, hendak melepaskan busana yang melekat di tubuhnya. Tapi tiba-tiba dia mengingat sesuatu. “Oh ya ampun …. Aku harus pakai baju apa sekarang?” lirihnya menepuk dahi. Gauri lupa, bahwa ia tidak membawa pakaian ganti. Sedangkan pakaian yang dipakainya dari rumah, sudah sangat kotor dan bau. “Bagaimana ini?” Gauri mondar-mandir di dalam kamar yang berukuran kecil tersebut, yang hanya memantulkan bayangan dirinya dari berbagai sisi. Betapa sial nasibnya malam ini. “Gauri, kamu masih di sini?” Wanita yang berprofesi sebagai perias itu tiba. Gauri langsung meminta bantuan padanya. “Tolong carikan aku pakaian sekarang juga.” “Pakaian?” Alis perias terangkat ke atas. 10 menit kemudian, Gauri keluar setelah berhasil mendapatkan pakaian seadanya. Lantaran tempat ini baru dibuka, Briyan belum membawa semua busana rancangannya kemari. Untung saja perias tadi menemukan pakaian sederhana untuk Gauri. “Saatnya pulang dan beristirahat,” ujar Gauri ketika sudah berada dalam mobilnya. Betapa melelahkan malam ini, tidak sabar rasanya untuk segera bertemu kasur seraya memeluk guling. Intip yuk visual pertemuan pertama mereka di IG. Langsung follow @ima.mulya95
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD