Prolog - Menyambut Perpisahan

253 Words
Keharusan yang tidak bisa ditunda. Meninggalkan seorang istri yang baru di pinang nya dua bulan lalu demi mengejar cita-cita. Membuka celah pada keharmonisan yang selalu mereka jaga. Sebuah jarak akan menguji kekuatan kedua cinta mereka. Memilih bertahan atau meninggalkan? Arsya dengan keras bersumpah tidak akan ada talak yang keluar dari bibirnya. Itu janji yang Arsya berikan pada Anjani -istrinya. Memberi bekal kepercayaan selama mereka berpisah. Sebab, ketakutan besar mereka adalah orang ketiga. "Mas... Jangan pergi," Apapun yang Anjani inginkan, Arsya turuti meski nyawa taruhannya. Tapi untuk keinginan yang satu itu, membuat Arsya merasa sangat bersalah karena tak bisa mewujudkannya. "Sayang, lihat Mas," titah Arsya lembut sembari mengangkat wajah sang Istri untuk menatap bola matanya. "Ini hanya sementara, nanti setelah kamu lulus kuliah kita sama-sama lagi. Mas bakal sering-sering ke Jakarta, jenguk kamu dan bayi kita," ujar Arsya sambil mengusap perut Anjani yang rata namun ada kehidupan di dalam sana. Anak mereka yang baru berumur dua minggu. Takdir setega itu memisahkan Arsya dan Anjani yang sedang mengandung anak pertama mereka. "Jangan kecapean, ingat makan, ingat istirahat. Kamu gak boleh stres, kasihan nanti baby nya. Ngomong sama Mas kalo ada masalah, salatnya juga gak boleh ditinggal." "Mas juga." "Juga apa?" "Jangan kecapean, ingat makan, ingat istirahat, salatnya jangan ketinggalan. Gak boleh lirik cewek lain disana..." Arsya senyum, lalu menenggelamkan wajah Anjani kedada bidangnya. Anjani melingkarkan tangannya di pinggang Arsya, mendusel manja di d**a Arsya yang memberinya kehangatan. "Kamu tau, hal tersulit yang nggak bisa Mas lakuin di dunia ini adalah berpaling darimu."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD