TTB 20. Mesra

1241 Words
Terhitung sudah puluhan kali, Rakha celingak-celinguk ke arah penonton di balik pagar pembatas. Meneliti satu persatu wajah yang ingin sekali di lihat. Ica, yang katanya akan hadir bersama Karin, lagi-lagi belum terlihat batang hidungnya. Rakha jadi teringat saat mencari Ica di pesta prom night kala itu. Apa gadis itu nyangkut karena dirayu cowok lagi. Atau sakit di pinggang Ica yang bertambah parah. Ahh, Rakha jadi khawatir kan. Pukulannya dalam setiap smash jadi kurang fokus. Beruntung lawan yang dihadapi di babak semi final ini juga masih pemula. Jadi tim Rakha masih memimpin point. Justru gadis berkepang dua, teman satu kampusnya yang nampak terlihat duduk di bangku paling depan sambil melambai tangan semangat ke arahnya, Alya. Rakha menghembus nafas lelah. Sudahlah, yang penting Rakha sudah berterus terang kalau dia suka cewek lain, menutup celah untuk Alya masuk. Kalau cewek itu yang masih menyimpan harap bukan salah Rakha lagi. Rakha menyugar rambutnya yang mulai memanjang, dia lupa memakai headband yang biasa digunakan menghalau rambut menutupi jarak pandang. Tapi anehnya setiap gerakannya menyugar rambut mendapat histeria penonton wanita yang luar biasa. Dikejauhan terlihat Ica menarik tangan Karin yang nampak kesusahan bergerak karena memakai high heels. Mereka membelah keramain penonton yang kebanyakan mahasiswa dari berbagai universitas di Banjarmasin dan sekitarnya. "Daebakk, ini mah sarang cogan!" pekik Karin tiba-tiba ditengah kesusahannya melangkah. "Jangan lupa di sini juga banyak cecan," cibir Ica. "Iye, nih gue salah satunya," Karin menepuk pipinya sambil mengerling-ngerling manja kaya orang kelilipan. "Lo mah salah dua tiga empat lima..." 'Plakk' "Language girl!" Ica menggosok lengannya yang di geplak Karin sambil mencebik. Punya temen gahar bener, salah dikit langsung tabok. "Omo omo omo!" Karin tiba-tiba memekik sambil menutup mulutnya takjub. Dia melihat ke arah lapangan. Ica mengikuti arah pandang Karin dan tersenyum setelahnya. Banjir keringat, tinggi atletis, kulit coklat eksotis, di tambah rambut hitam tebal yang acak-acakan. Cewek mana yang nggak ngeces coba? Rakha berjalan ke arah pagar pembatas dengan santai, yang membuat tak sedikit penonton wanita bersorak. Rupanya tim lawan ada yang cidera, jadi kesempatan itu dia gunakan untuk menyapa Ica. "Lama bener si Ca! Pinggang lo sakit ya?" tanya Rakha saat tepat berdiri di pagar. "Nih Nyi Blorong satu, di ajak nonton tanding voli malah dandan kaya mau konser dangdut!" cibir Ica yang di sambut tawa renyah Rakha. "Ya udah, lo tunggu sini aja ya!" perintah Rakha. "Jagain Bay," pinta Rakha kemudian pada Bayu yang duduk tak jauh dari mereka. Bayu hanya berdecak, "Ya elah kaya guru paud aja gue, suruh jagain bocah!" celetuk Bayu. Rakha masih sempat menoyor lengan Bayu yang masih bisa di jangkauannya. Lalu tertawa setelahnya. Ica berdecak melihat rambut Rakha yang mulai panjang itu berantakan. Dia jadi gemas sendiri melihat Rakha yang sebentar-sebentar menyugar rambut. "Nunduk!" perintah Ica sebelum Rakha kembali ke lapangan. Dia lalu melepas ikatan di rambutnya. Meski bingung, tapi Rakha tetap nurut. Begitu kepala Rakha tepat berada di depan dadanya, Ica mulai mengumpulkan rambut hitam lebat Rakha menjadi satu ke belakang kemudian mengikatnya. Berada di jarak sedekat ini membuat Rakha menahan nafasnya dengan irama jantung yang tiba-tiba bertalu. Saat kembali tegak, rambut Rakha sudah terlihat rapi dan menambah kesan macho cowok tinggi itu. Ica tersenyum puas melihat hasil karyanya. "Udah! Sono gih, dipelototin coach lo noh!" usir Ica tanpa basa basi. Dia tidak sadar saja banyak pasang mata yang iri dengki melihat kedekatan mereka. Para cewek yang awalnya mengagumi Rakha harus menerima kenyataan kalau idol baru mereka itu sudah punya tambatan hati. Patah hati berjamaah nggak tuh. Rakha menoleh sebentar ke arah timnya. Dimas dan Andika sudah memberi kode agar Rakha segera ke lapangan. Dia memegang kunciran rambutnya sebentar, "Better, thanks Ca!" komen Rakha sambil mengacak surai panjang Ica yang kini tergerai. Tapi sebelum berbalik, Rakha sempat membisikkan sesuatu yang membuat Ica memekik sebal. "Btw, d**a lo ada tanjakan bukitnya juga, lumayan. Biarpun nggak setinggi gunung..." "Rakhaaa!!" *** "Risa!" sayup-sayup terdengar suara yang sebenarnya tidak asing bagi Ica memanggilnya. Di tengah hiruk pikuk penonton usai pertandingan. Satu persatu mereka mulai meninggalkan area gelanggang olahraga. Di babak semi final festival olahraga antar mahasiswa ini tentu saja di menangkan oleh tim Rakha. Rakha, Dimas, Andika dan tiga orang mahasiswa lainnya mewakili universitas, jadi meskipun beda jurusan, mereka tetap bisa jadi satu tim. Ica sudah ingin menoleh ke arah suara, sebelum Rakha memegang kepalanya dan tanpa peringatan mengecup dahi Ica lembut. 'Blush' Sontak saja tindakan tiba-tiba Rakha itu, membuat orang di sekitar mereka memekik tertahan karena kemesraan dua sejoli yang katanya sahabat ini. Ica memukul bahu Rakha saking malunya. Dia kesal bercampur kaget dan mau sekaligus. Ica tidak bisa menahan rona merah di pipi. "Kha, main nyosor aja lo! Emang gue cewek apa an? Lagian ini tempat umum tau," protes Ica. Rakja terkekeh, "Oh jadi kalau nggak di tempat umum boleh?" pancing Rakha. "Ya nggak gitu juga! Au ah lo random banget!" Ica kembali merengut. "Duileehh yang udah go public!" ledek Karin yang sejak tadi berdiri di belakang Ica. Dia memberi kode pada Bayu lewat lirikan matanya. "Ya udah deh, kita nggak mau ganggu! Yuk Rin, cabut!" Bayu menarik tangan Karin tergesa. "Eh ehh tunggu, gue balik sama lo Rin!" cegah Ica. "Nggak bisa Ca, gue mau jalan sama Bayu!" Karin lalu buru-buru mengikuti langkah Bayu ke arah luar. Kini Rakha yang sengaja memisah dari timnya tinggal berdua dengan Ica. Canggung tiba-tiba saja meliputi di antara dua sahabat itu. Ah, sahabat rasa kekasih lebih tepatnya. "Besok lo ikut gue ya, makan-makan ngerayain tim kita yang masuk final!" Rakha memecah kebisuan di antara mereka. "Sama tim lo? Nggak deh, gue malu," balas Ica. "Udah ikut aja, ada yang mau ketemu juga ntar!" Ujung mata Rakha menangkap pergerakan laki-laki yang memanggil Ica tadi. Buru-buru Rakha membalik badan Ica dan menariknya ke arah luar. "Siapa?" tanya Ica penasaran. "Besok juga lo tau!" Ica ingin protes lagi sebelum langkah mereka terhenti karena seorang gadis berkepang berdiri di tengah jalan mereka sambil tersenyum ke arah Rakha. "Selamat ya Kha, lo keren banget tau!" Rakha hanya tersenyum simpul menanggapi ucapan Alya. Beda dengan Ica yang menatap gadis itu dan Rakha bergantian. Rakha yang paham situasinya berinisiatif mengenalkan mereka. Padahal Ica sudah pernah bertemu Alya saat kuliah perdana, hanya saja Rakha tidak ada niatan untuk mengenalkan mereka saat itu. "Ca, kenalin ini Alya teman satu kampus gue!" Sorot mata Ica dan Alya kini bertemu. Sama-sama tersenyum canggung tapi tetap mengulur tangan untuk saling jabat. "Alya." "Marisa." "Udah ya Al, kita mau jalan dulu!" Tak ingin banyak basa basi, Rakha lalu memeluk pinggang Ica dan membawanya melangkah kembali. "Kha..." Suara Alya tertahan melihat sikap dingin Rakha tidak peduli lagi padanya seperti saat awal mereka bertemu. Geram, tentu itu yang dirasakan Alya. Tapi dia bisa apa, dia memang biasa mendapat perlakuan seperti itu dari orang-orang. Tapi dia ingin Rakha pengecualian. Di sisi lain, Said yang berhimpitan dengan penonton lain dan setumpuk brosur di tangan akhirnya pasrah menghentikan langkah menyusul Ica. Melihat sikap protektif Rakha pada Ica membuatnya kesal setengah mati. Dia merasa Ica masih kekasihnya. Sejak kelulusannya waktu SMP, perpisahannya bukan karena mereka sudah putus tali asmara. Tapi kenapa Rakha yang bersikap seperti kekasih Ica, bahkan sejak dulu-dulu. Tumpukan kertas di tangan Said berhamburan di tanah karena desakan penonton lain yang menabraknya. Said menunduk memungut satu persatu kertas itu sambil membenarkan letak kacamatanya. Kenapa? kenapa dia selemah ini? Apa yang berbeda dari dirinya hingga dia selalu di hina, di abaikan, dan di salahkan. Bukankah dia juga manusia yang punya hati. Said meremat selebaran itu kuat, sehancur hatinya yang remuk tak bersisa karena Ica kini juga tak peduli padanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD