AIR MATA SAHDA SEASON 2 - Chapter 4

1521 Words
Jam dinding sudah menunjukkan pukul tujuh malam, Sahda terlihat sedang sibuk menyiapkan makanan yang nantinya akan di suguhkan untuk suami tercintanya. “Dendi belum pulang?” tanya Risna sembari duduk di atas kursi meja makan, Sahda tersenyum sembari menjawab pertanyaan sang ibu. “Belum Umma, mungkin sebentar lagi.” jawabnya. Dari dalam rumah terdengar suara mobil milik Dendi yang mungkin baru saja datang, Sahda pun segera bergegas menyambut suaminya. Ia berjalan dengan langkah kaki yang terburu-buru hanya karena ingin membuka pintu untuk suaminya, sungguh istri yang sangat solehah. Sahda pun membuka pintu tersebut, ia melihat senyuman suaminya tersimpan jauh disana. “Assallamualaikum sayang,” Dendi mengucap salam dan Sahda menjawab nya sembari meraih tangan Dendi. “Waalaikum salam Mas Dendi,” “Maaf Mas pulang agak telat, tadi selesai solat maghrib atasan Mas mengadakan meeting mendadak.” ucap Dendi, “Beliau juga meminta Mas untuk berbincang sebentar setelah meeting itu selesai,” Lanjut Dendi kembali. “Iya Mas gak apa-apa, Sahda juga baru selesai masak.” jawab Sahda sembari tersenyum, “Mas lelah ya?” tanya Sahda. “Enggak Mas enggak lelah kok,” Dendi memberikan senyuman yang lekat, wajahnya terlihat sumringah. Dendi berjalan sembari merangkul tubuh istrinya, sepanjang langkah kakinya saat masuk kedalam rumah, ia tak henti menunjukkan senyuman indah miliknya itu. “Mas kok senyum-senyum sih?” tanya Sahda. Dendi menghentikan langkahnya sejenak, “Kamu cantik banget sih,” pujian Dendi tidak ada batas untuk seorang Sahda yang menjadi istri satu-satunya itu, Dendi memang sangat mengagumi sosok Sahda, ia tak lepas memuji sang istri beserta senyuman di wajahnya itu. “Mas, baru pulang loh. Kok udah bikin Sahda malu sih,” Dendi kembali tersenyum, lalu mengecup kening istrinya. Dendi memang sosok lelaki yang sangat baik di mata siapapun, dia memiliki sikap penyayang, dia juga selalu menjadi lelaki yang baik bagi Sahda. Setelah selesai mengecup kening istrinya, Dendi kembali berjalan merangkul tubuh sang istri. Sahda pun segera mengajak Dendi untuk menghampiri ruang makan, “Nak Dendi sudah pulang?” tanya Risna. “Iya Umma,” Dendi meraih tangan ibu mertuanya, ia mengecup punggung tangan ibu mertuanya itu. “Duduklah Nak, Lihat istri tercintamu sudah membuatkan masakan enak untuk mu.” “Mmmmmm, sedaaaaap.” Dendi bertingkah manis di hadapan istrinya, lalu duduk sembari menatap kembali wajah istrinya itu. “Terimakasih sayang, kamu memang istri Mas Dendi satu-satunya yang sangat Shalihah. Mas bahagia memiliki mu sayang,” Sahda merasa malu dengan pujian yang diberikan oleh suaminya itu, ia pun duduk dan segera membawakan piring kosong untuk segera di isi makanan lezat hasil buatan tangan nya itu. “Waaaaw, Ayam bakar taliwang.” ucap Dendi, “Ini nih kesukaan Umi Edah,” ucap Dendi kembali sembari menatap wajah istrinya, Sahda tersenyum saat suaminya memberitahu bahwa makanan tersebut adalah kesukaan dari ibu kandungnya yang kini menjadi ibu mertuanya. Suara ponsel Sahda berdering, ia segera melihat nama yang tertera di layar ponselnya itu. “Umi Edah melakukan panggilan Video,” “Alhamdulilah panjang umur Umi ini,” ucap Dendi, “Kita baru saja obrolin Umi ya,” ucap Dendi kembali. “Aku terima panggilan dulu ya Mas?” tanya Sahda. “Iya sayang, lagian itu kan Umi mu.” Jawab Risna saat Sahda bertanya demikian, Dendi hanya mengangguk dan tetap melahap dengan hebat masakan istrinya itu. “Halo Assalamualaikum,” sapa Umi Edah di sana. Sahda pun menjawab, “Waalaikum salam Umi,” “Terimakasih ya sayang, Umi baru saja selesai makan malam. Ayam Bakarnya mantap, enak dan lezat. Kamu tau aja kalau ini kesukaan umi,” pujian Umi Edah itu membuat Sahda semakin merasa bahagia. “Terimakasih juga Umi, Alhamdulilah Sahda bersyukur kalau Umi suka sama masakan nya.” “Umi sangat suka, terimakasih ya karena kamu selalu menyempatkan diri untuk mengirim masakan-masakan lezat untuk umi.” “Iya Umi, Umi berlebihan sekali saat memuji Sahda. Sahda kan jadi malu Umi,” “Kenapa mesti malu, semenjak Dendi menikah dengan mu kan memang kamu tidak pernah melupakan Umi.” “Iya Umi,” “Umi bahagia sekali memiliki menantu seperti kamu,” “Sahda juga Bahagia punya Umi,” “Ya sudah Sahda lagi apa sekarang?” “Ini Sahda lagi makan sama Umma dan Mas Dendi,” Umi Edah pun tersenyum sembari menatap wajah Sahda, Sahda menunjukkan wajah Dendi juga Risna. Saat Edah melihat wajah anaknya, ia tersenyum dan merasa bahagia. semenjak menikah Dendi memang terlihat lebih sehat, “Assalamualaikum Umi,” sapa Dendi di susul suara Risna. “Waalaikum salam sayang,” jawab Umi Edah, “Raja nya Umi lagi makan ya,” “Iya Umi, Dendi baru pulang udah di siapin makan.” “Syukurlah istrimu sangat baik,” “Alhamdulilah Umi, Dendi sangat bersyukur untuk itu.” “Umi baru selesai makan juga, istrimu mengirimkan makanan kembali.” “Alhamdulilah kalau Umi suka, enak banget ya Umi?” tanya Dendi, “Masakan nya gak jauh sama Umi, Dendi jadi merasa dekat dengan Umi.” puji Dendi kembali, wajah Sahda sudah memerah bak buah Tomat segar. Dendi selalu tak lepas memuji dirinya, baginya membuat Sahda tersipu malu adalah hobi terbarunya. “Ya, masakan nya lebih lezat dari Umi.” ucap Umi Edah sembari tersenyum, “Ya sudah lanjutkan makan nya,” “Ya Umi, Assalamualaikum. “Waalaikum salam sayang, Salam untuk ibu mertua mu ya.” “Waalaikum salam besan,” Jawab Risna dari belakang, Edah pun memutuskan panggilan video nya itu. Dendi menatap kembali wajah istrinya, “Ya Allah, terimakasih karena telah memberiku istri yang sangat memperhatikan ibu ku yang kini hidup hanya seorang diri.” ucap Dendi dalam hati, “Dan maafkan aku Ya Allah, bukan aku tidak mau tinggal bersama Umi Edah. Tetapi aku tidak mau juga Sahda meninggalkan umma nya begitu saja, belum waktunya kami meninggalkan beliau. Dan beruntunglah Umi sangat mengerti dengan keadaan Umma dari istriku ini,” Ucap Dendi kembali dalam hati. “Umma mau kemana kok udah beres lagi makan nya?” tanya Dendi. “Udah ah, Umma udah kenyang. Umma mau ke kamar, mau liat Azkia.” jawab Risna, “kalian lanjutin aja makan nya,” lanjut Risna kembali, Risna beranjak pergi menuju kamar pribadinya. Sahda sendiri memperhatikan langkah ibunya, raut wajahnya sedih saat melihat punggung sang ibu. Sahda selalu merasa takut dan getir kala memikirkan kesembuhan batiniah ibunya, ia sangat khawatir jika sang ibu bersedih kala mengingat kepergiaan suami dan anak angkatnya itu. “Sayang,” “Iya Mas.” “Kamu kenapa?” tanya Dendi. “Aku suka sedih aja kalau liat Umma jalan dari belakang,” jawab Sahda. “Mas mengerti kok, kita jaga Umma dan Umi bareng-bareng ya.” Dendi mengusap pelan punggung tangan Sahda, ia memberikan kembali senyuman di wajahnya. “Oh iya makasih ya kamu udah perhatikan Umi ku,” “Mas, kok bilang makasih sih. Itukan udah kewajiban Sahda juga,” “Mas bahagia karena kamu selalu berusaha membahagiakan Umi juga,” ucap Dendi. “Karena kamu juga selalu menjadi orang yang baik untuk Umi mu,” sargah Sahda. “Oh iya sayang, ada hal penting yang harus Mas katakan.” “Apa itu?” tanya Sahda. “Pak Cipto atasan Mas di kantor memberikan Mas dan kamu tiket untuk berbulan madu, Mas belum menerimanya karena...” “Karena apa Mas?” tanya Sahda, Sahda merasa jika hal ini adalah kesempatan dirinya untuk mengajak suaminya itu berbulan madu sesuai saran yang diberikan oleh Risna dan Citra. Sahda menarik tangannya, “Karena Mas takut Sahda gak mau meninggalkan Umma dan Azkia disini ya?” tanya Sahda. “Mmmm, bukan sayang. Bukan itu,” “Lalu apa Mas?” tanya Sahda. “Mas gak mau kamu pergi dengan perasaan terpaksa, mas takut nanti disana malah gak Happy kamu nya.” jawab Dendi. “Loh Mas kok ngomongnya gitu sih?” tanya Sahda kembali. “Karena Mas yakin kamu bakalan mikirin Umma dan Azkia disini,” “Enggak Mas, semua udah aku pikirkan sebelum Mas ngomong seperti ini.” ucap Sahda. “Maksud mu?” tanya Dendi. “Iya sebelum Mas mengatakan ini, Sahda terlebih dulu ingin mengajak Mas berbulan madu.” jawab nya sembari menundukkan kepalanya, Dendi pun tersenyum saat mendengar kalimat yang di ucapkan oleh Sahda. Dendi bahagia karena Sahda masih memikirkan perasaan dirinya, Dendi meraih tangan milik istrinya itu lalu mengecup bagian punggung tangan milik Sahda. “Jadi kita terima tawaran Pak Cipta, dan pergi saja berbulan madu?” tanya Dendi. “Itu rezeki kan Mas, sudah sepantasnya kita menerima.” Jawab Sahda. Ia memandang wajah istrinya sangat lama, ia juga menyelipkan senyuman dari rona bahagia wajahnya. Dendi pun kembali mengecup punggung tangannya, “Terimakasih sayang,” “Iya Mas, Sahda juga ucapin makasih karena Mas udah jadi suami yang sabar untuk Sahda.” “Iya sayang, itu sudah seharusnya Mas lakukan.” Jawab Dendi, “Jadi kita sepakat menunaikan ibadah itu di sana ya?” tanya Dendi. “Mmmm, Iya Mas.” “Asyik!” ranggahnya saat itu, wajahnya semakin terlihat bahagia. Dendi tertawa kecil dan Sahda mengikuti tawa kecil dari suaminya itu, akhirnya mereka sepakat untuk pergi berbulan madu dan syukurlah semua biaya keperluan untuk berbulan madunya di tanggung oleh Orang yang sangat mempercayai Dendi di dalam kantor itu. Rezeki gak kemana bukan?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD