Bab 3

1058 Words
Masa kini tahun 2021. Tepatnya kemajuan peradaban manusia lebih pesat berada. Dimana semua hal berbau sihir, mungkin untuk sebagian orang hanya sebuah rumor dan legenda. Bahkan untuk beberapa orang lain yang biasanya hidup didaerah pedalaman, mereka masih meyakini adanya sihir dan kekuatan spiritual. Tetapi biasanya, hidup di negara modern dengan kecanggihan teknologi dari segala aspek kehidupannya, membuat orang-orang mulai berpikir logis, jika mengenai hal berbau sihir. Begitu pula dengan seorang wanita muda yang tinggal di pusat kota. Dimana ia berada di negara maju, yang hampir melibatkan segalanya dengan teknologi. Wanita yang berperawakan riang, supel dan bisa di andalkan itu bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak dibidang furnitur. Ia bekerja sebagai staf administrasi biasa. Bahkan ia baru diangkat menjadi staf beberapa bulan ini. Wanita itu bernama Jane Anderson. Tubuhnya tak gemuk atau pun kurus, hanya bisa di bilang berisi dengan tinggi sekitar 160 centimeter. Kulit yang seputih s**u, dan di hiasi rambutnya berwarna coklat pirang, tergerai indah sepunggung. Wajahnya biasa saja, tak seperti seorang aktris. jika memang wajahnya cantik, ia pasti sudah menjadi selebriti dan menjadi populer saat ini. Untung saja, IQ atau kecerdasannya lebih sedikit, diatas rata-rata orang pada umumnya. Ya, walau pun hanya lebihnya 15 poin saja. Hidupnya tak berlangsung mulus, bahkan mungkin ia harus banyak terjatuh, daripada melenggang berjalan dengan riang. Diantara semua kesialan dan masalah dalam hidupnya, seorang penagih utang sering meneror Jane dan Ibunnya. Mereka tak peduli kemanapun keduanya pergi, para anak buah dari sang penagih utang itu akan selalu menemukan keduanya. Padahal Jean dan sang ibu tak pernah meminjam uang dengan jumlah besar. Itu dikarenakan sang ayah yang senang berjudi dan mabuk-mabukan setiap hari. Ia begitu tamak, serta rak peduli pada keluarganya. Sehingga hutang sang ayah pun semakin membengkak, dan yang menjadi penjamin hutang-hutangnya ialah sang ibu. Sungguh sangat kejam dan tak bertanggung jawabnya sebagai seorang pria yang seharusnya menjadi kepala berkeluarga. Jane yang lelah akan kejaran rentenir, tiba-tiba saja mendapatkan tawaran bagus senilai 3 Miliar, dengan syarat mau pura pura bertunangan seorang pria. Yang tak lain ialah Jemy bos baru ditempatnya bekerja saat ini. Tanpa pikir panjang, Jane menerima permintaan itu. Lalu setuju untuk bertunangan di tanggal yang telah ditentukan. Plak!!! Sebuah tamparan keras, tiba-tiba saja mendarat di pipinya. Hingga meninggalkan bekas merah yang membentuk telapak tangan seseorang. Jane memegang pipi dimana tamparan itu berada. Ia terkejut dan kebingungan, tanpa mengerti apa yang terjadi padanya saat ini? Dengan mengernyitkan alis, ia menahan rasa sakit di wajahnya yang semakin lama berbuat rasa panas dan kesemutan di pipinya. Hari pertunangan pun tiba. Semua tamu undangan telah berkumpul diruangan besar yang tertata dengan dekorasi pesta. Di mana itu adalah ballroom mewah di hotel terkenal, yang tentu saja itu adalah milik Jemy Zentoine. Sang bos barunya di tempat kerja sekaligus Sang calon tunangan kontraknya itu. Pria itulah yang memberikan kesepakatan padanya. Entah Alasan apa yang dia punya, hanya saat ini Jane sedang kesulitan dan kebetulan peluang pun datang. Di depannya berdiri Seorang wanita cantik dengan rambut tergerai sepunggung. Wanita itu lebih tinggi dari Jane, sehingga ia harus sedikit menengadah untuk menatap wajahnya. Mata mereka saling beradu. Jane menatap heran kearahnya, terlihat raut wajah wanita itu, kesal dan geram menatap kearahnya. Seolah, dirinya adalah seorang tersangka. Jane tak menyangka akan mendapatkan tamparan dari orang asing yang datang tanpa diundang. "Beraninya kau mencoba mengambil kekasihku!" "Dasar w************n!" Tak cukup dengan membentak dan menampar, wanita yang berperilaku layaknya istri yang memergoki sang selingkuhan suaminya itu pun, menarik rambut Jane di depan semua orang. Jane yang saat ini kesakitan karena jambakan dari wanita itu, hanya bisa meringis kesakitan dalam hatinya terutama jiwanya terguncang karena di permalukan di hadapan semua orang, bahkan beberapa awak media yang di undang oleh keluarga Zentoine. Ia tak mampu melepaskan rambutnya dari cengkeraman tangan wanita didepannya itu. “Hei! Kau pikir siapa dirimu!" bentak wanita itu kembali. Semua orang yang ada di dalam ruangan besar itu, menatap keduanya dengan terkejut dan kebingungan. Jane berusaha menoleh kearah Jemy sejenak, untuk mencoba meminta tolong padanya. Tatapan mereka saling beradu, namun bukannya mendapatkan perhatian dari pria yang akan menjadi tunangannya itu, Jemy malah berpaling ke arah lain seolah ia tak mau ikut campur dengan kekacauan yang terjadi. Jane mungkin tak mendengar pembelaan Jemy, tapi sikap diamnya menjelaskan semuanya. "Cih, padahal kupikir dia berubah! Jemy sialan!” batin Jane dengan tatapan menusuk, kearah punggung Jemy. Jane berpikir bahwa memang wanita yang ada di depannya kini, ialah kekasih asli Jemy. Karena jika ia adalah wanita gila yang tiba-tiba mengacau, mungkin Jemy akan melerainya. Jane mendecih kesal dalam hati sambil merutuki Jemy. Sementara wanita yang ada di depan dirinya, tak berhenti memaki hingga ingin mendaratkan tamparan untuk kedua kalinya. “Aku tak bisa diam saja! Apa boleh buat, ini harus kulakukan untuk diriku sendiri,” batin Jane dengan berusaha melepaskan diri dari wanita di depannya. Seketika, Jane menampik tangan wanita yang tengah berayun kearahnya. Ia memegang lengan wanita itu dengan kuat dan menatap wajahnya seolah menantang padanya. "Bukan salahku, jika priamu lebih memilih diriku." "Mungkin anda perlu berkaca setelah ini, Nona!” geram Jane, dengan menghempaskan lengan wanita yang ada didepannya itu. Jane mungkin tak suka dengan fakta bahwa Jemy memiliki seorang wanita, tapi dia tak mau mengakhiri pertunangan kontrak itu. Bagaimanapun, dia memerlukan uangnya. Ya, meskipun ia harus tak tahu malu seperti sekarang. Kini yang ada di pikirannya hanya kontrak pertunangan itu. Jane harus terpaksa mengesampingkan harga dirinya. Walau pun Jemy sama sekali tak membantunya apapun. "Apa kau bilang! Beraninya kau menyentuhku!" "Apa kau tak tahu siapa aku!?" teriak wanita itu sambil menunjuk wajahnya Jane. Gadis itu menggertak kesal. Sementara Jane yang berhasil mencegah tamparan kedua, segera menampik tangan wanita yang satunya dan berencana untuk melepaskannya. Akan tetapi, Plakk! Tamparan yang cukup keras mendarat di pipi wanita itu. Kali ini Jane yang seketika membalas tamparan dari wanita itu. Jane terkejut, karena ia sama sekali tak bermaksud menamparnya. Ia hanya bermaksud melepaskan kedua tangan wanita itu di dalam gengamannya. "Astaga! Ma ... Maaf aku tak bermaksud untuk .... " Belum sempat Jane menyelesaikan kalimatnya, tangannya kembali bergerak sendiri, hingga mendorong jatuh gadis di hadapannya. Wanita itu terjungkal dan terjatuh ke belakang panggung altar. Tentunya wanita itu tak mengabaikan perilaku kasar Jane. Ia berteriak geram karena terkejut, dan segera bangkit dari jatuhnya. Lalu, wanita itu berusaha mendapat simpati Jemy, dengan melirik ke arahnya. Sayangnya Jemy bersikap netral seperti saat Jane melihatnya. Dia membuang muka seakan tak mau ikut campur sama sekali.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD