"What the hell?!!"
Sean seketika membanting gelas wine yang ia pegang saat mendengar bahwa Miracle tidak ada di kamar.
Ia bangkit dengan kasar hingga suara geseran kursi terdengar meleking. Sean melangkah penuh amarah menuju kamarnya. Dan benar, ketika pintu dibuka tak ada siapapun di dalam. Dirinya yang masih belum percaya membuka pintu kamar mandi tetapi hasilnya tetap sama. Tidak ada siapapun.
"Derrick!! Derrick!!" Teriaknya penuh amarah menuruni anak tangga.
Pria yang disebut namanya itu langsung muncul dibawah tangga.
"Bawa semua penjaga ke hadapanku!! Sekarang!!!" Meski Derrick sudah di depannya tetap saja nada suara Sean meninggi penuh emosi.
Tak jauh dari sana, si tukang kebun itu menelan saliva berharap ia tidak meninggalkan jejak apapun.
Mata pembunuh itu tersirat dari wajah Sean saat semua penjaga di rumahnya sudah dihadapannya.
Lalu ia berlahan bangkit dari duduknya untuk mendekati anak buahnya.
"Aku membayar mahal kalian tidak untuk tidur."
Sean melayangkan tinju ke salah satu rahang penjaganya. "Aku hanya menyuruh kalian menjaga satu wanita saja tidak bisa!!" Lagi, Sean meninju penjaga lainnya secara acak. Kemudian mencengkeram salah satu kerah anak buahnya yang lain
"apa kalian sudah bosan hidup, huh?!!!"
"Ma-maaf, Mr. Sean. Kita terus berjaga..." Sean langsung melempar tatapan tajam kearah anak buahnya yang menjawab dengan suara terbata-bata.
Sean memutar tubuhnya supaya bisa melihat jelas siapa anak buahnya yang punya nyali mengeluarkan suara. Dengan tatapan tajam, ia melangkahkan kaki mendekati salah satu anak buahnya tersebut.
Keadaan benar-benar mencekam saat ini, bahkan melebihi aura kuburan ketika mata Sean terbakar oleh emosi.
Buukk!
Pukulan itu terlihat lebih keras daripada sebelumnya karena mampu membuat tubuh kokoh anak buahnya terpelanting.
"Lalu bagaimana wanita itu bisa kabur dari penjagaan kalian, huh??!!!" Sean berjalan ke anak buahnya yang baru saja terpelanting itu lalu menarik kasar kerahnya. Ketika akan melayangkan pukulan lagi, Derrick menyelanya.
"Bisa jadi ada orang dalam yang membantunya keluar." Ucap Derrick cepat sebelum para penjaga itu babak belur ditangan boss-nya sendiri.
Dan benar, ucapan itu mampu menggagalkan niat boss-nya. Sean terdiam, berpikir sejenak. Lalu membuang cengkeramannya sembari menatap Derrick, berusaha memutar otaknya mencari siapa pengkhianat itu.
"Tidak mungkin wanita itu bisa keluar dari sini dengan mudah. Bahkan dia tidak tahu seluk beluk rumah ini. Pasti yang dia tahu hanya pintu utama rumah ini. Dan itu tidak mungkin akan dia lalui dengan mudah." Jelas Derrick membuat Sean berpikir keras. "Kita bisa melihatnya dari CCTV." Tambahnya.
Oh ya ampun. Kenapa tidak terpikirkan sama sekali. Kenapa dia harus buang-buang tenaga untuk menghajar penjaganya. Mungkin Sean terlalu diselimuti amarah sehingga tidak bisa berpikiran jernih.
"Tunjukan padaku." Titahnya kemudian kembali duduk di sofa kebesarannya.
*
Sean menelungkupkan tablet yang berisikan rekaman CCTV. Matanya menatap lurus ke depan. Benar saja, semua rekaman CCTV tidak memperlihatkan sesuatu yang mencurigakan karena orang itu sudah tau betul dimana letak setiap CCTV. Tapi, si tukang kebun itu tidak tahu kalau di kamar Sean terpasang CCTV juga dan hanya Sean sendiri yang bisa membuka hasil rekamannya.
"Akan segera saya bawa kemari." Ujar Derrick.
"Tidak."
Mendengar jawaban boss-nya, Derrick berhenti seketika dengan penuh tanda tanya.
Sean mengaitkan masing-masing jemarinya diatas meja. Ada senyum licik terukir di wajahnya.
"Biarkan saja. Anggap kita tidak mengetahuinya."
"Tapi-"
"Sssstt, dia adalah umpan kita. Temukan dia. Lalu kita berikan umpan agar dia terpancing." Rencananya begitu matang. "Aku mau kamu temukan keberadaannya sekarang."
*
Bagaimana mungkin seorang Sean Kingston mencari seorang gadis biasa yang notabene nya adalah seorang tunawicara
Terima kasih sudah baca ceritaku
Semoga bisa menghibur kalian semua
Untuk casting pemain jika kurang berkenan silahkan menyesuaikan imajinasi masing-masing
Vote n follow
Biar lebih semangat
Happy reading