AIR MATA SAHDA SEASON 2 - Chapter 2

1759 Words
Setelah menunggu Dendi membersihkan tubuhnya, Mereka pun segera melakukan ibadah bersama secara berjamaah. Dendi mempimpin mereka sebagai imam, dan tak terasa air mata Sahda maupun Risna menetes karena merasa bahagia saat melihat kehadiran imam di dalam rumah nya. Apalagi sosok Dendi seperti Abqori, sosok lelaki yang sangat sabar. Dendi juga seakan menjadi lelaki satu-satunya yang menggantikan sosok ayahnya tersebut, walaupun sebenarnya tak ada yang mampu menggantikan sosok Abqori yang sangat membuat kehidupan anak serta ibunya berkesan. “Assallamualaikum warrahmatullahiwabarrakatu,” ucap Dendi seraya memimpin dari akhir ibadan subuh tersebut, Sahda segera meraih tangan sang suami dan segera mengecup punggung tangan nya, dan Dendi segera mengecup kening Sahda lalu beralih mengecup punggung tangan ibu mertua nya. “Nak Dendi mau sarapan sama apa?” tanya Risna. “Jangan repot-repot Umma, biarkan Sahda yang menyiapkan semuanya.” ujar Dendi menjawab. Risna pun tersenyum menanggapi kalimat yang di ucapkan oleh Dendi, “Gak apa-apa biarkan Umma yang menyiapkan semuanya,” Ucap Risna. “Tidak Umma, biar Sahda saja.” timpal Sahda, Risna pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya dengan pelan. “Sahda buatin Mas sarapan dulu ya,” ucap Sahda. “Iya sayang, Mas mau baca dulu Qur’an ya,” serunya pada sang istri, Sahda segera beranjak dari atas sejadah miliknya. Ia pun segera bergegas menyiapkan sarapan yang akan di sajikan untuk suami yang sangat ia cintai itu, Risna pun beranjak dan menuju kamar anaknya untuk sekedar mengecek keadaan sang cucu. Sahda yang saat itu segera menyiapkan segalanya pun merasa sangat kebingungan, Sahda bingung karena merasa lupa bertanya apa yang di inginkan sang suami, namun Sahda enggan mengganggu suaminya yang terlihat sedang memfokuskan dirinya itu. “Bismillah deh, aku buatin makanan apapun Mas Dendi pasti suka.” ucap Sahda. Ia berniat untuk membuatkan makanan kesukaan abinya, nasi uduk telor merah. Nasi yang selalu di inginkan Abqori untuk sekedar sarapan, nasi uduk buatan Sahda tak kalah enaknya dengan buatan Risna. Ya jelas, resep yang diberikan Risna selalu menempel dalam ingatan Sahda. Risna menghampiri anaknya itu, “Perlu bantuan Umma?” tanya Risna. Sahda tersenyum, “Gak usah Umma, Umma istirahat aja.” sahut Sahda kembali. Risna tersenyum sembari memeluk anaknya dari belakang, “Beruntung sekali Umma miliki kamu, walaupun sekarang Sahra sudah tiada, Umma tidak terlalu merasa kehinlangan sosoknya. Karena kamu telah menyempurnakan sosok adikmu dengan bersikap baik sebagai ibu dari Azkia,” tutur Risna sembari meneteskan air matanya. “Umma, jangan ada air mata lagi. Sahra sudah tenang di sana,” ucap Sahda. “Ini air mata kebahagiaan nak,” ujar Risna kembali. “Alhamdulillah kalau seperti itu,” Jawab Sahda kembali, ia pun segera mengecup kening ibunya lalu mencium kilas kedua pipi sang ibu. “Umma akan selalu menjadi panutan Sahda,” “Terimakasih sayang,” jawab Risna kembali. “Kamu tahu gak, dulu Umma selalu berdoa agar Tuhan menunjukkan kebahagiaan anak-anak Umma di hadapan Umma.” terang Risna, “Umma pernah berdoa sembari menangis, Umma katakan pada Tuhan agar beliau mengijinkan Umma melihat kamu menjadi sosok istri yang baik untuk suaminya.” terangnya kembali. “Dan Tuhan mewujudkan keinginan Umma,” serunya kembali. “Alhamdulillah wa syukurillah, terimakasih atas doa yang selalu Umma panjatkan untuk Sahda.” balasnya dengan senyuman, “Sahda bahagia memiliki Umma,” sahut Sahda kembali. “Umma lebih bangga memiliki kamu, umma sangat bahagia, semoga tujuh lapisan langit mendengar doa-doa Umma untuk kamu.” Ucap Risna kembali, ia benar-benar bahagia memiliki sosok anak perempuan seperti Sahda. Apalagi Sahda memiliki jiwa yang selalu merasa tenang, ia tak pernah lelah bahkan mengeluh di dalam kehidupan nya, ia benar-benar sosok wanita yang menginspirasi wanita lain nya. Tak berselang lama, sepertinya makanan yang sedang di buat oleh Sahda sudah selesai dan siap untuk di sajikan. Wanginya membuat seisi rumah merasa lapar, Siti datang menghampiri Sahda dengan senyuman di dasar wajah nya. “Non Sahda, Biar bi Siti mandikan dulu Neng Azkia.” ucapnya sembari tersenyum. “Azkia masih tidur ya bi?” tanya Sahda kembali. “Iya Non,” “Ya udah nanti saja bi, lebih baik bibi duduk bareng kita disini. Sarapan bersama-sama,” ajak nya pada Siti, walaupun Siti seorang Assisten rumah tangga di rumahnya, Sahda maupun Risna tak pernah membiarkan Siti makan seorang diri. Siti selalu makan bersama-sama dengan mereka, apalagi saat Abqori masih ada, tempat makan favorit mereka adalah lesehan di atas lantai rumah mereka. Dan bagi mereka hal itu adalah kebahagiaan yang tak pernah ternilai harganya, Dan Siti selalu merasa bahagia hidup bersama-sama dengan mereka. “Bibi mah nanti saja Non,” ucap Siti sedikit menolak. Dendi yang baru datang itu pun segera menimpali kalimat penolakan Siti, “Bareng aja bi, kenapa sih. Jangan malu-malu ah, kita nostalgia seakan seperti di Bandung.” Timpal Dendi seraya berjalan menghampiri Sahda, lalu mengecup kening Sahda. Selama tinggal bersama Sahda di Bandung, Siti memang selalu menjadi orang ketiga di antara Dendi dan Sahda. Dan Dendi tak pernah merasa keberatan dengan kehadiran Siti yang selalu mengikuti langkah Sahda tersebut, Siti pun tersenyum menanggapi kalimat yang di ucapkan oleh Dendi. “Bukan begitu Mas Dendi, Bibi belum lapar.” tolak nya kembali. “Nah itu dia Bi, gak boleh makan di saat menunggu lapar.” seru Dendi kembali seraya memaksa agar Siti ikut makan bersama mereka, Siti tertawa kecil saat mendengar paksaan yang diberikan Oleh Dendi, Siti pun menganggukkan kepalanya tanda menyetujui ajakan Dendi dan Sahda. “Baiklah kalau begitu, Bibi ikuti apa mau Mas Dendi sama Non Sahda.” ucapnya sembari tersenyum manis, Siti adalah sosok ibu kedua di dalam rumah Sahda. Sahda sangat menyayangi Siti, Sahda dan Risna pun selalu memperlakukan dengan baik sosok Siti tersebut. Dendi tersenyum lalu menatap sajian makanan yang sudah tertata rapi di hadapan dirinya, ia tak lepas memandangi makanan-makanan yang sudah susah payah di buat oleh tangan manis istri yang sangat ia cintai itu. “Kaya nya Mas gak akan makan,” Pekik nya sembari menatap wajah Sahda, Sahda terkejut dengan apa yang di katakan suaminya itu. Namun Senyuman Sahda membuat Dendi merasa tidak tega, sepertinya Dendi memang berniat memberikan candaan terhada istrinya itu. “Yakin gak akan makan?” tanya Sahda sembari meraih piring kosong di hadapan Dendi. “Ya, Gak akan makan.” sahut Dendi kembali, “Gak akan makan sedikit maksud nya,” Celetuknya sembari menatap wajah Sahda, Sahda tersenyum dan yang lainnya membalas dengan tawa yang cukup menghangatkan pagi itu. “Mas ini selalu saja bercanda,” pekik Sahda sembari menahan rasa ingin tertawanya, Dendi pun mengusap pelan pipi istrinya. “Maaf Mas kan hanya bercanda sayang,” jawab Dendi Sahda pun membalas ucapan Dendi, “Iya sayang Iya,” Sahutnya dengan penuh senyuman, Dendi segera memimpin doa dan setelah selesai memimpin doa tersebut, Dendi pun mempersilahkan mereka untuk makan makanan yang berada di atas piring masing-masing tersebut. “Mmmmm, nasi uduk nya lezat sekali.” puji Dendi. Risna pun menimpali pujian Dendi, “Mmmm, lezat dan sangat nikmat ya Nak.” ucapnya seraya memuji, Siti yang terlihat menikmati pun hanya tersenyum sembari mengunyah makanan tersebut. “Udah dong, kenapa sih kalian buat aku terbang melayang seperti ini.” Keluh Sahda dengan manja. “Emang rasanya lezat,” Jawab Dendi. “Ini resep Umma loh Mas,” ucap Sahda, “makasih ya Umma udah sabar ajari Sahda Masak,” sambungnya saat itu juga. “Sama-sama putri kesayangan Umma,” serunya menjawab, mereka kembali mengunyah sisa makanan yang masih tersisa di atas piring tersebut. “Mas Dendi bisa minta tolong gak?” tanya Sahda. “Bisa, Apa sayang?” tanya Dendi. “Mas kan masuk kantor jam 10 ya?” tanya Sahda kembali. “Iya,” Jawab nya singkat sembari mengangguk. “Boleh minta tolong antarkan nasi uduk buatan Sahda ke rumah Umi nya Mas Dendi dan Umi Una,” Tanya Sahda kembali, “Tapi kalau gak bisa gak apa-apa, nanti Sahda aja yang anterin.” susulnya kembali. “Bisa kok sayang, tenang aja.” Jawab Dendi. “Soalnya Sahda gak akan pergi ke klinik,” ucap nya kembali. “Masih ambil Cuti ya?” tanya Dendi. “Iya masih ada dua hari lagi,” jawab Sahda. “Ya udah gak apa-apa sayang, kamu istirahat dan jaga Azkia aja.” ucap Dendi kembali. “Makasih ya Mas, maaf loh Sahda sampai minta tolong gini.” Serunya kembali. Dendi tersenyum sembari memegang punggung tangan Sahda, “Gak apa lagi, lagian sudah tugas nya suami istri harus saling membantu dan mengasihi.” ucap Dendi kembali. “Makasih ya Mas sekali lagi.” “Iya sayang,” Jawab Dendi, “Mas juga mau ucapin Makasih sama kamu,” susul Dendi. “Makasih untuk apa Mas?” tanya Sahda kembali. “Karena kamu udah sajikan makanan yang sangat lezat, semoga Allah selalu melindungi kamu istri ku.” tutur Dendi menjawab, ia benar-benar kagum dengan sosok istrinya, Sahda pun tersenyum malu di hadapan suaminya. “Alhamdulillah, makasih Mas atas doa nya.” Risna merasakan kebahagiaan yang sedang di rasakan oleh anak dan menantunya, Risna pun merasa kagum dengan apa yang di lihat oleh nya. “Nak Dendi juga semoga segala urusan di kantor nya selalu di mudahkan oleh Allah, Umma bahagia karena Nak Dendi selalu berbuat baik terhadap anak perempuan Umma.” Tutur Risna menyela percakapan mereka. Dendi pun menjawab, “Aaamiiinn Umma, makasih atas doa nya ya Umma.” Risna tersenyum saat mendengar kalimat sebagai jawaban dari Dendi menantunya, baginya kehidupan Sahda jauh membaik setelah mengenal sosok Dendi, Sahda pun terlihat sangat bahagia saat bersama-sama dengan Dendi. “Sepertinya Gak kenyang-kenyang nih Mas, gimana dong sayang?” tanya Dendi terhadap Sahda. “Istighfar Mas, nanti malah jatuhnya kekenyangan.” jawab Sahda. “Habisnya kamu bikin nya pakai cinta, kayanya gak abis-abis nih cinta buat Mas.” sahut nya kembali, ia benar-benar menggoda sang istri dengan rayuan gombalan nya, Sahda hanya mampu tersenyum saat mendengar setiap pujian yang diberikan suaminya. “Ya sudah Mas simpan aja deh buat nanti, biar nanti bisa makan dengan penuh cinta lagi.” ujar Dendi. “Mas,” Lirihnya menatap malu kearah wajah suaminya, “Sudah dong, nanti hidung Sahda terbang nih.” pekiknya terhadap sang suami. “He-he-he.” tawa riang dari wajah suaminya tak akan mampu ia lupakan, apalagi Sahda baru saja mendapatkan hal itu semua dari Dendi, lelaki yang benar-benar tulus mencintai dirinya. “Mas mau berangkat sekarang?” tanya Sahda. “Ya sayang, Mas masuk kantor jam 10. Tapi ada meeting dulu jam 9 di luar kantor,” seru Dendi. “Ya sudah ayo aku antar ke depan,” Ajak Sahda sembari beranjak dari tempat duduk nya, Dendi merangkul istrinya sembari berjalan menuju luar rumah. “Ada yang lupa.” Ucapnya singkat. “Apa mas?.” tanya Sahda, saat Dendi akan membalikkan tubuhnya, Dendi terlihat tersenyum. Risna pun berdiri di hadapan nya sembari menggendong Azkia, Dendi segera menggendong Azkia dan mengecup kening Azkia. “Maafin Sahda hampir saja Lupa.” ucap Sahda. “Gak apa-apa, untung Umma segera membawa Azkia,” sahut Dendi, Ia mengecup kembali kening Azkia, lalu tak lupa mengecup kening istrinya. Ia pun merogoh ponsel di dalam saku nya, “Umma, Dendi boleh minta tolong kan?” tanya Dendi. “Boleh Nak,” “Boleh tolong Potret kami bertiga?” tanya Dendi. “Boleh, berikan ponsel mu kepada Umma.” Tak berselang lama Risna pun mempotret mereka bertiga, Risna semakin merasa bahagia karena melihat Dendi dan anaknya semakin merasa bahagia dengan kehadiran Azkia. Dendi pun memberikan Azkia kepada Sahda, lalu ia berpamitan kepada istri serta mertuanya. “Salamkan salam ku pada Umi mu ya Mas, jangan lupa juga pada Umi Una dan Abi Daus.” ucapnya dengan pelan. “Iya sayang,” Jawab Dendi sembari melambaikan sebelah tangannya. “Hati-hati Mas,” Ucap Sahda kembali. “Baik sayang, jangan lupa kabari aku ya melalui pesan singkat.” ujar Dendi. “Iya suami ku.” sahut Sahda kembali, ia tetap berdiri sembari menggendong Azkia sampai mobil yang di kendarai Dendi hilang dari pandangan nya. Memang benar apa kata orang-orang, seorang suami idaman akan memiliki istri yang baik dan calon penghuni surga, bahkan pepatah mengatakan bahwa jodoh adalah cerminan dari diri kita sendiri. “Selamat ya nak,” Ucap Risna, “Inilah yang Tuhan berikan atas buah dari kesabaran dirimu,” susul Risna kembali, Sahda tersenyum dan segera merangkul bahu sang ibu lalu berjalan masuk kedalam rumah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD