Hanya isakan tak bersuara, hanya derai air mata tanpa bernada. Miracle menangis merengkukkan tubuhnya dibalik selimut yang tebal.
Sedangkan Sean sedang membersihkan diri di kamar mandi.
Pikiran Miracle kacau, meratapi nasib yang sangat menyedihkan di kamar mewah ini.
Dirinya sudah terlahir tidak memiliki suara, orang tuanya membuangnya di sebuah panti asuhan. Karena kecacatannya, dirinya sering terpojokkan dan terasingkan. Hingga usia lima belas tahun, Miracle memutuskan untuk keluar dari panti.
Dengan segala kekurangannya, dia berusaha mencari kerja dan tempat tinggal. Tidak sedikit orang selalu memandangnya dengan tatapan aneh. Seringkali dia pindah-pindah tempat, karena ditempatnya bekerja sering menyalahkan atas kebisuannya.
Hingga akhirnya diusia delapan belas tahun, Miracle menemukan toko bunga yang memberikannya pekerjaan yang cocok. Pemiliknya sangat baik dan sabar. Sudah hampir satu tahun Miracle bekerja disana sebelum akhirnya dia tersesat disini. Di rumah besar yang seharusnya tidak ia masuki.
Baru saja Miracle merasakan bahagia dengan hidupnya, kini berubah menyedihkan bahkan lebih pedih lagi karena kehormatan nya telah terenggut.
"Apa salahku...sampai-sampai aku harus menjalani hidup seperti ini..."
Miracle memejamkan mata penuh kepedihan. Dia tidak tau lagi apa yang harus ia lakukan setelah dirinya tidak suci lagi.
Sesaat kemudian Sean keluar dari kamar mandi dengan handuk putih melilit pinggang sampai lutut. Tanpa malu pria itu melepaskan handuk itu. Tentu saja mata Miracle terpejam, ia merasa sangat jijik melihat pria itu.
"Apa kamu masih membayangkan malam kita yang luar biasa, sweetie." Suara itu mampu membuat mata Miracle terbuka lebar dan mendapati wajah pria itu sudah sangat dekat dengan wajahnya.
Meski pria itu sudah mengenakan kemeja putih dengan jas hitamnya dan celana hitam yang pas dengannya, tetap saja membuat Miracle menggidik.
Belum sempat Miracle menjauhkan diri, tengkuknya sudah ditarik kuat hingga Sean mampu mencumbu bibirnya. Sontak mata Miracle melebar kemudian kedua tangannya berusaha menjauhkan dada bidang pria itu yang menempel dengannya.
Sean mengusap ujung bibirnya saat melepas ciuman panas itu.
"You're so wonderful, sweetie." Ucapnya terlihat puas.
Namun Miracle membalasnya dengan tatapan benci. Malah dia melempari Sean dengan bantal guling yang berada didekatnya.
"Kamu memang benar-benar bastard!!! Aku akan membunuhmu!!! Aku benci dirimu!!! Benci dirimu!!" Umpat Miracle dalam hati.
Sementara serangan yang diberikan Miracle justru membuat Sean tersenyum geli. Bahkan dia tidak pernah diperlakukan seperti ini oleh wanita manapun setelah mereka bercinta. Yang ada para wanita itu kecanduan dengannya.
Napas Mircale terengah-engah setelah semua bantal disekitarnya sudah habis. Pikirannya melayang membayangkan bukan bantal yang ia lempar melainkan bom atom yang langsung meleburkan pria bastard ini.
"Sepertinya kamu sudah kehabisan senjata." Goda Sean merapikan setelan bajunya "aku harus keluar sekarang. Nanti kita teruskan lagi." Lanjutnya kemudian menghilang dibalik pintu.
*
Ketika Miracle masih frustasi didalam kamar mewah ini, tiba-tiba ada yang membuka pintu.
"Hai, nak." Sapa pria setengah baya itu yang tak lain adalah si tukang kebun.
Dengan linangan air mata, Miracle menatap pria itu, pria yang menyuruhnya untuk ke taman belakang hingga dirinya tersesat dan terjebak dalam situasi yang sangat buruk.
"Paman, Keluarkan aku dari sini...aku mohon...aku mohon..." Tangan Miracle menggenggam erat kedua tangan pria itu penuh harap.
"Saya tahu, saya tahu. Akan saya keluarkan kamu dari sini. Maafkan saya sudah memasukkan dirimu dalam situasi yang seharusnya tidak kamu masuki." Sesal pria itu sangat mencemaskan wanita didepannya ini.
Miracle mengangguk-angguk cukup senang karena ada orang yang masih mau menolongnya.
"Dengar, setelah kamu berhasil keluar dari sini. Jangan pernah kembali ke tempat kamu tinggal sekarang. Kamu harus pergi jauh dari sana." Tutur pria itu.
Mata Miracle sangat memperhatikan ucapan si tukang kebun itu sembari menganggukkan kepala beberapa kali.
Pria itu hafal betul dengan boss-nya, jika boss-nya masih menginginkan-nya pasti tidak akan dilepaskan.
*
Pria itu membuka pintu dan melihat situasi diluar. Sekarang adalah waktu pergantian jaga para pengawal, dan pelayan lain sudah selesai membersihkan rumah. Jadi semua terlihat lengang.
Sudah bertahun-tahun pria ini mengabdikan dirinya di rumah ini. Jadi dia sudah hafal betul situasi dan kondisi rumah ini termasuk CCTV yang dipasang disetiap sudut rumah.
Mereka melewati lorong besar nan mewah dengan mengendap-endap dan terus waspada jika ada penjaga yang melihatnya.
Jantung Miracle berdebar sangat kencang seolah-olah menimbulkan dentuman suara yang sangat hebat di telinganya. Ia seperti bayangan yang mengikuti setiap gerakan pria setengah baya itu. Dalam hatinya terus berdoa agar mereka tidak tertangkap.
"Untuk kali ini saja Tuhan. Dengarkanlah aku. Jangan sampai mereka menangkap kami."
Terlihat pintu besi yang sederhana diujung pagar. Pintu itu terlihat masih kokoh tertutup karena jarang terbuka, malah hampir tidak pernah.
Pria itu dengan hati-hati membuka pintu untuk Miracle "Cepat pergi. Sudah ada taksi menunggumu diujung jalan."
Mata Miracle berkaca-kaca penuh haru menatap pria setengah baya ini. Tersirat ucapan terima kasih dari sana.
Saat akan keluar, pria itu menahannya "oh tunggu." wanita itu pun menoleh. "Ini untukmu. Carilah tempat tinggal sejauh mungkin." Si tukang kebun itu merogoh sakunya dan memberikan amplop coklat yang berisi uang.
Entah harus bagaimana membalas kebaikan pria ini. Rasanya Miracle sangat bersyukur mengenal orang seperti beliau.
Miracle pun memberi pelukan hangat sebelum dirinya benar-benar keluar dari pintu ini.
"Jaga dirimu, nak." Membalas pelukan itu dengan penuh rasa sayang.
Segera Miracle lari sekencangnya menuju taksi yang sudah diujung jalan dan bergegas masuk.
*
Semoga semua baik-baik saja
Dan Miracle tidak akan pernah lagi bertemu dengan pria bastard itu
Semua sudah berakhir sekarang.
Kalian sudah suka dengan ceritaku,
Aku udah seneng banget
Happy reading all people
Silahkan vote n follow