13. Heart Beating

1115 Words
“Aaa....” Alexa mendekatkan sendok yang berisi es krim penuh ke mulut Kenzo. Pria itu tertegun, ia sedikit memundurkan tubuhnya untuk menatap es krim yang berada sangat dekat dari bibirnya lalu menatap Alexa dengan perasaan geli. “Tenang saja, aku membeli dua es krim. Jadi, sendoknya bukan bekas dari mulutku,” ucap Alexa seolah ia menebak isi pikiran Kenzo. Kenzo membuka mulutnya, melahap es krim yang disodorkan Alexa, rasa manis langsung menjalari rongga mulutnya. Manis dan lembut, mungkin seperti bibir Alexa. “Aku tidak keberatan jika itu bekasmu,” ucapnya menggoda Alexa. “Kata Mommy, coklat bisa memperbaiki suasana hati kita yang kacau,” ucap Alexa sambil kembali menyendok es krim lalu menyodorkan kepada Kenzo. Kenzo yang sedang menerima suapan es krim buru-buru menelan es krim di mulutnya tanpa menikmati terlebih dahulu. “Jadi, kau sedang menghiburku?” “Anggap saja aku sedang menebus kesalahanku, kau mungkin akan di putuskan oleh Luna gara-gara ulahku,” jawab Alexa sambil menunduk memfokuskan tatapan matanya kepada mangkuk es krimnya. Kenzo diam-diam tersenyum menanggapi ucapan gadis di depannya yang berusaha menghiburnya, sesungguhnya ia justru merasa aneh karena pertengkarannya dengan Luna sama sekali tidak membebaninya meski hubungan mereka mungkin akan mengalami sedikit keretakan. Luna memutuskan kembali ke Tokyo terlebih dulu setelah beradu mulut dengan Alexa beberapa jam yang lalu. Kenzo menghela napasnya lalu perlahan mengembuskannya. Luna yang selam ini ia kenal sangat pengertian, santai dan tidak pernah peduli kepada hal-hal sepele nyatanya kekasihnya itu tidaklah begitu. Ketika Kenzo mencoba menengahi mereka, Luna memilih menjauh dan ketika ia hendak mengejar kekasihnya, Alexa tidak mengizinkannya. "Kau tidak kuizinkan mengejarnya!" Seru Alexa dengan nada diktatornya. Luna adalah kekasihnya sementara Alexa adalah tanggung jawabnya selama di Tokyo. “Alexa... jangan bersikap kekanakan, oke?” Alexa melengos. “Bukankah kau sendiri yang selalu menganggap aku anak kecil? Dan lagi pula memangnya kenapa kalau aku masih kecil?” Ia juga melangkah menjauhi Kenzo seperti halnya Luna. Kenzo mengusap rambutnya dengan kasar sambil melangkah mengikuti Alexa. “Alexa, dengarkan aku dulu.” Pria itu meraih pergelangan tangan Alexa. Kenzo memejamkan matanya, sedetik kemudian ia telah memutuskan siapa yang harus ia pilih, urusan Luna akan ia beeskakan setelah Alexa kembali ke London, ia akan menyelesaikan kesalahpahaman di antara mereka. Kenzo yakin sekarang Luna hanya perlu waktu berpikir. Pria itu mengajak Alexa ke sebuah restoran di area studio, mereka perlu membasahi kerongkongan dan mungkin menikmati makanan sambil mengobroll, diam-diam ia mengirim pesan singkat kepada Luna. Ketika sendok es krim ketiga menyentuh bibir Kenzo, lamunan pria itu buyar. Ia menerima suapan dari Alexa sambil menangkap pergelangan gadis itu dengan lembut lalu sengaja menjilat punggung telapak tangan Alexa dengan gerakan menggoda. Alexa memekik. “Ken, kau jorok!” katanya sambil menarik tangannya menjauh, wajahnya tampak bersungut-sungut. Kenzo terkekeh. “Cara menghibur orang dewasa patah hati itu bukan dengan memberinya es krim,” ujarnya sambil melepaskan pergelangan tangan Alexa dari tangannya. Alexa mengelap tangannya menggunakan tisu. “Jadi, bagaimana?” tanyanya dengan sangat polos. Kenzo menopangkan dagunya di atas kedua telapak tangannya, tatapan matanya menatap bibir Alexa yang sedang menyendok es krim rasa stroberi di mangkoknya. “Cara menghibur orang dewasa itu dengan cara menciumnya,” katanya setengah berbisik. Alexa memasukkan es krim ke mulutnya. “Kau c***l!” ucapnya tanpa menatap ke arah Kenzo. Tetapi, Kenzo dapat melihat jika kulit wajah gadis itu telah bersemu merah hingga ke kulit leher dan telinganya. “Bukankah kau tadi mengatakan kau ingin menebus kesalahanmu?” Kenzo selalu semakin menggoda Alexa. Alexa mengangkat kepalanya, ia menatap Kenzo dengan tatapan galak. “Tidak dengan ciuman,” ucapnya ketus sambil meletakkan sendok es krimnya dengan posisi menancap di es krim. “Bibirku masih suci, asal kau tahu!” Kenzo diam-diam menyeringai di dalam benaknya. “Oh, masih suci....” Ia meraih mangkuk es krim milik Alexa lalu menikmati es krim rasa stroberi yang menurutnya kekanakan. Alexa mengerutkan hidungnya. “Itu bekas mulutku. Ken, kau c***l!” “Hah? Sejak kapan memakan es krim stroberi dikatakan sebagai perbuatan c***l?” Ia menaikkan sebelah alisnya, sudut bibirnya terangkat. “Asal kau tahu, aku tidak suka es krim coklat. Aku suka stroberi.” Pria itu tentu saja berbohong. Alexa meraih ponselnya, mengutak-atik layarnya tanpa tujuan. Ia merasa sangat gugup karena Kenzo menggodanya, apakah ciuman seperti saat ia mencium Crystal? Atau ciuman seperti ayah dan ibunya? Di... bibir. “Gadis kecil, apa kau ingin duduk di sini hingga tempat ini tutup?” Kenzo mencolek pipi Alexa yang tampak sedang melamun. “Ayo kembali, ramalan cuaca mengatakan akan turun hujan sebentar lagi.” “Kembali ke Tokyo?” tanya Alexa sambil menatap Kenzo dengan tatapan sayu seolah enggan kembali ke Tokyo. “Apa kau ingin menambah satu hari lagi di sini?” Alexa buru-buru mengangguk, ia tidak ingin kembali ke Tokyo yang berarti jika mereka kembali ke Tokyo, Kenzo akan bertemu Luna, gadis seperti tante-tante penggila kerja itu. Alexa tidak menyukai itu. “Aku menyukai kota ini,” ujarnya. “Sepertinya ide bagus menambah satu hari lagi di sini.” Kenzo menengadahkan telapak tangannya, menanti uluran tangan Alexa untuk menyambutnya. Ketika Alexa menerima uluran tangannya, kulit mereka bersentuhan dan seolah aliran listrik mengaliri darah Kenzo. Ia menggenggam erat tangan Alexa, membawa gadis itu berjalan menuju keluar dari area Universal Studio. Di bagian depan tempat itu terdapat banyak toko makanan, Kenzo membawa Alexa masuk ke salah satu stand kopi yang tersebar di seluru dunia. “Mungkin kau memerlukan ini untuk koleksimu,” ucap Kenzo sambil meraih salah satu tumbler Starbucks edisi khusus Jepang yang bergambar kuil di Jepang. “Jika kau ke sini saat musim semi, akan ada edisi bergambar bunga sakura,” ucap Kenzo. “Benarkah?” Alexa tampak sangat tertarik. “Apa ada juga yang bergambar maple saat musim gugur nanti?” “Tentu saja. Dan itu, sebentar lagi. Kau menginginkannya juga?” Alexa mengangguk. “Kalau begitu datanglah setiap musim ke sini,” ucap Kenzo sambil mengacak-acak rambut di puncak kepala Alexa. “Aku akan datang setiap musim asal kau berjanji menemaniku,” kata Alexa. “With my pleasure, Princess.” *** Hujan mengguyur Osaka seperti yang diramalkan oleh badan cuaca setempat, kedua orang itu bernaung di sebuah toko terdekat. Alexa menolak kembali ke hotel menggunakan taksi dari stasiun kereta. Ia memilih berjalan kaki meskipun ia tahu mungkin saja mereka dihadang oleh hujan di tengah jalan. Kenzo menarik Alexa memasuki sebuah toko, di sana ia membeli satu buah payung dan beberapa botol minuman juga camilan. Karena malam ini cuaca hujan, mungkin mereka berdua tidak bisa berjalan-jalan menikmati malam di kota itu. Jadi, mungkin menonton acara televisi sambil mengobrol adalah pilihan tepat. Setelah membayar semua yang ia beli, Kenzo menarik Alexa mendekat kepadanya. Alexa memberengut, ia melayangkan tatapan protes kepada Kenzo karena jarak tinggi badan mereka yang terlalu jauh. Payung tidak melindunginya sepenuhnya dari air hujan. “Seharusnya kau membeli dua payung.” Gadis itu bersungut-sungut mengucapkan kalimatnya. Kenzo merangkul bahu Alexa. “Satu payung berdua, sangat romantis bukan?” Alexa mencebik meski di dalam hatinya membenarkan ucapan Kenzo, mereka berdua di bawah satu payung. Seperti dalam anime romantis yang terkadang Alexa tonton. Tiba-tiba jantungnya berdetak tidak menentu, lengan Kenzo yang merangkul bahunya seolah menghantarkan arus listrik di darahnya, jaraknya dengan Kenzo yang begitu dekat... rasanya berbeda. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD