5. Pengisi Hati

1435 Words
"Males banget hari ini gue." Eletha menyenderkan punggungnya ke sandaran bangku panjang koridor yang ada di depan kelas XI MIPA 1 sendirian. Kelas XI MIPA 1 adalah kelas Dhemayra dan Vrisya, sedangkan kelas Eletha terletak di sebelahnya yaitu kelas XI Bahasa 3. Meskipun tidak sekelas setiap pagi sebelum bel masuk berbunyi Eletha selalu duduk di sini bersama kedua sahabatnya. Tadinya Vrisya duduk di bangku ini namun, Vrisya berkata bahwa dirinya belum selesai mengerjakan pekerjaan rumah yang akan dikumpulkan hari ini. Jadi Vrisya masuk ke dalam kelas untuk menyelesaikannya. Wajah Eletha mendongak ke atas langit-langit atap. "Nggak tau kenapa," gumam Eletha entah kepada siapa. Tapi Eletha berkata jujur, gadis bermata sipit itu memang tidak tahu kenapa hari ini dirinya merasa sangat malas untuk pergi ke sekolah. Pagi tadi Eletha berniat untuk bolos sekolah. Tapi ibunya datang ke kamar membangunkannya. Eletha berkata kepada ibunya agar mengizinkannya untuk bolos sekolah selama sehari. Ibunya malah mengancam akan membuang semua koleksi boneka beruang miliknya. Tentu saja Eletha yang mendengarnya langsung bangun dan berlari ke kamar mandi. Eletha tidak mau koleksi boneka beruang yang dibeli dengan uang tabungannya dibuang begitu saja. Dan sekarang Eletha berakhir duduk di bangku koridor kelas XI MIPA 1 dengan rasa malas. "Eletha." Panggilan seseorang membuat Eletha yang duduk dengan menyandarkan punggung itu menolehkan kepalanya ke samping, melihat siapa yang memanggil namanya. "Ternyata elo Dhe," gumam Eletha lirih, namun masih bisa didengar oleh Dhemayra. Setelah mendapati Dhemayra yang berdiri dengan memegang plastik putih berukuran besar Eletha memejamkan kedua matanya. Dhemayra berjalan mendekati Eletha dan mendudukkan tubuhnya disebelah kanan gadis itu. Dhemayra menatap Eletha. "Vrisya mana?" "Di dalam kelas." Eletha menjawab dengan mata yang masih tertutup. Dhemayra menganggukkan kepala meski Eletha tidak dapat melihatnya. "Terus, sendirian aja dari tadi?" Kedua tangan Eletha bersedekap, matanya tetap enggan untuk terbuka. Jujur Eletha sedang mager walau sekedar untuk membuka matanya. "Enggak. Tadi dia duduk disini kok. Cuman dia mau ngerjain pr, katanya bakal dikumpulin hari ini." Dhemayra mengalihkan pandangannya ke depan. Vrisya berbohong. Hari ini tidak ada pekerjaan rumah yang akan dikumpulkan. Apa Vrisya masih merasa kecewa kepada Eletha? Vriya berbohong seperti itu agar tidak bersama lebih lama dengan Eletha? Atau jangan-jangan Vrisya masih marah padanya? Setelah kejadian saat Dhemayra mengajak Ardaffin berpacaran, sikap Vrisya memang sedikit dingin kepada Dhemayra. Hanya sedikit lho, nggak banyak! Ketika Dhemayra mengirimkan pesan Vrisya membalasnya dengan kalimat yang singkat, biasanya tidak seperti itu. Dari sana bisa disimpulkan bahwa Vrisya masih marah kepadanya. Sepertinya nanti Dhemayra harus berbicara dengan sahabatnya itu. Eletha mengerutkan kening disaat Dhemayra tidak membalas perkataannya. Perlahan Eletha membuka kedua matanya, melirik Dhemayra yang tengah tenggelam dalam pikirannya. Entah apa yang dipikirkan Dhemayra. Pandangan Eletha tertuju pada satu bungkusan plastik putih yang berada dipangkuan Dhemayra. Sebenarnya sejak awal kedatangan Dhemayra, Eletha penasaran dengan isi plastik itu. Tapi karena virus mager yang dideritanya membuat Eletha enggan untuk bertanya. "Itu apa Dhe?" Dhemayra melirik kearah Eletha. Pandangan Eletha tertuju pada plastik putih di pangkuannya, Dhemayra juga ikut menatap bungkusan itu. "Pesanan roti." Eletha manggut-manggut, rasa penasarannya sudah terjawab. Eletha kembali memejamkan matanya. "Tha, bisa tolong anterin?" "Gue lagi males Dhe," Eletha benar-benar sedang malas saat ini. Jika tidak dalam keadaan ini Eletha dengan senang hati akan melakukannya. Eletha bingung, kenapa Dhemayra tidak mengantar pesanan itu sendiri dan memangnya siapa yang memesan roti itu? "Emangnya itu pesenan siapa sih Dhe? Kenapa nggak dianterin sendiri aja sih?" Dhemayra menoleh menatap Eletha, "Ardaffinka Pradipta." • • "Lo masih marah sama gue, Sya?" Suara Dhemayra menginterupsi, membuat Vrisya yang akan memasukkan buku ke dalam tasnya sontak berhenti. Memalingkan wajahnya menatap Dhemayra yang duduk di sampingnya. Sekarang di kelas XI MIPA 1 hanya ada mereka berdua. Karena waktu istirahat tiba, para penghuni kelas yang lain sudah menghilang entah kemana. Vrisya kembali memalingkan wajahnya ke depan, menarik nafas dalam lalu menghembuskannya. "Gue marah sama diri gue sendiri, Dhe." Vrisya memasukkan buku yang masih dipegangnya ke dalam tas. "Gue marah karna gue gak bisa cegah lo buat ngelakuin itu." Vrisya tidak marah terhadap Dhemayra. Vrisya hanya marah kepada dirinya sendiri. Mungkin karena sikap Vrisya yang sedikit berbeda membuat Dhemayra berpikir bahwa Vrisya masih marah padanya. "Tapi sekarang gue baik-baik aja." Vrisya melayangkan tatapan tidak percaya, "iya. Secara fisik lo emang baik-baik aja, tapi secara mental?" Vrisya sudah bisa menebak bahwa Dhemayra akan mengatakan kalau sekarang dirinya baik-baik saja. Bagaimana dengan kemarin? Vrisya masih mengingat dengan jelas Dhemayra yang menangis di roof top setelah kejadian itu. Dhemayra menunduk, menatap kearah jarinya yang saling bertautan. Tidak tahu harus berkata apa, karena yang dikatakan oleh Vrisya memang benar adanya. Secara mental Dhemayra sedang tidak baik-baik saja. Vrisya melirik Dhemayra yang menunduk. Menghela nafas panjang lalu menarik Dhemayra kedalam pelukan hangat miliknya. "Udah. Jangan mikir kalau Vrisya masih marah sama Dhe! Oke?!" Sekarang Vrisya mengubah nada bicaranya menjadi lebih lembut. Memberi penjelasan kepada Dhemayra harus dengan cara yang halus. Vrisya merasakan anggukkan kepala dari Dhemayra, tangannya lalu bergerak mengelus punggung sahabatnya itu. Dhemayra bergerak di pelukan Vrisya untuk mencari posisi ternyaman. Dhemayra menyandarkan kepalanya di bahu kanan Vrisya. "Jangan marah lagi sama Eletha ya." Vrisya terdiam, elusan tangannya di punggung Dhemayra terhenti. Bicara tentang itu, sejujurnya Vrisya masih sedikit marah dan kecewa terhadap Eletha. Seandainya Eletha tidak melibatkan Dhemayra untuk memenuhi keinginan bodohnya itu, Vrisya tidak akan marah kepada Eletha. Namun hati kecil Vrisya mengatakan bahwa ini juga bukan sepenuhnya salah Eletha. Ini juga salah Dhemayra yang terlalu sayang kepada sahabatnya, sehingga Dhemayra ingin melakukan apapun karna rasa sayang itu. Dan jika Vrisya menceritakan semua yang dialami oleh Dhemayra selama ini, Eletha mungkin tidak akan pernah melibatkan Dhemayra. Tapi Vrisya tetap memilih untuk merahasiakan kejadian itu karena permintaan Dhemayra. Dhemayra mendongakkan wajahnya saat tidak ada respon dari Vrisya, "Sya." Vrisya menundukkan kepala sedikit, matanya bertatapan dengan mata Dhemayra. Ada sedikit rasa iba saat melihat tatapan penuh harap Dhemayra. Vrisya tersenyum kecil lalu mengangguk, "iya. Gue nggak marah lagi kok sama Eletha." • • Sekarang waktu istirahat dan Eletha berada di lapangan futsal indoor sekolahnya. Eletha berhenti di pintu masuk lapangan. Matanya melihat ke arah Ardaffin yang duduk bersila membelakanginya. Ardaffin memakai baju futsal bernomer punggung 29. Ardaffinka Pradipta. Laki-laki berwajah tampan yang telah mengisi hatinya sejak kelas sepuluh dan sekarang masih begitu. Eletha melihat anggota klub futsal duduk di pinggir lapangan. Eletha hanya mengenal Ardaffin dan Basraka, yang berstatus sebagai sahabat Ardaffin. Ardaffin dan Basraka menjadi anggota klub futsal yang berasal dari kelas Eletha—XI Bahasa 3. Anggota klub futsal tersebut terlihat kelelahan akibat latihan yang telah mereka lakukan. Terbukti dengan banyaknya botol air mineral yang sudah kosong. Beberapa hari lagi akan diadakan kejuaraan futsal antar SMA. Sebagai bentuk persiapan, klub futsal SMA Trisatya dan guru olahraga yang melatih mereka memutuskan untuk meningkatkan waktu latihan mereka. Dan sejak pagi tadi anggota klub futsal memutuskan untuk latihan. Otomatis pada saat jam pertama sampai jam ketiga belajar tadi Ardaffin tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar. Karena tidak bertemu Ardaffin itulah yang menjadi alasan mengapa pagi ini Eletha sangat mager. Ini adalah kesempatan emas bagi Eletha. Berulang kali Eletha menarik napas lalu menghembuskannya. Eletha mengeratkan genggaman tangannya pada bungkusan plastik besar berisi kotak pesanan roti. Iya! Setelah Dhemayra menyebutkan nama Ardaffin, Eletha langsung setuju untuk mengantarkan pesanan roti itu. Eletha berjalan perlahan dengan perasaan gugup menghampiri anggota klub futsal yang sedang duduk di pinggir lapangan. Ketika jaraknya dengan para kumpulan laki-laki itu hanya sekitar beberapa langkah lagi, Basraka menyadari keberadaan Eletha. Saat mata mereka berdua bertemu Eletha spontan menghentikan langkahnya. "Eletha!" seru Basraka, membuat para anggota klub futsal yang lain ikut melihat ke arah Eletha. Tubuh Eletha mematung ketika menyadari orang yang disukainya juga ikut menoleh dan melihatnya. "Ngapain ke sini Tha?" tanya Basraka. Eletha menelan air liurnya yang terasa memberat. Mata Eletha memperhatikan semua anggota klub futsal menatapnya penuh tanya. "I–ini gue mau nganterin roti pesenannya A–ar-daffin." "Wah… ternyata emak lo beneran pesenin roti buat kita Daf," ucap Fino salah satu anggota klub futsal. "Kenyang dong kita," sahut Ucup membuat anggota klub futsal yang lain bersorak gembira. Ardaffin berdiri dan melangkahkan kakinya menghampiri Eletha yang terdiam. Eletha merasa Ardaffin berjalan seperti adegan slow motion di drama Korea yang ditontonnya. Ardaffin berhenti satu langkah di depan Eletha. Dari jarak ini Eletha melihat rambut hitam laki-laki itu yang basah karena keringat. Bagi Eletha, head band hitam yang melingkari kepalanya membuat laki-laki itu terlihat semakin tampan. Ardaffin melihat Eletha yang sibuk memperhatikan wajahnya dengan mulut sedikit terbuka. Ardaffin mengerutkan keningnya, "kenapa?" Matanya mengerjap pelan. Eletha gelagapan kala Ardaffin menatapnya tajam. "Gue gak papa kok," Eletha menggeleng cepat. "Ini pesenan lo," menyerahkan bungkusan plastik besar itu kepada Ardaffin. Ardaffin membuka bungkusan plastik itu untuk melihat isinya, "uangnya udah kan?" Eletha mengangguk kaku, "i–iya." • • •
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD