Bab 1. Hari Kecelakaan Maut
"Selamat Ulang Tahun, Selamat Ulang Tahun. Bahagia Sejahtera. Selamat Ulang Tahun".
Betapa bahagianya aku mendapat kejutan ulang tahun ke-24 dari suamiku Febrian ( Febri ). Febri membangunkan tidurku tepat jam 12 malam dan membawaku ke ruang tengah. Ruang tengah sudah dihias dengan balon-balon dan di meja sudah ada kue ulang tahun serta beberapa kado. Di ruang tengah, juga sudah ada Alesandra ( saudara kembarku ), Ocean ( putraku yang baru berumur 14 bulan ) dan Erick ( teman kami sepanti sedari kecil ).
"Mah, buatlah permintaan lalu tiup lilinnya".
"Iya, Pah, tapi aku ingin meniup lilin bersama Alesandra".
"Papah sudah sedia 2 kue untuk kalian".
"Papah paling the best, makasih ya Pah".
"Iya, makasih ya Febri", ucap Alesandra, kamu memang lelaki idaman.
Alesandra adalah saudara kembarku, tapi karena sejak lahir kami di tinggalkan orang tua kami di panti. Kami tidak tahu siapa diantara kami yang lebih awal lahir.
Dilihat dari sifat dan sikap kami, Alesandra lebih dewasa dan berani jadi kami sepakat kalau Alesandra sebagai kakak dan aku adik.
Aku mengucap doa meminta agar kami selalu bisa berkumpul bahagia seperti ini lalu aku meniup lilin kue ulang tahunku. Alesandra juga meniup kue ulang tahunnya. Kami saling berpelukan. Kami ini kembar indetik sampai Sean pun kadang salah memanggil mamanya.
Kita saling mengucapkan selamat dan doa yang terbaik. Selain menyiapkan pesta kecil ini, Febri juga memberi aku kejutan voucher menginap di hotel bintang lima selama 3 hari.
Wah aku sangat bahagia bisa memiliki quality time bersama suami dan putraku. Iya karena Febri selalu sibuk dengan pekerjaannya tapi itu ia lakukan karena ingin membahagiakan keluarga kecilnya.
"Kapan kita berangkat Pah? Aku harus segera berbenah. Makasih ya hadiahnya. Mamah bahagia", sambil memeluk Febri.
"Sean ( panggilan kami untuk Ocean ), kita mau jalan-jalan nih, cium Papah", sambil menggendongnya.
Selesai pesta, aku merapihkan beberapa pakaian dan perlengkapan yang akan kami bawa. Lalu pergi tidur sebentar karena rencananya kami akan pergi jam 7 pagi.
Setelah siap aku, Febri dan Sean berangkat. Alesandra dan Erick mengantar kami sampai mobil.
"Have fun, ya, Di. Hati-hati di jalan. Febri jagain mereka ya".
"Oke, Ales".
Lalu kami pun saling melambaikan tangan.
Aku dan Alesandra di besarkan di panti daerah pedesaan. Jadi setelah menikah aku memutuskan untuk tinggal di daerah pedesaan karena aku suka hawa pedesaan. Walaupun jarak ke kota agak jauh dan jalanannya yang berkelok tapi kami bahagia tinggal di sana.
Semuanya tampak biasa saja, Febri mengemudi mobil, Aku duduk di sebelah Febri dengan Sean di pangkuanku. Sean masih terlelap.
Tiba-tiba ban mobil kami pecah tapi Febri belum sempat mengerem dan mobil kami kehilangan kendali. Mobil kami berguling terjatuh ke jurang. Aku memeluk Sean dengan erat agar tidak terlepas dari pelukanku. Lalu mobil berhenti berguling dengan posisi menjepit badanku.
Febri mendobrak pintu mobil dan berhasil keluar. Aku memberikan Sean terlebih dahulu ke Febri, syukurlah Sean baik-baik saja dan hanya mengalami luka lecet, Sean pun menangis dengan kencang. Sementara Febri meletakkan Sean, aku mencoba melepas belt tapi badanku terjepit. Febri kembali untuk menolongku tapi tiba-tiba......
"DWARRRR!!!!!!", suara ledakan membuat Febri terpental dan aku masih di dalam mobil itu.
Aku melihat Febri tak sadarkan diri dengan jarak 2 meter dari mobil kami yang terbakar. Sedang Sean masih menangis tapi Sean berada 5 meter, cukup jauh dari mobil.
Aku berlari menghampiri Febri, tubuhnya penuh luka karena dampak ledakan. Aku mencoba menolongnya, aku ingin meraih tangannya tapi
"Apa ini??? Kenapa aku tak bisa menyentuhnya? Iya tanganku menembus tubuh Febri".
Lalu aku berteriak memanggil namanya, "Feb, Feb, Febri", sambil menangis.
Lalu aku berlari menghampiri Sean yang masih menangis. Aku ingin menggendongnya, aku ingin menenangkannya tapi tetap sama aku tidak dapat menyentuhnya. Aku juga terus memanggil Sean.
"Sean, ini mama, Sean...., "
Tak lama terdengar suara sirene ambulance berdatangan ke tempat kejadian. Dan juga pemadam kebakaran beserta beberapa tim evakuasi segera turun ke jurang.
Aku berteriak-teriak memanggil mereka namun mereka semua mengabaikanku.
"Kenapa semua orang tidak mendengarkanku?"
Tim evakuasi segera mengangkat tubuh Febri dan membawanya ke ambulance. Sean juga digendong mereka dan membawanya ke ambulance.
Sementara tim pemadam masih berusaha memadamkan api. Api berhasil di padamkan dan di dalam mobil itu ada sosok yang tubuhnya hangus terbakar. Aku melihat sosok itu dan mengingat segala kejadian yang baru saja terjadi.
"Aku tadi masih di dalam mobil dan tiba-tiba aku sudah diluar",
Saat itu seseorang berdiri di sampingku.
"Nama Diandra, usia 24 tahun, meninggal karena kecelakaan, waktu meninggal pukul 07.46".
Aku tercengang mendengar hal itu. Tidak mungkin jadi sosok yang terbakar itu adalah aku.
"Kamu harus ikut denganku, aku malaikat penjemput, aku akan mengantar kamu ke alammu".
"Tapi aku ingin melihat suami dan anakku terlebih dahulu, tolong berikan aku waktu".
"Kamu sudah tidak ada hubungan apapun dengan manusia yang masih hidup jadi kamu harus ikut denganku sekarang".
Diandra menangis dan dengan berat hati mengikuti malaikat itu. Kami berjalan melewati jalan yang panjang dan sampai di sebuah gerbang. Gerbang itu bertuliskan Gerbang Reinkarnasi. Di gerbang tersebut ada daftar nama-nama orang yang meninggal dan saat dicari namaku tidak ada di daftar mereka.
Malaikat Darius, namanya belum ada di daftar kami, jadi dia belum bisa memasuki gerbang ini.
Baiklah kalau begitu aku akan membawanya ke dunia arwah.
"Malaikat Darius, apa itu namanya dan dunia arwah, tempat apa itu".
"Ikut denganku".
Akupun mengikutinya dan sampailah kami pada sebuah pintu di sebuah gang buntu.
Ini adalah pintu menuju dunia arwah. Karena namamu belum terdaftar kamu harus tinggal di dunia ini sebagai arwah.
Ada 2 hal peraturan yang harus dipatuhi arwah.
Pertama, kamu tidak boleh menganggu manusia
Kedua, kamu tidak boleh mencampuri urusan manusia.
Jika kamu melanggar maka kamu akan di kurung sebagai hukumannya.
Kamu bebas keluar masuk melalui pintu ini tapi ingat 2 peraturan tadi.
"Jadi aku boleh keluar masuk pintu ini, aku boleh menemui suami dan anakku".
Kamu boleh melakukan apapun asal tidak melanggar peraturan. Aku akan mengawasimu sampai waktu aku menjemputmu kembali.
"Sampai kapan aku harus menjadi arwah?"
"Itu rahasia Tuhan".
Sekarang kita masuk terlebih dulu aku akan menjelaskan beberapa hal.
Lalu Diandra dan Malaikat Darius memasuki "Dunia Arwah".