04

835 Words
Raynard Ku genggam erat tangan Anna yang masih belum sadarkan diri, tanganya begitu dingin dan tubuhnya dibanjiri keringat dingin. “Bella, mengapa dia berkeringat dingin?” tanyaku pada Bella yang berada disebelahku. Sepertinya Anna melihat bagaimana aku membunuh Marcia, maka dari itu ia pingsan. Aku hanya bisa meringis melihat tatapan tajam Bella padaku, aku tau di pasti sedang menahan kekesalan padaku, tapi itu kan bukan salahku juga. Aku tidak tau bahwa ada Anna disekitar sana, dan juga suara langkah kaki Anna tidak ku dengar. “jangan menatapku seperti itu, aku takut kau jatuh cinta lagi denganku” Kali ini Sean juga ikut menatapku tajam, bahkan sekarang dia sudah menarik Bella dan memeluk pinggang Bella possessive. Hmm…..takut sekali serigala satu ini. “ini semua ulahmu Ray, lihat situasi dulu jika ingin menghabisi seseorang. Lihat sekarang Anna jadi tidak sadarkan diri!” “jangan salahkan aku Bella, aku tidak tau” “kau kan punya pendengaran yang tajam, kau pasti bisa mendengar suara langkah orang mendekat” “tapi sayangnya aku tidak bisa mendengar suara langkah Anna tadi” “cih….kau sudah mulai menjadi tuli, cepatlah mati, usiamu sudah sangat tua” Aku berdecit tidak suka, enak sekali menyuruhku mati. Dia fikir aku juga mau hidup lama seperti ini, tidak menua, dan tidak sakit. Tapi maaf jika aku harus mengakhiri hidupku secara sengaja, aku tidak akan mau. Aku masih menghargai hidupku, jika waktunya aku tiada, maka disitu akhir dari hidupku. “sudah kalian ini berisik sekali, lihat bahkan Anna sudah sadar karena ocehan kalian” aku mengabaikan ucapan ketus dari Sean, aku lebih memilih melihat Anna yang mulai membuka mata. Netra biru langit itu mulai terlihat, sekali lagi aku terpana dengan mata indah sebiru langit itu. sudah sepuluh tahun, kini aku kembali terhanyut dalam birunya netra itu, netra biru itu seperti menariku ke angkasa biru yang luas untuk dijelajahi, luas dan bersih membuat hatiku tenang dan senang diwaktu yang bersamaan. “bisa kau lepaskan tanganku” Aku tersentak saat Anna menatapku tidak suka, ternyata dia sudah sadar sepenuhnya. Apakah sejak tadi aku melamun? “sorry” ucapku canggung. Demi tuhan, mengapa aku seperti ini, mengapa mata itu seolah membuatku menjadi bukan diriku sendiri. Ayolah aku tidak pernah gugup bahkan ketika berhadapan dengan berbagai macam orang dengan berbagai macam profesi. tapi dihadapan Anna, gadis kecil yang sepuluh tahun lalu ku temui aku menjadi pria lemah. Bugh… Holy s**t! Apa yang baru saja terjadi, aku menatap sengit Bella, tidak punya perasaan sekali dia mendorongku sampai jatuh. “apa?” Sabarkan dirimu Ray, ingat Bella seorang wanita walau dia menyebalkan “Sean, aku harap kau akan sabar dengan tingkah Bella setelah ini” nasehatku pada Sean, aku harap dia akan sabar menghadapi Bella yang memiliki seribu satu macam sifat yang dapat berubah seperdetik. “dimana aku?” tanya Anna, aku masih memperhatikanya. “kau berada dikamarku” ucapku. Atensi Anna sepenuhnya tertuju padaku, aku tersenyum saat dia menatapku, berusaha tampak semanis mungkin. Tapi sayang, padahal aku sudah tersenyum padanya, jarang-jarang aku tersenyum pada seorang wanita. Tapi lihat bukanya membalas senyum ramahku, Anna menatpku sengit dan seperti tidak suka seperti itu, hei apa salahku? “mengapa aku bisa berada dikamar pria ini” tanyanya pada Bella. Mengapa aku sangat tidak suka dengan intonasi nada saat mengatakan pria ini? Seperti ada ketidak sukaan dan keengganan, aku memang pria tapi aku sedikit perasa dan peka. Aku terbiasa menjadi pria peka, hidup bersama Vian selama tiga tahun membuatku harus belajar peka. “it—“ “karena kau pingsan dan aku yang menggendongmu, makanya kau ada dikamarku” potong ku cepat. Anna diam tidak menanggapi, dia tampak enggan dan malas. Aish….wanita dan sikapnya yang rumit, aku salah apa sampai dia bersikap acuh seperti itu. kemana perginya gadis kecil yang imut sepuluh tahun lalu, mengapa sekarang gadis acuh dan datar. “Anna bagaimana kau bisa ada disana, bukanya aku sudah menyuruhmu untuk diam di vila. Mengapa kau tidak diam divila?” “diam divila sama dengan membiarkan kepala dan telingaku ternodai oleh suara-suara yang akan membuat ku seketika basah” “maksudmu?” “astaga Bella, apa aku harus frontal?” Aku masih diam menyimak pembicaraan dua wanita itu, aku pun tak mengerti maksud dari perkataan Anna. “aish…katakana saja” “mereka bermain kuda-kudaan disebelah kamarku” Hm…..sepertinya aku tau kemana maksud perkataan Anna, insting laki-laki ku mengatakan maksud dari perkataan Anna itu adalah b******a, ada yang sedang b******a disebelah kamarnya. “berhenti berputar-putar Anna, aku tidak mengerti” “sudah sayang , nanti malam pasti kau akan mengerti” ucap Sean yang mendapat jempol dari ku dan Anna. “mengapa nanti malam, aku ingin tau sekarang Sean!” seru Bella. Aku tau Bella, dia jika sudah penasaran pasti akan mencari tau sampai dia mendapat jawaban, terberkatilah Bella dan segala keingin tahuannya. “oke, akan ku tunjukan sekarang juga” ucap Sean semangat dan langsung menggendong Bella bride style. “yak Sean, kau mau bawa kemana Bella, hei!” teriak Anna saat Sean dan Bella sudah hampir hilang dibalik pintu kamar. Aku menahan tangan Anna saat dia akan bangun dari ranjang “kau mau kemana?” tanyaku. Dengan kasar dia menepis tanganku, bahkan kini dia menatapku tidak suka. “tentu saja pergi dari tempatmu ini tuan, dasar bodoh” Cup… Rasa bibirnya berbanding terbalik dengan kalimat yang keluar dari bibir semanis ini, s**t! Ini sangat manis. Aku sedikit melumat bibir bawahnya, tidak ada penolakan dari Anna. Hanya tubuh Anna yang seketika kaku yang aku yakini dia masih kaget. Aku tampak b******k langsung mencium gadis yang belum dua puluh empat jam aku temui, tapi bibirnya yang sejak tadi berkata ketus padaku itu sangat terlihat manis dimataku, dan benar rasanya manis. Bugh…. “AW!” Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD