[0.3] Satu Atap

1078 Words
Masalaluku terlalu indah untuk dikenang• -Anatasya Buditama- "Hua capek!" Ana merenggangkan ototnya. "Baru aja segitu udah capek!" Alvino memutar bola matanya malas. Ana menatap tajam Alvino. Hell,Alvino sedang merendahkannya? Padahal Alvino sendiri hanya diam di atas sofa tak berniat membantu Ana yang susah payah memindahkan barang-barang miliknya.Ana sendiri tak menyangka,Alvino yang semalam memberinya sebuah kata-kata manis kini berubah 180 drajat menjadi seseorang yang menyebalkan. "Kamu dari tadi diem aja,gak mau bantu aku apa?"Alvino mengedikan bahunya acuh. Matanya fokus pada layar tv. Tangannya sibuk memegang dan mengambil makanan di pangkuannya. "Sore nanti gue ada pemotretan dan besok kita harus datang ke konferesi pers!" Ana mengangkat sebelah halisnya. Terus gue harus bilang 'WOW'? "Lo ikut gue!" "Gak,aku mau ngelamar kerja!" Tolak Ana. Alvino mendelik pada Ana,"Lo bisa kerja jadi asisten gue!" "Asisten?" beo Ana. "Ya,mau gak?" Ana nampak berfikir sejenak lalu mengangguk mungkin tidak ada salahnya jika ia mencoba,"oke!" Alvino hanya berdehem sebagai jawaban. Ia kembali memasukan kripik kentang ke dalam mulutnya. Sudah tiga bungkus makanan dan tiga kaleng minumn habis oleh Alvino membuat Ana berdecak. "Hei,kamu bantuin napa?!"  "Ogah males!" Jika dalam artikel tertulis 'Alvino adalah pemuda rajin' tentu saja hoaxs dan sudah Ana pastikan ia akan menyebarkan kelakuan Alvinoyang sebenarnya ke seluruh media sosial. Namun berhubung Ana baik hati,jadi ia hanya bisa mengumpat dalam hati. ••• Di tengah mimpi indahnya,harum masakan membuat tidur Alvino terganggu. Ia tak sadar bahwa dirinya tertidur di sofa. Ana,gadis itu sedang memasak cumi saus tiram. Ana memang gadis polos,namun ia bisa memasak berbagai makanan.Alvino mengubah posisinya. Rambut yang tak karuan,mata yang menyipit membuat ketampanannya semakin bertambah. Ia berjalan ke luar kamar dan menghampiri Ana dengan keadaan yang masih setengah sadar. Ana tersentak ketika ada tangan yang tiba-tiba melingkar di perutnya. "Sayang,kamu masak apa hm?" Alvino mengecup tengkuk Ana,membuat gadis itu bergidik geli. "Heh,kamu jangan macem-macem ya! Aku goreng baru tau rasa!" ancam Ana. Brak Ana tersentak ketika tiba-tiba Alvino ambruk ke lantai. Alvino ngelindur apa?Ingin dibiarkan tergeletak begitu saja,namun tak tega. Pada akhirnya, ia segera membawa tubuh Alvino menuju sofa. Bukan hal yang mudah untuk membawa tubuh besar Alvino karena ia harus menyeret paksa. * "Udah beres!" Ana tersenyum bangga ketika melihat hasil msakannya tertata rapi di meja makan. Ia segera berjalan menghampiri Alvino yang entah sejak kapan sudah terbaring di lantai. "Alvi bangun!" Ana menggoyangkan tubuh Alvino. Namun laki-laki itu tak bergeming. "WOY BANGUN!!" Tak ada respon. Dengan kesal Ana memencet hidung Alvino membuat sang pemilik terpaksa membuka matanya karena merasa pengap. "Haa... Gila lo!" Ana mengedikan bahunya acuh.Gadis itu malah meninggalkan Alvino yang sudah menggerutu dalam hatinya. "Mau makan nggak? Cepetan sini!" Alvino berjalan mengahampiri Ana dan duduk tepat di depannya. Jika di ingat-ingat,ia belum berkenalan secara resmi dengan Ana."Ekhm ... By the way,kita belum kenalan!" Ana mengangkat sebelah halisnya,perlukah ia memperkenalkan diri pada Alvino? "Kan aku udah tahu kamu itu Alvino Bagaskara seorang model muda yang sebentar lagi akan mendapat kontrak main film ya kan?" Ya betul juga sih,tapi kan itu umum di ketahui semua orang. Ia hanya ingin memperkenalkan dirinya secara resmi. Dan ia juga menginginkan Ana memperkenalkan diri pada dirinya.Melihat Alvino yang berdiam diri membuat Ana menghela nafas."Perkenalkan nama aku Anatasya Buditama. Gadis baik hati dan tidak sombong,aku juga cantik ngalahin Ariana Grande." "Halu lo!" Ana mendelik kesal,"Ya terserah aku dong,hidup-hidup aku!" "Oh iya kata bunda lusa nanti kita fitting baju." Tak ada jawaban. Alvino sibuk dengan dunia kulinernya. Hanya bertahan hingga detik ke lima,Alvino angkat suara memecah keheningan di antara keduanya. "Btw,dulu lo sekolah di SMA Budaya kan?" Ana mendongakan kepalanya menatap Alvino."Iya emang kenapa?" Alvino menggeleng. Satu suap nasi ditambah sepotong cumi ia masukan ke dalam mulutnya "Bwrti lwo cwk yang guwe kewssantol bn-" "Ih jorok,abisin dulu itu nasinya!" Tegur Ana dengan menatap Alvino jijik. Glek "Lo kuliah Universitasnya sama kayak Gio?" Tanya Alvino. "Iya,cuman beda jurusan!" "Kenapa lo berhenti kerja di prusahaan Gio Group? Kan lumayan tuh gajinya gede,apalagi lo jadi sekertarisnya." Ana diam untuk beberapa saat. "Woy kalau lo punya mulut mending pakek !" Mendengar teriakan Alvino membuat Ana tersentak. Ia menggarui tengkuk lehernya yang tak gatal. "Ekhm ... itu privasi!" Alvino berdecih."Privasi apanya,bentar lagi gue bakalan jadi suami elo,kan gue harus tahu semua tentang lo siapa tau lo itu buronan" "Eh enak aja! Gila, masa istrinya Shawn Mendes buronan?!" "Nah,justru itu lo jadi buronan gara-gara seenak jidat ngaku istri si Saun Medes itu" Ana menggerutu kesal,"Shawn Mendes,Alvi!" "Ya ... Ya terserah lo!" ••• "Gak sabar pengen tidur!" Ana melepas sepatunya lalu meletakannya di rak sepatu dekat pintu masuk. Alvino dan Ana baru saja pulang dari acara pemotretan dan konferensi pers. Setelah hari yang begitu melelahkan,Ana segera menuju kamarnya. Ia ingin segera berendam dan berbaring di kasur empuk. Namun,harapannya sirna ketika Alvino menarik paksa dirinya memasuki kamar Alvino.Pikiran kotor mulai bercabang di otaknya. Ia mulai was-was ketika Alvino berjalan mendekatinya. "Siapin air hangat buat mandi, kalau udah siapin piama yang ada di lemari!" Ingin Ana berkata KASAR. Rasanya ia sudah tak sabar untuk menghukum Alvino yang seenaknya memerintah dirinya. "Gak mau ah!" Alvino menatap tajam Ana,"Gak ada penolakan. Sebentar lagi lo jadi istri gue, dan lo harus terbiasa dengan semua itu!" Ana menghentakan kakinya. Mengapa ia harus tinggal satu atap bersama Alvino Bagaskara?! Jika saja ia berada di rumah,pasti sudah bermanja dengan kasurnya. Usai menyiapkan air hangat dan piama,Ana segera masuk ke dalam kamarnya yang berada di sebelah kamar Alvino. Tiga puluh menit Ana mandi dan berpakaian. Ia segera turun menuju dapur mencari makanan untuk ngemil sambil nonton drama. Namun,kulkas yang kosong melompong membuat Ana semakin kesal. Padahal ia kira,Alvino sudah mengisi kulkasnya. Terlebih saat ini perutnyasedari tadi sudah berbunyi minta di isi. "ALVIII KULKASNYA kosong ..." Alvino yang mendangar teriakan Ana dari luar kamarnya berdecak. Ia berjalan menghampiri Ana dengan satu tangan yang sibuk mengerikan rambut. "Gak usah teriak-teriak!" "Ke supermarket,beli bahan makanan!" Alvino menepis tangan Ana yang bertengger manis di lengannya."Ogah!" "Ish Alvi,kamu itu bentar lagi jadi su-" "Iya-iya, buruan!" Alvino melempar asal handuk kecilnya ia segera mengambilkunci mobil dan kaca mata hitamnya. Sedangkan Ana sudah siap menggunakan rok pendek dan kaus pink tak lupa slingbag . Mereka segera menaiki mobil sport milik Alvino. Di perjalanan,Ana memutar musik karena ia tak suka kehenigan di dalam mobil namun ia mendesah karena tak menemukan lagu yang ia inginkan. "Gak ada lagu Shawn Mendes apa?" "Gak ada!" "Idih,gak gaul amat!" "Ya bodo amat." "Cihk najisin!" "Tinggal di rumah gue,lo harus memenuhi syarat!" Ana mengangkat sebelah halisnya,"Apa?" "Nih" Alvino memberikan secarik kertas pada Ana. Gadis itu membulatkan matanya ketika melihat daftar yang tertulis. 1.Jangan sembarang masuk kamar gue 2. Jangan sentuh barang gue. 3. Jangan nulis artikel tentang kelakuan gue yang sebenarnya. 4. Jangan bawa pacar,temen atau kucing ke rumah gue. 5. Wajibjatuh cinta sama gue:) "Eh, apa-apaan ini? " Ana menatap Alvino meminta penjelasan. Terlebih dengan poin yang ke lima. "Persyaratan, ngelanggar satu lo harus di hukum!" “Loh, gak bisa gitu dong!” Protes Ana. Apa maksudnya coba lelaki itu malah menyuruhnya untuk mencintai lelaki itu. "Lo harus temenin gue tidur seharian!" Mata Ana semakin membola ketika mendengar ucapan yang ambigu tersebut. "HAAAA??"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD