Mobil ambulance yang membawa Alesandra sudah sampai di rumah sakit. Alesandra langsung di bawa ke IGD dan di tangani dengan baik oleh dokter dan perawat. Alesandra hanya mengalami luka-luka luar jadi tidak ada yang membahayakan. Setelah luka-luka nya dibalut, Alesandra di pindahkan ke ruang rawat.
"Bapak, tidak perlu khawatir, ibu Alesandra hanya mengalami luka luar, dan tidak ada cedera berat".
"Tapi mengapa dia belum sadar, Dok?"
"Mungkin akibat syok, tapi beliau akan segera sadar".
"Terimakasih, Dok".
Febri bersama Ocean menjaga Alesandra dan akhirnya tertidur di sofa.
Alesandra melihat Febri dan Ocean yang tertidur di sofa. Alesandra mencoba mengingat kejadian yang di alaminya. Dia ingat telah berada di rumah Febri dan mencium bau gas lalu menuju dapur dan setelah itu...., dia merasakan ada yang memeluk dirinya. Lalu dia tidak ingat lagi apa yang terjadi.
Sementara Erick terus memantau keadaan Alesandra dari luar. Erick sangat menyesal karena dia, Alesandra menjadi terluka.
"Seharusnya Febri yang terluka, bukan kamu Ales. Lihat saja aku akan membalas Febri".
Erick masuk ke kamar Alesandra. Dia tidak tahu Alesandra sudah tersadar. Erick melihat Febri yang tertidur. Erick mengeluarkan pisau kecil dari sakunya dan hendak menusuk Febri.
Tapi Alesandra yang masih lemas berusaha bangun dan mendorong Erick. "Erick, apa yang mau kamu lakukan? Cukup, Rick. Kenapa kamu jadi seperti ini?"
Febrian langsung bangun mendengar suara Alesandra.
"Ales, kamu sudah sadar? Dan Erick, ada apa dengan kalian?"
Febrian melihat pisau kecil di tangan Erick, Erick berusaha menyerang Febri kembali tapi Febri berhasil menghindar dan menghempas pisau dari tangan Erick.
"Erick, kenapa kamu menyerangku?"
"Kamu seharusnya membahagiakan Alesandra bukan membuatnya menderita".
"Ada apa ini, Les, jelaskan padaku?"
"Feb, sebenarnya kecelakaan yang menyebabkan Diandra meninggal, itu karena Erick. Ericklah yang menebar paku di jalan".
"Jadi, maksudmu pelakunya adalah Erick, lalu kenapa dia melakukan hal itu?"
"Itu karena aku Feb, Erick tahu kalau aku mencintaimu dan aku iri dengan kebahagiaan Diandra. Tapi ini salah paham, Feb, aku iri tapi bukan berarti aku ingin merenggut kebahagiaan kalian".
"Iya, Rick, aku ingin bahagia, bahagia seperti Diandra. Tapi bukan mengorbankan kebahagiaan orang lain. Tolong mengerti, Rick. Bukan ini yang ku mau. Jadi, tolong berhenti melakukan hal bodoh. Aku tidak menginginkan semua ini. Atau lebih baik aku yang mati, agar kamu bisa sadar dan mengerti".
Alesandra mengambil pisau kecil yang tergeletak di lantai lalu meletakkannya di dadanya.
"Ales, jangan, lepaskan pisau itu, itu berbahaya".
"Erick, serahkan dirimu ke polisi dan biarkanlah Febri dengan jalannya sendiri. Aku ikhlas jika harus pergi sekarang".
"Ales, aku mohon Les, aku akan menyerahkan diriku tapi jangan melukai dirimu. Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri. Maafkan aku Les", Erick berlutut di lantai.
Dan saat itu para perawat yang mendengar keributan mendatangi kamar Alesandra lalu memanggil pihak security.
Erick lalu dibawa dan diamankan pihak kepolisian. Situasi menjadi tenang kembali dan Alesandra menceritakan segala hal yang terjadi bahwa semua ini Erick lakukan karena dia ingin melihat aku bahagia. Tapi dia salah mengartikan kebahagiaan yang aku inginkan sehingga Diandra harus menjadi korban.
"Maafkan aku Feb, hanya itu yang bisa aku minta darimu. Aku tidak mungkin meminta hatimu, aku tidak akan menganggu kehidupan kamu lagi Feb".
Ocean tiba-tiba terbangun dan berjalan ke arah Febri dan Alesandra lalu memanggil mereka.
"Papah... Mamah...", dan memeluk mereka.
Febri melihat Ocean, mata Ocean penuh cinta untuk Ales, senyum dan tawa Ocean saat bersama Alesandra, bagaimana bisa aku mengambil itu semua dari Sean. Tapi apa bisa aku mencintai Alesandra dengan tulus setelah mengetahui kebenaran ini.
"Ales, aku tidak tahu hatiku sekarang ini, tapi satu hal yang pasti aku ingin kamu menjadi ibu bagi Ocean. Tetaplah disini Les dan menikah denganku. Mungkin kita bisa memulai dari awal".
"Feb, aku terlalu merasa bersalah, aku tidak yakin bisa memaafkan diriku".
"Pertimbangkan keputusanmu, Les. Aku akan menunggu jawabanmu nanti".
Beberapa hari berlalu, aku yang berada di dunia arwah masih merasa down karena Leon. Leon mengorbankan dirinya sendiri untuk diriku yang telah menolaknya. Betapa jahat diriku, tapi aku pun ingin mengetahui kabar Alesandra, Febrian dan Ocean sehingga aku memutuskan untuk melihat mereka.
Aku mengunjungi rumah sakit tempat Alesandra di bawa malam ini. Tak berapa lama aku sudah menemukan kamar rawat Alesandra. Aku melihat Alesandra sedang di periksa dokter.
"Bu Alesandra, kondisi anda sudah stabil, besok pagi anda sudah boleh pulang".
"Iya, terimakasih Dok".
Lalu dokter meninggalkan ruangan dan sekarang hanya ada kami berdua.
Aku melihat Alesandra sudah sehat, lukanya juga sudah tampak mengering.
"Syukurlah, Ales, kamu tidak apa-apa", aku memandangnya dengan tersenyum.
Tapi tiba-tiba Alesandra menengok ke arahku.
"Di, Diandra, Apa ini kamu Di, apa kamu di sini, Di?"
Aku terkejut dan segera memundurkan langkahku.
"Apa Alesandra bisa melihatku atau mendengarku, mengapa dia bereaksi seperti itu?"
Lalu Febri masuk bersama Ocean sambil membawa makanan.
"Ales, ada apa? Mengapa kamu tampak bingung?"
"Feb, aku seperti mendengar suara Diandra tadi, iya, aku yakin itu suara Diandra, Diandra pasti ada di sini sekarang".
"Ales, mungkin kamu berhalusinasi, Diandra pasti sudah tenang di sana".
"Tapi,..., aku yakin Diandra selalu melihat kita. Kejadian ledakan kemarin, aku yakin saat itu aku masih di dapur dan ketika ledakan terjadi, ada seseorang yang memelukku seperti melindungiku. Setelah itu aku tidak ingat apa-apa".
"Tapi aku melihatmu sudah berada di luar terbaring tak sadarkan diri bersama Ocean di sampingmu. Bukankah kamu yang membawa Ocean keluar?"
"Aku tidak bersama Ocean saat itu, aku baru hendak mencarinya".
"Lalu siapa yang membawa Ocean keluar waktu itu. Benarkah Diandra yang membawa dan melindungi Ocean serta menyelamatkanmu".
Mereka saling menatap satu sama lain.
"Lebih baik kita mengunjungi makam Diandra besok. Sudah lama kita tidak ziarah, Feb. Besok aku sudah boleh pulang. Bagaimana kalau besok sebelum pulang kita ziarah dulu, Feb".
"Ide bagus, aku juga ingin mendoakan Diandra dan meminta restu Diandra untuk menikah denganmu. Apa kamu sudah memikirkan jawabannya, Les?"
"Feb, aku masih butuh waktu".
"Aku akan menunggu, Les"
Jadi Alesandra bisa mendengarku. Benarkah? Dan Febri tetap akan menikah dengan Alesandra. Ini hal yang baik, aku akan meyakinkan Alesandra untuk menikah dengan Febri.