12. Like a Fairy

1077 Words
"Selamat pagi, Ken." Luna mengecup sebelah pipi Kenzo, ekor matanya mengarah kepada Alexa yang duduk tepat di depan Kenzo. "Selamat pagi." Kenzo membalas sapaan Luna tanpa membalas kecupan kekasihnya. Pagi itu suasana di kamar yang mereka tempati teramat sangat kaku, entah hanya Kenzo yang merasa suasana menjadi tidak nyaman atau Alexa juga merasakannya. Yang jelas gadis manja yang duduk dengan tenang sambil menikmati sarapannya itu tampak terus memasukkan makanan ke dalam mulutnya tanpa terganggu oleh kehadiran Luna. Sepertinya ia malah menganggap Luna tidak ada. "Kau memesan begitu banyak makanan, terima kasih, kau menyiapkan makanan kesukaanku," ucap Luna sambil meletakkan bokongnya di kursi tepat di samping Kenzo. Meja makan yang ada di kamar yang mereka tempati berbentuk bulat dengan empat kursi, mereka berempat duduk melingkar. Luna menggeser kursinya mendekatkan jaraknya ke tubuh Kenzo seolah menunjukkan provokasi bahwa Kenzo adakah milikinya. Tadi malam perdebatan mereka berakhir dengan Luna terpaksa mengalah, ia harus menerima Kenzo tetap tinggal satu kamar dengan Alexa meski ia tahu Kenzo tidak tidur di ranjang bersama Alexa dan pintu penghubung juga di biarkan terbuka. Tadi malam, selah memastikan Alexa terlelap Kenzo meminta satu selimut tambahan dari hotel dan ia harus rela kembali tidur di atas sofa. Sementara Alexa, meski ia bersikap tenang dan tidak peduli dengan kehadiran Luna, diam-diam gadis itu menggerutu di dalam benaknya. Mulutnya gatal tidak terkira untuk mengejek Luna karena gadis itu mengira Kenzo yang memesan makanan pagi itu. Gadis dengan wajah serius di mata Alexa itu terlalu lama berdandan hingga tidak tahu jika Alexa yang memilih semua menu makanan secara acak dan jika ada makanan kesukaan Luna, itu hanya kebetulan. "Jadi, hari ini kita akan ke mana?" tanya Luna setelah sepanjang acara sarapan itu ia begitu banyak membuka topik pembicaraan. Sayangnya di telinga Alexa semua yang dibicarakan oleh Kenzo dan Luna sangat membosankan. Mereka hanya berbicara masalah perusahaan milik Luna yang di mata Alexa hanya sebesar biji kapas. "Alexa ingin mengunjungi Universal Studio hari ini," jawab Kenzo sambil melirik Alexa yang sedang menjilati sisa selai stroberi di bibirnya. Demi Tuhan, Kenzo ingin sekali membawa gadis itu ke atas tempat tidur, mencumbuinya, mengecap manisnya bibir seksi Alexa dan membelai hangatnya lidah Alexa, mengajari gadis itu mengerang di bawahnya. "Oh, itu mengingatkanku pada masa kecil," ucap Luna. Di telinga Alexa, ucapan Luna terdengar seperti ejekan. Entah karena ia tidak menyukai Luna sejak pertemuan pertama mereka atau memang Luna sedang mengejeknya. Yang jelas, ia tidak menyukai semua sikap Luna sejak tadi malam dan pagi ini. Cara Luna menyapa Kenzo, mengecup pipi Kenzo lalu duduk di samping Kenzo. Bukan hanya itu, Luna juga menggeser kursinya mengikis jarak antara mereka. Alexa benci itu. Gadis dengan manik mata abu-abu itu juga ingin sekali membalas perkataan Luna yang mengganggu pendengarannya, tetapi ia tidak melakukannya. Jika ia melakukan hal itu bisa jadi Kenzo akan menganggapnya gadis yang tidak beretika, gadis yang egois, gadis yang mau menang sendiri dan pria itu mungkin akan membencinya. Hah? Apa peduliku? Kenapa aku harus memikirkan bagaimana Kenzo menilaiku? Alexa diam-diam terus mempertimbangkan melakukan serangan balik kepada Luna, ia terus menunggu Luna melayangkan satu saja kalimat ejekan lagi untuknya lalu ia akan membalasnya. Sayangnya Luna tidak melakukannya lagi, gadis itu justru menawarkan kebaikan untuk membelikan tiket ke Universal Studio yang telah mereka miliki. *** "Seharusnya aku mengenakan gaun seperti itu." Alexa menunjuk menggunakan dagunya ke arah dua gadis yang mengenakan Hanfu. Mereka bertiga telah berada di dalam Universal Studio. "Itu bukan pakaian Jepang," kata Kenzo. Alexa memberengut. "Aku tahu itu bukanlah pakaian adat Jepang, tapi aku menginginkannya. Aku... pasti akan terlihat seperti peri jika mengenakan itu," ujarnya. Ia menyesal karena mengenakan pakaian sangat santai meski itu memang gayanya. "Kau tampak cantik meski tanpa gaun seperti seorang peri." Kenzo menjeda ucapannya, ia mengamati wajah Alexa yang tampak bersemu merah. Entah karena terik matahari atau karena gadis itu merona karena mendengar pujiannya. "Omong-omong di mana kau mendapatkan celana ini?" tanyanya sambil mengalihkan pandangannya ke celana yang dikenakan oleh Alexa. "Kita membelinya di Tokyo, kau tidak memperhatikan aku memilih?" Gadis itu berkecak pinggang. "Oh, ya? Aku kira itu celana bekas," ucap Kenzo dengan nada menggoda karena Alexa mengenakan celana jeans dengan sobekan dimana-mana.  Alexa membeliak. "Aku seorang Johanson, mana mungkin...." Kenzo terkekeh, ia mengusap rambut di puncak kepala Alexa lalu merogoh saku celananya untuk mengambil sesuatu. "Aku tahu, aku hanya senang menggodamu. Cuaca sangat terik, bagaimana jika kau mengikat rambutmu?" Pria itu mengulurkan ikat rambut yang ia beli saat Meeka berada di Disneyland, ia menyimpannya karena tergelitik dengan rambut panjang Alexa yang selalu terurai. Alexa menatap Kenzo dengan tatapan yang tidak Kenzo mengerti kemudian melengos. Mengikat rambut adalah pekerjaan mustahil, menyisir rambutnya saja ia baru bisa melakukan sendiri saat ia berada di Jepang. Bagaimana mungkin ia bisa mengikat rambutnya? "Tidak, aku tidak mau," ucap Alexa sambil melangkah menjauhi Kenzo menuju pintu masuk salah satu wahana di area Harry Potter. Tidak ada yang boleh tahu jika aku tidak bisa melakukan pekerjaan apa pun. Tidak boleh! Apa lagi Kenzo. Kenzo menghela napasnya, satu lagi yang ia tebak dan sepertinya benar, Alexa tidak tahu cara mengikat rambutnya. Pria itu melirik ke arah Luna yang meskipun ada di antara Kenzo dan Alexa, tetapi wanita itu seolah tidak ada di sana. Kekasih Kenzo itu terus saja mengurus pekerjaannya melalui panggilan telepon dan juga pesan singkat. Bahkan saat ini ia sedang berdiri di tempat yang tergolong sepi sendirian demi menjawab panggilan. Kenzo meraih ponselnya, mengirimkan pesan kepada Luna lalu ia bergegas menyusul Alexa. Tidak sulit mengenali Alexa meski berada di tengah orang banyak, rambutnya yang coklat keemasan tampak mencolok. Begitu jarak antara dirinya dan Alexa semakin dekat, pria itu menangkap pergelangan tangan Alexa. "Aku akan mengikat rambutmu, setelah ini kita masuk ke dalam wahana yang kau inginkan," ucap Kenzo sambil mulai mengikat rambut Alexa dengan gaya ekor kuda. Ia bisa melakukannya karena ia pernah beberapa kali mengikat rambut Crystal keponakannya. Beberapa menit berlalu, Kenzo dan Alexa menunggu Luna yang masih terfokus dengan ponselnya seolah di dunia ini tidak ada Kenzo yang menunggunya. Pada akhirnya Kenzo mengerti jika Alexa tampak mulai kesal meski ia tidak mengatakannya, dari bibirnya yang tampak mengerucut Kenzo dapat menilai suasana hati gadis itu, pria itu akhirnya menarik pergelangan tangan Alexa dan mengajaknya memasuki wahana Harry Potter yang menjadi tujuan utama Alexa mengunjungi Universal Studio. Selang satu jam keduanya keluar sambil bercengkerama menceritakan keseruan yang baru saja mereka lalui. Tetapi, jarak beberapa meter dari pintu keluar terlihat Luna berdiri menatap keduanya dengan tatapan marah. "Sepertinya kehadiranku memang tidak diinginkan, ya?" tanyanya dengan nada sangat sinis saat kedua orang di depnnya yang meninggalkannya sendirian seperti orang bodoh. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD