Ketika suasana menegang, Erick datang ke ruangan dan memberi pernyataan bahwa pada saat kejadian Alesandra berada bersamanya di ruang tamu sampai dini hari dan dia bisa pastikan Alesandra tertidur lelap sampai pagi hari, jadi tidak mungkin Alesandra yang mencelakai Diandra.
"Benar Pak, malam itu saya bersama Alesandra di ruang tamu sampai pukul 3 pagi, lalu Alesandra ke kamarnya untuk tidur. Saya melihat Alesandra tertidur lelap, saya pun membersihkan ruang tamu sampai pagi hari. Jadi jika Alesandra keluar rumah pasti saya melihatnya tapi saya tidak melihatnya. Bahkan pagi itu sebelum berangkat, saya yang membangunkan Alesandra di kamarnya".
Erick menajamkan matanya, "Jadi, tuduhan anda tidak mendasar. Saya harap Bapak segera membiarkan Alesandra pulang atau saya akan menuntut Bapak dan wanita licik ini dengan tuduhan palsu".
"Ayo, Alesandra kita pulang sekarang", ajak Erick.
Erick meraih tangan Alesandra dan keluar dari ruangan tersebut. Sementara Febrian masih tertegun di sana. Kini, Febri merasa bingung, dia tidak tahu harus mempercayai siapa. Febri pun pamit dan berjalan pulang. Aku dengan segera mengikuti Febri menuju mobil.
"Maaf Pak Frans, lebih baik anda mencari bukti bukan langsung menuduh seperti itu. Saya pamit".
"Tania, kenapa kamu tiba-tiba datang dan berkata seperti itu? Kakak sebagai pihak yang mengerti hukum harus mengikuti aturan hukum yang berlaku. Kakak salah terlalu mendengarkanmu? Sepertinya kamu tidak menyukai Alesandra tapi Kakak harus punya bukti. Jadi tolong kamu jangan ikut campur lagi dengan kasus ini".
Tania menghentakkan kakinya karena merasa kesal dan pergi dari sana.
Di mobil, Febri seperti tidak fokus berkendara. Dia hampir menerobos lampu merah dan menabrak pejalan kaki. Untungnya, Febri dapat mengerem tepat waktu.
"Feb, awas", aku berteriak karena Febri hampir menabrak pejalan kaki yang menyeberang.
"Diandra, tadi aku seperti mendengar suara Diandra", gumam Febri sambil menengok ke kiri dan ke belakang.
"Apa Febri tadi mendengar suaraku?", tanya ku dalam hati.
Lalu kami melanjutkan perjalanan menuju rumah.
Sementara Alesandra dan Erick berada di mobil berdua pun berbincang. Alesandra membuka pembicaraan dengan Erick.
"Terimakasih Rick, kamu datang tepat waktu. Aku sudah tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan saat mendapat tuduhan tadi. Mereka menyudutkan aku dan Febri pun tak membelaku".
"Tenang Ales, aku akan selalu melindungimu, tak akan ku biarkan siapa pun menyakitimu sama seperti dulu kamu selalu melindungiku saat orang-orang membullyku, kamu bahkan rela terluka saat itu untuk menolongku. Kamu melawan orang yang jauh lebih kuat darimu tapi kamu tak takut. Kamu tidak lari saat itu tapi rela di pukul menggantikanku. Sejak saat itu, aku berjanji pada diriku tidak akan membuat kamu terluka dan tidak ada yang bisa melukaimu, aku ingin melihatmu selalu bahagia, Ales".
"Erick, kamu ada untuk aku sekarang ini pun, aku sudah bahagia".
"Rick, aku mau bertanya sesuatu, aku ingat pagi itu kamu tidak membangunkanku, aku melihatmu seperti dari luar karena kamu berpakaian serba hitam. Apa yang kamu lakukan pagi itu?"
Erick menepikan mobilnya.
"Pagi itu, aku habis jogging sebentar, Ales".
"Tapi, tadi kamu bilang kamu beberes rumah sampai pagi. Erick, kamu tidak melakukannya bukan?"
"Apa maksudmu, Ales?"
"Kecelakaan itu, bukankah hanya aku dan kamu yang tahu mereka akan berlibur pagi itu, Erick, tolong katakan yang sebenarnya, apa yang kamu lakukan pagi itu?"
Erick menatap Alesandra, "Alesandra, aku ingin kamu bahagia, hanya itu, aku tahu kamu tidak bahagia melihat kehidupan Diandra yang begitu bahagia. Jadi, aku hanya ingin membuat mereka cedera".
Alesandra terdiam tak percaya apa yang barusan dia dengar dari mulut Erick.
"Jadi benar Rick, kamu yang menebar paku sehingga kecelakaan itu terjadi? Kenapa Rick, kenapa kamu tega berbuat itu? Diandra itu saudara aku, Rick, aku menyayanginya. Bagaimana bisa kamu berkata semua ini untuk membuat aku bahagia. Justru ini semua menghancurkan kebahagiaan ku".
"Ales, Diandra itu tidak pantas lebih bahagia darimu. Kamu itu lebih cantik, lebih pintar, lebih berani dan lebih pantas bahagia. Kamu yang bilang kepadaku hari itu, kamu ingat kan".
Hari itu, hari sebelum kecelakaan terjadi, aku sempat mencurahkan isi hatiku kepada Erick.
"Erick, bukankah aku lebih cantik, lebih pintar, lebih segalanya dari Diandra tapi aku tidak lebih bahagia darinya. Dia memiliki kebahagiaan yang sempurna, suami yang mencintainya, lihat semua ini sudah Febri persiapkan untuk hari ulang tahun Diandra. Juga Ocean, lucu dan menggemaskan. Sedangkan aku begitu menyedihkan, Darren membodohiku dan mengkhianatiku".
"Jadi, ini semua aku lakukan demi kamu, Ales".
"Kamu salah, Rick. Bukan begitu maksud aku? Bukan seperti itu. Mengapa kamu bisa menyimpulkan bahwa aku ingin Diandra tidak bahagia? Aku bahagia melihat Diandra bahagia, Rick. Kamu tidak seharusnya melakukan hal itu. Aku akan merasa bersalah sekarang karena tahu ternyata akulah penyebab kematiannya. Aku perusak kebahagiaan Diandra. Aku ini saudara yang jahat", Alesandra menangis dengan kuat.
"Erick, kamu harus meminta maaf pada Febrian, pada Diandra, pada Ocean. Aku harus memperbaiki segala kesalahan ini. Aku harus pergi meninggalkan Febri dan Sean sekarang. Aku tidak pantas berada bersama mereka. Akulah yang merenggut kebahagiaan mereka".
"Alesandra, dengarkan aku, jika orang yang membuat kamu bahagia malah menyakitimu, maka aku akan melenyapkan mereka. Seperti itu yang aku lakukan pada Diandra. Akupun tidak bermaksud membunuh Diandra, tapi dia meninggal saat itu. Itu hanya kecelakaan kecil".
"Kecelakaan kecil, Rick, kamu bilang, kamu telah membuat Diandra tewas di tempat kejadian dengan tubuh yang hangus terbakar. Kamu bilang itu kecelakaan kecil. Aku tidak percaya kamu Erick yang aku kenal selama ini. Erick yang baik dan sabar berubah seperti monster yang menakutkan".
"Cukup, Ales, aku ini menyayangimu. Aku mencintaimu tapi aku ini pincang. Aku bukan lelaki sempurna, aku tidak bisa mejadi lelaki yang membuatmu bahagia setidaknya aku bisa melihatmu bahagia".
"Erick, kamu sudah tidak waras", sambil menggelengkan kepalanya.
"Aku melakukan semua ini dengan sadar, Ales, jika Febri tidak bisa membahagiakan mu juga akan lebih baik dia menyusul Diandra".
"Apa maksudmu, Rick?"
Alesandra segera turun dari mobil dan bergegas pulang ke rumah Febrian.