8. May I Kiss Your Lips?

965 Words
"Akhirnya...." Alexa merentangkan kedua tangannya sambil memutar-mutar badannya. "Disneyland...," ucapnya dengan nada girang. Kenzo tersenyum melihat tingkah Alexa yang menurutnya sangat menggemaskan di luar sifatnya yang diktator dan semena-mena. Gadis itu selalu bersikap ceria, menyukai apa saja dan tampak bahagia dengan hal-hal kecil yang kadang menurut Kenzo sama sekali tidak menarik. "Ah, tujuan pertama kita...." Alexa membuka lipatan kertas di tangannya, itu adalah denah Disneyland. "Kita memiliki akses VIP bukan?" "Jangan khawatir," jawab Kenzo. Mereka tidak perlu mengantre tiga puluh hingga tujuh puluh lima menit hanya untuk memasuki satu wahana. "Apa waktu kita cukup jika kita ke Disney Sea juga?" tanya Alexa sambil matanya tampak serius mengamati tulisan yang ada di kertas. Bibir gadis itu tampak bergerak-gerak. "Bukankah kau pernah ke Disneyland di Paris?" "Tentu saja." "Kalau begitu pilih wahana yang belum pernah kau masuki di sana, apa kau mengingatnya?" Alexa mengangguk, ia merogoh tasnya untuk mengambil sebuah stabilo lalu melingkari beberapa wahana yang menurutnya belum pernah ia kunjungi. "Nah, bagus. Ayo!" seru Kenzo sambil merangkul pundak Alexa. Alexa tidak menolak, ia mengikuti langkah kaki Kenzo. Tetapi, di depan toko aksesoris gadis itu berhenti lalu mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah pria yang merangkul pundaknya. "Kita harus membeli bandu Micky dan Minnie mouse," ujarnya. Kenzo menuruti apa yang diinginkan Alexa, ketika hendak membayar menggunakan kartu Bank miliknya, Kenzo menahannya. "Benarkah kartu Bank ini tidak berlaku di sini? Apa seprimitif itu di Jepang?" Alexa menggerutu karena sejak ia bersama Kenzo, pria itu mengatakan jika kartu bank miliknya tidak berlaku dan Kenzo selalu berbicara bahasa Jepang bersama kasir yang melayani mereka sehingga Alexa merasa menjadi orang paling bodoh di dunia. "Simpan saja, itu tidak berlaku di sini," ucap Kenzo di sertai seringai geli, bagaimana mungkin ia membiarkan Alexa mengeluarkan uang sementara statusnya di mata keluarga Johanson adalah kekasih Alexa. "Aku akan memanggil Daddy untuk membayar hutangku padamu," ujar Alexa sambil menarik ponselnya yang berada di dalam saku celana jeans-nya. Kenzo tersenyum, pria itu dengan lembut menarik ponsel di telapak tangan Alexa. "Jangan lakukan, nanti saat aku berada di London, kau bisa membayar dengan mentraktirku makan permen kapas."  Alexa mengerjapkan matanya, bibirnya sedikit terbuka membuat gairah Kenzo kembali tergugah. "Hanya itu?" tanya Alexa. Kenzo ingin sekali meraih dagu gadis itu lalu mengecap bibir yang berwarna merah, mengisapnya lalu menggigitnya dengan pelan. Sialan! "Iya, hanya itu," jawabnya sambil meletakkan telapak tangannya di atas kepala Alexa. "Ayo kita bersenang-senang." Jika diingat kembali oleh Kenzo, mungkin terakhir kali ia pergi ke Disneyland adalah saat ia duduk di bangku sekolah menengah atas bersama teman-temannya. Bahkan mungkin terakhir kali ia pergi ke tempat itu bersama Keiko adalah saat ia berumur tujuh tahun, tidak terlalu jelas di ingatannya, tetapi ia melihat foto bersama kakak perempuannya di Disneyland di dalam album keluarga. Kakaknya tidak tertarik hal-hal yang berbau keramaian dan di padati orang karena kakaknya adalah pengidap sindrom buta arah. Jadi, tidak ada salahnya sekarang jika Kenzo menyebut mengunjungi Disneyland dengan sebutan bersenang-senang. Alexa menggigit bibirnya sambil menatap gerobak penjual pop corn di depannya. Mereka telah berada di area Disney Sea. Jangan gigit bibirmu, biarkan aku yang melakukannya. Ingin sekali Kenzo menyuarakan isi kepalanya, tetapi itu jelas mustahil. "Kau ingin?" Alexa menatap Kenzo dengan tatapan memelas seolah ia adalah anak kecil yang menginginkan sebuah lolipop. Astaga! Kenzo merasakan jiwanya frustrasi. Ia ingin memekan tubuh Alexa ke tembok, menggigit bibirnya lalu membuat gadis manja itu mengerang di bawahnya. Sialan! Apa yang terjadi? Ia melangkah mendekati penjual pop corn untuk membeli satu bucket pop corn, bukcket pop corn itu memiliki tali dan terdapat miniatur Teddy bear, Kenzo memilih itu karena menurutnya jelas semua anak kecil menyukai Teddy bear. Benar saja, ketika ia memberikan benda itu kepada Alexa, pendar di matanya tampak berkilat-kilat seolah air laut terkena pantulan cahaya. Darah Kenzo seolah berdesir, sesuatu menggelitik di pikirannya juga jantungnya. Bersamaan.  "Terima kasih," ucap Alexa seraya menyeringai senang. "Sepertinya hutangku semakin banyak." "Kau bisa membayarnya," ucap Kenzo. Biarkan aku mencumbu bibirmu. "Sepertinya aku harus membelikan pabrik permen kapas untukmu nanti," ucap Alexa dengan nada sungguh-sungguh membuat Kenzo tertawa lepas. Pabrik permen kapas. Mungkin Kenzo akan memikirkan bisnis itu, sepertinya tidak buruk. "Aku akan menunggu pabrik permen kapas dengan label Alexa Johanson berdiri di seluruh dunia." "Kenapa tidak Yamada Kenzo saja?" tanya Alexa. "Alexa Johanson saja," ucap Kenzo sembari dengan lembut menarik hidung Alexa. Alexa tidak melawan, ia justru menyeringai kemudian menyeret pergelangan tangan Kenzo untuk mendatangi setiap wahana yang telah ia lingkari di Disney Sea. Keduanya bersenang-senang hingga senja mulai merayapi kota Tokyo, selanjutnya adalah Alexa membeli semua aksesoris yang ia inginkan di toko Disneyland dan kembali membuat Kenzo terlihat seperti asistennya dengan kedua tangannya yang terisi kantong belanja hasil perburuan Alexa, tetapi kali ini Kenzo sama sekali tidak menggerutu. Dengan senang hati ia melakukan apa pun titah Alexa seolah gadis itu adalah tuannya. Pria itu bahkan baru menyadari jika di kepala mereka berdua masih mengenakan bandu Minnie dan Mickey mouse hingga mereka berada di dalam mobil. *** "Ken, apa kau mendengarkan aku?" tanya Luna dari speaker ponsel Kenzo. "Ya, aku mendengar," jawab Kenzo sambil matanya menatap Alexa yang sedang merebahkan tubuhnya di atas ranjang miliknya sambil memainkan ponselnya dengan posisi miring, Kenzo tahu jika Alexa sedang memainkan sebuah game dan game itu adalah ciptaannya. Gadis itu mengenakan piyama yang terbuat dari bahan sutera halus, dadanya tampak tegak menantang, meski masih terbungkus kain. Kenzo berani bertaruh jika gadis itu tidak mengenakan bra. Diam-diam Kenzo menelan air liurnya berkali-kali. "Ken, apa yang sedang kau lakukan?" tanya Alexa lagi. Sedang menjelajahi keindahan alam. "Tidak ada," jawab Kenzo dengan nada yang ia buat setenang mungkin, menyingkirkan semua yang berserakan di otaknya dan semua itu adalah tubuh Alexa. "Kau tidak berkonsentrasi, Ken. Aku meminta kau mengirimkan formula aplikasi terbaruku, kau belum mengirimkannya sejak kemarin," ucap Luna dengan nada kesal. Kenzo membeku, ia melupakan semuanya. Pekerjaannya dan juga Luna. "Aku akan menyelesaikannya, besok sebelum jam delapan pagi, kujamin aplikasi itu bisa kau gunakan." 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD