Bab 4

1093 Words
Kesal akan situasi tersebut, wanita cantik yang memakai pakaian seksi nan mewah itu pun kembali mendekati Jane, "Aku tak akan tinggal diam atas penghinaan hari ini!" Ia berdiri dan berjalan pergi, namun langkahnya tiba-tiba terhenti dan kembali berbalik untuk melihat kearah Jane. "Kau, pasti akan mendapatkan balasannya! Karena telah mempermalukanku!” ancam wanita itu dengan kesal. Dan ia pun kembali melangkah pergi dari sana. Seketika semua tamu undangan pun terdiam, mereka hanya melihat ke arah wanita yang mengaku sebagai kekasih Jemy itu, yang saat ini berjalan keluar dari pintu utama ruangan ballroom. Tetapi Jane sedari tadi hanya terdiam, tak menggubris ucapan yang dilayangkan wanita itu ketika pergi. Setelah kepergian wanita itu, semua orang kembali duduk dan bersimpati pada Jane. Karena saat ini ia tampak terguncang atas insiden tadi, bahkan keadaanya begitu kacau. Penampilannya acak-acakan dan menyedihkan. Ternyata dia bukan terkejut atas kejadian yang menimpanya barusan, melainkan hal lain. Ya, ia mencoba mengerti mengenai hal aneh yang terjadi pada tubuhnya. Sedari tadi pikirannya bukan pada insiden yang terjadi barusan, “Ada apa dengan tanganku? Mengapa ini bisa bergerak sendiri?” batinnya yang menatap kedua telapak tangan dengan kebingungan, seolah melihat sesuatu yang aneh di sana. “Apa anda baik-baik saja?” tanya seseorang bersuara pria. Seketika itu Jane tersentak kaget dan tersadar dari pikirannya. Ia berbalik dimana suara pria itu berasal. Terlihat seorang pria tinggi berkacamata, dengan raut wajah khawatir memperhatikan dirinya. Dia adalah sang asisten pribadi Jemy, Cedric. Pria bertubuh tinggi namun lebih ramping dari Jemy. Dia selalu ada di samping Jemy. Kemanapun sang atasan pergi, dia selalu ada. Bahkan untuk kehidupan pribadinya saja, tak ada. Seolah ia mempersembahkan hidupnya untuk Jemy. “Sebaiknya kita pergi beristirahat sebentar!?” ucap Cedric dengan memapah Jane pergi dari ruangan ballroom itu, menuju ke salah satu pintu yang ada di belakang panggung altar. Setibanya didalam ruangan ganti, Jane mulai duduk di belakang meja rias. Cedric pun dengan sigap memberikannya botol air mineral, untuk menenangkannya. “Sepertinya, wajah anda harus di rias ulang,” ujar Cedric yang berdiri di depan Jane dengan memegang ponselnya. Lantas, ia menghubungi seseorang dan pamit pergi meninggalkan Jane. Sepeninggalan Cedric, kini dirinya sendiri diruangan yang cukup luas. Terdapat meja rias dan kaca yang besar serta lampu dan beberapa pakaian yang tergantung di sebuah jemuran besi yang panjang. “Sepertinya aku sangat terguncang! Sampai aku tak sadar bisa membalas tamparannya,” gumam Jane dengan menatap wajahnya di cermin. Terlihat sebuah cap telapak tangan pada pipi kananya. Ia pun menyandarkan punggung, dengan menghembuskan napasnya seraya lega. Matanya mulai tertutup. Kini jemari tangannya bergerak untuk mememijat keningnya. “Apa yang terjadi padaku?” gumamnya lagi sambil menutup mata dan memikirkan kejadian tadi. Jane kalut dalam pikirannya, hingga ketukan seseorang dari luar pintu membuatnya terkejut. “Permisi nona! Saya penata rias anda” ucap suara wanita, dari luar pintu. Seketika itu, wanita yang tampak cantik dengan balutan gaun biru laut dan penampilannya yang elegan itu mulai beranjak terduduk dengan tegak di atas kursi. “Ya, masuklah!” jawab Jane dengan menoleh kearah pintu. Terdengar bunyi pintu terbuka. Beberapa orang wanita masuk kedalam ruangan. Mereka menyapa Jane dan berkata akan membuat riasannya serta penampilannya kembali rapi seperti sedia kala. Jane hanya mengangguk, ia tak memedulikan pemikiran orang lain terhadapnya. Walau pastinya, banyak sekali hal yang di bicarakan orang dibelakangnya. Entah itu rasa simpati, kasihan, memalukan dan hinaan mungkin juga mereka bicarakan. Yang jelas saat ini, ia begitu syok dan tentunya malu atas kejadian tadi. Tetapi semua rasa itu ia kesampingkan demi uang kontrak yang dirinya sepakati. Para perias mulai membenahi wajah Jane. Mereka menutupi cap tangan bekas tamparan di wajahnya. Terdengar ketukan kembali dari pintu masuk dan diiringi dengan datangnya sang asisten pribadi, Cedric. “Nona, acaranya akan berlangsung lebih singkat, karena mendadak bos harus pergi untuk meeting penting keluar negeri,” tuturnya dengan membetulkan kacamatanya. Jane hanya mengangguk paham, ia tak berbicara sedikitpun. Setelah beberapa saat kemudian, tampilannya kembali rapi dan riasannya juga. Akhirnya, ia pun pergi berjalan dengan dipapah oleh Cedric menuju panggung altar. Terlihat situasinya kembali terkendali. Karena tadi wanita itu menghancurkan kue pertunangan dan membuat lantainya kotor bahkan dekorasi bunga pun berceceran karena ia merusaknya. Untungnya semua kru yang bertugas, lebih sigap menangani situasi tersebut. Akhirnya, hari pertunangan pun dilangsungkan. Terlihat dari arah kejauhan, dua orang yang berpakaian formal berdiri di samping Jemy. Mereka terlihat sudah berumur, yang tak lain ialah kedua orang tua angkat Jemy. Mereka tengah tersenyum kearah Jane, dan ia pun membalas senyuman itu. Meskipun canggung karena Jane hanya beberapa kali bertemu sang calon mertua kontraknya tetapi tetap saja, semua hal terjadi nyata, jadi pastinya ada perasaan Jane yang begitu tak enak untuk membohongi kedua orang tua angkat dari Jemy. Acara pertunangan pun dihelat. Semua berjalan lancar termasuk akting Jane yang begitu natural, walau hati ketakutan jika ia berkata yang tidak-tidak. Terkadang ia akan berkata jujur jika ia situasi sekitarnya membuat dirinya gugup. Sepanjang Acara Jemy menggenggam tangan Jane. Padahal, mereka tak pernah sekalipun berpegangan tangan dari awal bertemu dan membuat kontrak pertunangan. Degup jantung Jane saat ini lebih kencang. Mungkin saja itu karena Jane telah lama tak berpegangan tangan dengan lawan jenis ketika beberapa tahun lalu kekasih hati meninggalkannya. Setelah acara pertunangan itu berakhir, Jane pamit untuk pergi ke toilet karena sedari tadi ia menahan rasa ingin buang air kecilnya itu. sesampainya di dalam toilet wanita terdapat beberapa bilik toilet, yang beberapa lainnya telah terisi. Jane masuk kedalam bilik toilet yang masih kosong. “Apa mungkin ada arwah yang merasuki ku? Mungkin, benar yang diceritakan Lisa tentang arwah itu?” gumam Jean yang terlihat menggigit ujung kuku tangannya. Kali ini Jean terlihat ketakutan, ia mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan di dalam bilik toilet. Jean pernah mengalami hal ini beberapa waktu yang lalu. Ketika ia merasa tubuhnya di gerakan oleh seseorang. Tetapi ia berpikir bahwa, saat itu dirinya sedang mabuk, atau melantur karena bangun tidur setelah semalam mabuk, karena pengaruh alkohol. Beberapa menit di dalam bilik toilet, terdengar suara seorang wanita di luar bikinnya. Mereka sedang membicarakan kejadian saat ini, dimana wanita sang model terkenal adalah kekasihnya Jemy dan telah berpacaran sekian lamanya. “Ya, aku tahu itu ketika beberapa bulan lalu, terlihat foto yang di ambil oleh paparazi... saat pak Jemy dan Madeline sedang dinner berdua di restoran terkenal!” ujar suara wanita yang terdengar parau. “Oh, astaga! Aku tak menyangka bahwa wanita licik itu bisa membuat pak Jemy takluk padanya! Ternyata rumor tentang si sekretaris pribadinya itu naik keatas ranjang dan merayu pak Jemy itu benar adanya, hahaha... aku tak menyangka wanita yang tak cantik itu bisa bersama pak Jemy!” tutur suara wanita yang lainnya. Tbc...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD