7. As Her Father

959 Words
Kenzo bersedekap berdiri di samping tempat tidurnya, ia adalah pemilik kamar, ia adalah tuan rumah. Tetapi, ia seolah menjadi orang asing di dalam rumah yang telah ia tempati sejenak ia dilahirkan kemuka  bumi ini. Ia menatap Alexa tanpa berbicara apa pun, gadis itu sedang memainkan ponselnya sambil duduk bersila di atas ranjang seolah kamar itu miliknya. Seharian penuh ia telah mengikuti kemana saja Alexa menyeretnya, kebun binatang, kedai makanan dan terakhir adalah ke pusat perbelanjaan. Gadis itu beralasan hanya membawa dua lembar pakaian, ia membeli begitu banyak pakaian dan memperlakukan Kenzo seolah asistennya. Seumur hidupnya, bahkan Luna kekasihnya selama beberapa tahun tidak pernah memerintah Kenzo apa lagi menjadikannya tukang menjinjing paper bag berisi barang belanjaan Luna. Setibanya di rumah, ibunya juga menyiapkan begitu banyak makan malam dan semua adalah makanan kesukaan Alexa, konon begitu. Kenzo sendiri tidak tahu apa kesukaan gadis manja itu karena yang Kenzo lihat setiap makanan yang di beli selama mereka dua hari bersama, gadis itu selalu menikmatinya. Ia tidak pernah mengeluh masalah makanan. "Kembalilah ke kamarmu," ucap Kenzo dengan nada kesal. Tanpa mengalihkan fokusnya dari layar ponsel yang ada di tangannya  Alexa menjawab, "Kau tahu kan, aku tidak bisa tidur jika aku sendirian." "Kalau begitu aku akan memanggil Mommy untuk menemanimu hingga kau tertidur," ujar Kenzo sambil memutar badannya. Alexa langsung membuang ponselnya dan menarik ujung pakaian yang dikenakan oleh Kenzo. "Jangan lakukan itu!" "Kenapa memangnya?" Pria itu mengerutkan keningnya. Alexa menggeleng, matanya menatap Kenzo dengan tatapan puppy eyes. Ia telah bersumpah kepada kedua orang tuanya untuk tidur dan menyisir rambutnya sendiri. Ia telah berjanji kepada orang tuanya tidak akan merepotkan orang lain, tetapi Kenzo adalah pengecualian. Pria itu tidak akan tahu dan tidak boleh tahu jika ia memperoleh izin dengan mudah karena Alexa menjanjikan kemandirian setelah dua Minggu berada di Tokyo. "Kau boleh tidur di sini," ujar Alexa sambil menepuk salah satu bantal. Bibir Kenzo menganga mendengar apa yang terlontar dari bibir Alexa. "Bisa aku bertanya?" Ia menaikkan sebelah alisnya. Alexa mengerjapkan matanya, bulu matanya yang tebal seindah kupu-kupu tampak bergerak-gerak. Bibirnya yang tampak kenyal itu sedikit terbuka membuat Kenzo nyaris tergoda. "Kau pikir ini kamar siapa?" tanya Kenzo dengan nada kesal, kesal karena bibir Alexa tampaknya menyenangkan jika ia cicipi. "Aku adalah tamu di sini, tamu adalah raja. Kau juga mengenalkan aku sebagai kekasihmu, wajar saja kita tidur satu kamar bukan?" "Oh, jadi kau pernah tidur satu kamar dengan kekasihmu?" "Aku melihat Grace dan Willy tinggal serumah... sebelum menikah, aku rasa mereka telah berpacaran... bisa saja mereka juga—tidur di kamar yang sama." Alexa tampak mengingat-ingat. Kenzo mendudukkan bokongnya di tepi tempat tidur. "Dengar, kau percaya kepadaku begitu saja? Kau ingin tidur satu ranjang denganku? Aku ini orang asing dan aku--pria dewasa." "Bukankah kau mengatakan kau tidak mungkin mencabuli anak lima belas tahun?" tanyanya dengan ekspresi wajah sangat polos. Sialan! Alexa benar-benar cerdik. Secepat kilat Kenzo naik ke atas tempat tidur dan memosisikan dirinya, merebahkan tubuhnya dengan nyaman tanpa memedulikan Alexa. Menepis bayangan bibir Alexa yang berwarna merah jambu dan tampak... manis. "Hei, kau serius?" Alexa kembali menarik ujung pakaian Kenzo. "Bukankah kau mengatakan tidak masalah?" jawab Kenzo, pria itu telah memejamkan matanya. Alexa masih memegangi ujung pakaian Kenzo, ia menatap Kenzo yang telah memejamkan matanya. Tidak memedulikannya. "Kau serius? Kenapa tidak tidur di sofa seperti tadi malam?" Kenzo tidak merespons, pria itu tetap memejamkan matanya meski ia di dalam benaknya ia menyeringai jail. "B-bisakan kau berjanji selama tidur kau menjaga jarak dariku?" "Jika kau tidak percaya padaku, lebih baik kau tidur di kamarmu," jawab Kenzo tanpa membuka matanya. "Aku tahu di balik wajah cantikmu itu, kau sedang menyusun kemesuman seperti saat kau merobek gaunku!" "Apa kau bilang?" Kenzo membuka matanya, ia memosisikan tubuhnya menjadi duduk dengan tegak. Pria cantik? Alexa menatap Kenzo dengan tatapan galak. "Kau sedang merencanakan untuk memesumiku!" Kenzo menyipitkan matanya. Memang aku memiliki sedikit niat untuk memesumimu. "Kalau aku pria cantik, kau adalah gadis tampan," ucapnya dengan nada mengejek. "Dasar pria cantik, c***l!" ucap Alexa sambil melompat turun dari atas tempat tidur kemudian berlari menuju ke arah pintu meninggalkan Kenzo yang terkekeh menyaksikan tingkahnya. Akhirnya bisa tidur dengan nyaman dan... imanku selamat. Sayangnya doa yang Kenzo panjatkan tidak dikabulkan oleh Tuhan karena pria itu terbangun di tengah malam dengan sebuah kaki berada di atas perutnya. Alexa, gadis kecil itu naik ke ranjangnya. Perlahan, Kenzo menjauhkan kaki Alexa, menyelimuti tubuh kecil yang terlihat rapuh itu menggunakan selimutnya lalu ia kembali memejamkan matanya. Paginya Kenzo bangun sebelum Alexa membuka matanya, bergegas ia mengenakan pakaian olahraga dan melakukan olah raga ringan. "Kau tidur dengan Alexa lagi?" "Aku sama sekali tidak menyentuhnya," jawab Kenzo. Ayahnya masih terlalu pagi menginterogasinya hanya karena seorang gadis manja yang menjadi tamu mereka. "Tapi, kalian satu ruangan dan satu ranjang," ucap Yamada Naoki, ayah Kenzo. Kenzo meletakkan dumbel di tangan kirinya, kemudian menyeka keringatnya menggunakan handuk yang melingkar di leher belakangnya. "Dia tidak terbiasa tidur sendiri," ujarnya. Naoki menaikkan sebelah alisnya. "Dan kau sedang menggantikan peran sebagai ayahnya?" tanyanya dengan nada mengejek yang teramat kental. Kenzo tidak merespons, ia kembali meraih sebuah dumbel menggunakan tangan kanannya kembali melatih ototnya. "Aku hanya khawatir kau menghamilinya," ujar Naoki, nadanya mengejek. "Aku tidak tertarik dengan anak di bawah umur," ucap Kenzo dengan nada datar, menyembunyikan bahwa tadi malam setelah Alexa berada di atas ranjangnya ia gelisah hampir tidak bisa kembali memejamkan matanya karena menghirup aroma samar-samar tubuh Alexa. "Kuharap begitu, karena jika iya maka kau dalam masalah besar," ucap Naoki. "Masalah?" "Bagaimana dengan kekasih sungguhanmu?" Kenzo menghela napasnya. "Semoga dia kembali dari China nanti setelah Alexa kembali ke London," jawab Kenzo. "Kuharap." Kenzo tahu, ayahnya tidak terlalu menyukai Luna. Pria itu mengatakan, seorang wanita yang terlalu sibuk mengejar karier dan memiliki ambisi besar terhadap pekerjaannya tidak cocok untuk dijadikan pendamping. Kenzo tidak memercayai apa yang diyakini ayahnya karena baginya, Luna adalah satu-satunya wanita yang cocok untuk di jadikan pendamping. Luna, di samping memiliki paras cantik, ia juga cerdas, sama seperti dirinya dan gadis itu memenuhi semua standar kecantikan seorang wanita yang pantas untuk menjadi kekasihnya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD