Telur Dadar

1068 Words
~ketika seseorang menyayangimu, dia akan mengorbankan segalanya untukmu. Ketika itu tidak dilakukan, maka cintanya perlu diragukan~ (Adis Adena) Adis termenung sejenak sambil terus memandangi kekasihnya. Sesekali dia tersenyum, memamerkan sebaris giginya yang rapi. Sebenarnya dia sangat merasa beruntung bisa menjadi kekasih Beno. Dia adalah laki-laki yang baik, sangat baik. Namun, mampukah suatu saat nanti dia bertahan memiliki suami yang sangat pelit seperti dia? Bagaimana dengan cita-citanya yang menginginkan sosok pendamping hidup yang sempurna? Apakah itu hanya sekedar impian belaka? Adis lahir dari keluarga yang broken home. Dia memiliki seorang ayah yang sangat menyayanginya, yang royal dan selalu membelikan Apa yang adis minta. Dia juga tidak pernah rela jika Adis tersakiti. Namun, satu yang membuat Adis sakit sampai sekarang. Ayahnya menghianati ibunya. Ayahnya kepincut dengan wanita lain, dan akhirnya meninggalkan ibu, dirinya dan juga adik satu-satunya. Sejak saat itu, Adis berkata kepada dirinya sendiri bahwa dia ingin memiliki pasangan yang sempurna. Karena dia tidak mau tersakiti, seperti apa yang dirasakan oleh ibunya. Namun, sekarang dia malah jatuh cinta pada seorang laki-laki yang sangat pelit. Dia ada laki-laki terpelit yang pernah Adis temui. Adis mengulurkan tangannya, lalu membelai lembut rambut keriting Beno. Huft … kadang dia membenci dirinya sendiri. Kenapa dia harus mempermasalahkan soal pelitnya sang kekasih. Karena dibalik kekasihnya yang sangat pelit itu, Dia sangat care dan mau berkorban untuk Adis. Contohnya saat ini, saat dia capek seharian bekerja, dia masih menyempatkan diri menemani Adis dan bahkan menyalinkan materi di kampus tadi agar adis tidak ketinggalan materi. Mana ada laki-laki seperti itu zaman sekarang selain Beno? Beno mengerjapkan matanya ketika dia merasakan belaian lembut pada rambutnya. Lalu perlahan, dia mengangkat kepalanya. “Ah, gue ketiduran ya? Harusnya kan gue yang jagain lo, Kenapa kebalik sih?” Beno mengucek matanya. Kepalanya masih sedikit pusing karena dia baru saja tertidur, tetapi harus bangun lagi. “Nggak apa-apa. Gue tahu Lo capek. Mendingan lo pulang ke kosan gih! Gue gak apa-apa kok di rumah sakit sendirian. Nanti kalau ada yang urgent, gue hubungi lo. Wajah lo lecek kayak cucian nggak kering,” ucap Adis yang saat itu sedang terbaring. Dia Tertawa kecil, meskipun saat itu dia belum pulih benar. Namun, sudah mendingan dibandingkan kemarin. Beno dan Adis adalah sepasang kekasih. Namun mereka memutuskan untuk tetap bersikap santai dan memanggil dengan panggilan gue elo. Biar nggak kaku. Karena terus terang mereka nggak suka yang terlalu formal. Karena dulu, awalnya mereka hanya bersahabat. Hingga akhirnya nyaman dan menjalin hubungan. “Nggak apa-apa, Ting. Gue menemani elo di sini. Sekalian mau meneruskan menyalin materi ini buat lo. Kalau Lo sendiri yang nyalin, bisa jadi, lebaran depan baru kelar. Lo kan paling nggak suka sama materi ini,” ucap Beno yang tahu persis Seperti apa kekasihnya. Ting, kepanjangan dari kepiting rebus. Begitulah Beno memanggil kekasihnya. Karena dia selalu gemas setiap melihat Adis yang tersipu malu dan pipinya memerah seperti kepiting rebus. Laki-laki berambut keriting namun begitu manis itu menguap beberapa kali, lalu dia melebarkan matanya, supaya kantuk itu tidak kembali datang, lalu dia segera melanjutkan menyalin materi mata kuliah sambil tersenyum manis ke arah sang kekasih. Bagaimana mungkin dia tidak merasa beruntung memiliki kekasih yang sangat sayang dan peduli padanya seperti Beno. Saat dia jauh dari keluarga seperti ini, Beno membuat Adis tidak merasa nelangsa, karena tetap ada yang merawatnya meskipun dia tinggal di kota ini tanpa saudara dan tanpa orang tua. Ya, begitulah Beno. Rasa sayangnya kepada adis tidak bisa diragukan lagi, apapun dilakukan oleh kekasih yang sangat disayanginya itu. Kecuali satu hal, yang kalian pasti tahu sendiri satu hal itu apa. “Permisi, mbak Adis. Mau cek suhu sama Tensi dulu ya?” sapa Seorang perawat yang baru saja masuk dan mau cek kondisi Adis. “Silahkan, kak.” “Waah … pasti cepat sehat ini ditemani kekasih terus. Bagaimana perutnya? Masih terasa sakit?” “Sudah lumayan kak, hari ini sudah nggak muntah sama sekali.” “Tensinya bagus, suhu tubuhnya juga sudah normal, masih pusing?” “Tinggal sedikit saja, kak.” “Oke. Sudah membaik. Nanti tinggal tunggu dokter saja ya? Kalau sama dokter diizinkan, maka Besok pagi kamu sudah boleh pulang. Ya udah kalau begitu Saya permisi dulu ya. Lanjutkan lagi pacarannya,” ucap perawat itu sambil tersenyum menggoda ke arah mereka berdua. “Siap kakak perawat!” Beno tersenyum sambil meletakkan 4 jari terbuka di depan kening seperti orang yang sedang hormat. “Yeay, besok sudah boleh pulang.” Adis berteriak kecil. Dia bahagia karena Akhirnya diperbolehkan untuk pulang besok. “Iya, makanya lo tuh jangan bandel lagi. Kalau nggak boleh makan sambel ya jangan makan sambel.” ‘Ya Kali gue nggak makan sambel terus, orang tiap keluar lu ngajak nya makan terong penyet Mulu. Yaelah, pakai sok-sokan nasehatin ini si Paijo,’ ucap Adis dalam hati. “Iya, sekarang gue laper. Cariin makanan dong!” “Perut lo udah normal lagi ya? Tumben udah laper lagi. Ya udah gue beli makanan dulu.” Adis mengangguk. Lalu Beno menyimpan buku-buku yang baru saja dia salin dan segera bergegas pergi meninggalkan kamar rawat dan membelikan sesuatu untuk kekasihnya. Adis tersenyum. Dia mulai menerka-nerka kira-kira kekasihnya mau beliin dia apa? Sebenarnya dia nggak lapar lapar amat sih, Cuma ingin tahu apakah Beno benar-benar ingin membelikan makanan yang memang diinginkan oleh Adis? 25 menit kemudian Beno datang membawa makanan yang cukup membuat Adis tercengang. Dapatkah kalian membayangkan makanan apa itu? Yupz. Only lontong yang dibungkus dalam plastik dan juga dua telur goreng yang dibungkus dalam kertas minyak. “Tara … ini makanan yang cocok buat lo yang sedang sakit asam lambung. Makanannya nggak boleh yang terlalu kasar ya? Sengaja aku belikan lontong. Ini ada dua telur yang bisa kamu makan dua kali. Nanti malam kalau kamu lapar bisa dimakan lagi.” Tentu saja Adis langsung terbengong. Lontong sama telur goreng doang? Yaelah, memangnya adis mengharapkan apa dari kekasihnya yang satu itu? Berharap mau dibelikan soto babat? Gule? Pizza? Burger? Mimpi aja. Kekasih koretnya yang satu itu memang seperti itu Kan dari dulu. Dia memang rela berkorban tenaga, mau melakukan apapun untuk adis. Namun kalau masalah uang, adis sampai gedek karena dia paling pandai mencari cara agar bisa menekan pengeluaran seminim mungkin. “Yaelah, yang bener aja beliin makanan orang sakit kayak gini doang. Males banget makannya,” ucap Adis yang tidak basa-basi lagi. Ah, kalau seperti ini dia kembali mulai ragu. Benarkah kekasihnya sangat mencintainya seperti apa yang selalu dia dengar? Bahkan saat adis sakit saja hanya diberikan lontong sama telur dadar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD