Suara gemuruh ombak begitu menyenangkan di telinga Miracle yang sedang membersihkan sebuah kedai kecil miliknya di pinggiran pantai.
Kebaikan si tukang kebun itu tak kan pernah ia lupakan. Karena selain membantunya kabur dari rumah mengerikan itu, beliau juga memberikan uang. Sehingga Miracle bisa mendirikan kedai kecil ini. Ia tidak harus bekerja dengan orang lain dan tidak menggantungkan hidup dari upah atau belas kasihan mereka.
Mungkin Miracle akan menetap disini cukup lama. Tempat ini sudah cukup nyaman dan tenang.
Bahkan Miracle sudah mempunyai pelanggan tetap. Rasanya senang sekali melihat kemajuan kedai kecil ini.
Meski ia bekerja sendirian, ia tidak pernah mengecewakan para pelanggannya.
Inilah hidupnya yang baru. Sempat terbesit dalam benaknya kalau ia akan menghabiskan sisa hidupnya disini.
*
Sudah hampir dua pekan, anak buahnya belum juga menemukan wanita itu. Padahal sudah ke penjuru kota mereka mencari.
Sangking emosinya Sean menghantam anak buahnya karena mereka selalu memberikan jawaban yang tak diinginkan.
"Kalian harus menemukannya!!! Aku tidak mau lagi mendengar berita yang tidak aku inginkan!! Mengerti!!!" Kecamnya begitu garang.
"Kamu tidak bisa lari dariku. Pasti aku akan menemukanmu." janji Sean pada dirinya sendiri.
Entah apa yang membuat Sean begitu berambisi mendapatkan wanita itu kembali. Apa karena Sean merasa dicampakkan? Masalahnya, tak ada satu wanita yang kabur setelah mereka bercinta. Tapi Miracle?? Wanita itu sepertinya menganggap Sean adalah virus yang harus dijauhi.
*
Pikiran Sean seakan tidak fokus selama wanita itu belum kembali ke pelukannya. Ia terus berpikir keras mencari kemana wanita itu pergi.
Benar-benar membuat Sean muak dan kesal. Bagaimana mungkin dia tidak bisa menemukan satu wanita saja. Sedangkan ia mampu menangkap para pengkhianat yang kabur darinya.
"Damn!!!"
Umpatnya dalam hati menatap keluar jendela membiarkan rekan bisnisnya mengobrol sendiri.
"Hei, Sean. Apa yang kamu lakukan disana?" Tegur salah seorang rekannya.
Tanpa menjawab, Sean bergabung dengan mereka. Lalu duduk dengan penuh frustasi.
"Kita akan mengadakan pertemuan besar." Sambung rekannya yang lain.
"Atur saja sesuka kalian. Selama tidak merugikan diriku." Ucap Sean tidak tertarik.
Sesaat rekan-rekannya saling melempar pandangan mendengar respon Sean seperti itu. Tapi Sean tidak memperdulikannya.
"Pertemuan outdoor." Tandas rekan satunya yang terlihat penasaran dengan sikap Sean saat ini.
Mata Sean langsung menatap tajam pria disebelahnya dan berkata.
"I don't care. Ok."
Bangkit dari duduknya kemudian nyelonong keluar tanpa pamit.
"What the.." ucap rekannya kesal karena tersulut emosi dengan sikap dingin Sean yang menjengkelkan.
"Biarkan. Mungkin dia sedang ada masalah. Kita atur sendiri pertemuan ini." Tutur rekannya sembari menepuk-nepuk bahu kecil temannya yang hampir terbawa emosi.
*
Masih mikirin kemana perginya Miracle ya....
Hai...hai....
Aku harap kalian menikmati setiap alur ceritaku ya...
Biar makin semangat...
Ditunggu ya komentarnya
Dan jangan lupa
Vote n follow
Tidak memaksa asal kalian bahagia deh...
Happy reading
All people